Balon intragastrik umumnya digunakan untuk menurunkan berat badan pada pasien obesitas, terutama pasien obesitas yang tidak dapat menjalani atau tidak memenuhi kriteria operasi bariatrik. Operasi bariatrik ditujukan untuk pasien dengan body mass index atau BMI ≥40 kg/m2 dan pasien dengan BMI ≥35 kg/m2 yang disertai penyakit komorbid. Akan tetapi, tidak semua pasien obesitas tersebut dapat menjalani operasi bariatrik dan operasi bariatrik itu sendiri memiliki bermacam risiko.[1-3]
Dengan mempertimbangkan berbagai limitasi tersebut, tindakan balon intragastrik mulai banyak dipelajari sebagai alternatif operasi bariatrik pada pasien yang tidak merespons modifikasi gaya hidup dan farmakoterapi. Prosedur balon intragastrik merupakan salah satu endoscopic bariatric and metabolic therapies (EBMT), yang bersifat kurang invasif jika dibandingkan dengan operasi bariatrik.[1-3]
Cara Kerja Balon Intragastrik
Pemasangan balon intragastrik merupakan prosedur non-pembedahan yang minimal invasive, yang dapat menjadi terapi alternatif ketika pasien obesitas tidak merespons modifikasi gaya hidup maupun farmakoterapi. Prosedur ini bisa dilakukan dengan cara memasukkan suatu balon ke dalam lambung secara endoskopi.[1,4,5]
Balon kemudian diisi dengan udara ataupun cairan saline agar mengembang di dalam lambung. Balon ini akan menempati ruang lambung dan membatasi jumlah asupan makanan yang bisa dikonsumsi. Balon ini juga menginduksi rasa kenyang lebih cepat dan memperlambat proses pengosongan lambung.[1,4,5]
Umumnya, volume balon ≥400 ml sudah cukup untuk menginduksi rasa kenyang. Balon intragastrik yang dimasukkan ke dalam lambung menurunkan kapasitas lambung untuk menerima makanan sehingga turut menurunkan intake kalori. Namun, terapi ini hanya bersifat sementara. Dokter perlu melakukan pelepasan balon secara endoskopi dalam kurun waktu 6 bulan dari prosedur pemasangannya.[1,4,5]
Studi tentang Efektivitas Balon Intragastrik pada Obesitas
Studi kohort retrospektif oleh El Haddad A, et al., menganalisis 65 pasien yang pernah menjalani prosedur balon intragastrik. Hasil menunjukkan bahwa rata-rata penurunan berat badan dalam periode terapi (3–10 bulan) adalah 12% dari baseline. Hanya 39% pasien puas dengan prosedur tersebut. Dalam jangka panjang (3,3±1,76 tahun setelah prosedur), sebagian besar pasien (78,7%) ternyata kembali mengalami kenaikan berat badan dan memerlukan terapi bariatrik yang lain.[4]
Studi menunjukkan bahwa terapi balon intragastrik dapat menjadi solusi jangka pendek untuk pasien yang tidak merespons modifikasi diet dan olahraga saja. Namun, terapi ini harus tetap disertai dengan modifikasi diet dan olahraga untuk mempertahankan berat badan yang ideal dalam jangka waktu panjang.[5]
Studi retrospektif oleh Abeid, et al. terhadap 1.600 pasien yang menjalani modifikasi gaya hidup dan prosedur balon intragastrik menunjukkan bahwa 26% mengalami penurunan berat badan <10%, 49,3% mengalami penurunan berat >10%, dan 24,7% mengalami penurunan berat >20%. Rentang waktu yang dianalisis adalah 6 bulan. Studi ini menyimpulkan bahwa balon intragastrik menghasilkan penurunan berat badan yang efektif dalam jangka pendek bila disertai dengan perubahan gaya hidup.[6]
Studi retrospektif lain oleh Oster, et al. terhadap 148 pasien membandingkan balon intragastrik dan suatu program penurunan berat badan multidisiplin, yang terdiri dari diet sangat rendah kalori, edukasi gaya hidup, dan aktivitas fisik. Hasil menunjukkan bahwa program multidisiplin tersebut menurunkan berat badan pada minggu ke-26 dan ke-52 secara lebih signifikan daripada terapi balon intragastrik.[7]
Meta analisis oleh Vantanasiri, et al. mempelajari 6 studi dengan total 2.013 pasien. Hasil menunjukkan bahwa % total weight loss (%TWL) rata-rata mencapai 12,8% dan 10,9% pada kurun waktu 6 bulan dan 12 bulan. Meta analisis ini berkesimpulan bahwa balon intragastrik efektif untuk jangka pendek, tetapi efek jangka panjangnya masih perlu dipelajari lebih lanjut.[8]
Studi tentang Keamanan Balon Intragastrik pada Obesitas
Umumnya, pasien yang menjalani prosedur balon intragastrik bisa mengeluhkan gejala saluran cerna, seperti mual, muntah, dispepsia, dan nyeri. Penelitian El Haddad A, et al. yang sebelumnya dibahas juga menunjukkan adanya efek samping mual, muntah, dan dehidrasi, yang dapat berujung pada pelepasan balon intragastrik lebih dini. Namun, tidak ada efek samping serius yang dilaporkan.[4,5]
Penelitian di Korea oleh Lee KG, et al. pada 80 partisipan yang menjalani prosedur balon intragastrik juga tidak menunjukkan komplikasi serius seperti kematian atau perdarahan, perforasi, dan obstruksi saluran cerna. Efek samping umumnya ringan, yaitu mual, muntah, dan nyeri perut. Namun, efek samping ringan tersebut terjadi pada hampir 71,4% partisipan.[3]
Efek samping serius memang jarang terjadi. Akan tetapi, sejak tahun 2016, FDA telah menerima beberapa laporan kematian terkait penggunaan balon intragastrik. Mortality rate yang pasti belum diketahui karena masih membutuhkan studi lebih lanjut. Suatu meta analisis memperkirakan bahwa mortality rate terkait prosedur ini adalah sekitar 0,05%.[1,3,7]
Penelitian oleh Oster, et al. yang sebelumnya dibahas menunjukkan bahwa prosedur balon intragastrik memang memiliki lebih banyak risiko daripada program multidisiplin yang terdiri dari diet sangat rendah kalori, edukasi gaya hidup, dan aktivitas fisik. Ada kasus pelepasan balon intragastrik lebih awal karena muntah secara terus-menerus, ruptur balon spontan, migrasi balon, hiperinflasi balon, gastric ulcer, pankreatitis, dan disfagia.[7]
Meta analisis oleh Vantanasiri, et al. yang sebelumnya dibahas menunjukkan tidak ada mortalitas tetapi ada 1 kasus perforasi lambung yang membutuhkan operasi. Selain itu, ada 3 kasus lainnya yang berupa obstruksi usus kecil.[8]
Kesimpulan
Balon intragastrik merupakan salah satu endoscopic bariatric and metabolic therapies (EBMT) yang minimal invasive. Prosedur ini dilakukan dengan memasukkan balon ke dalam lambung secara endoskopi, kemudian mengembangkan balon dengan udara atau cairan. Balon menempati ruang lambung dan membatasi asupan makanan karena menginduksi rasa kenyang lebih cepat dan memperlambat pengosongan lambung.
Prosedur balon intragastrik terbukti dapat mengurangi berat badan secara efektif pada pasien obesitas dalam jangka pendek. Namun, efektivitas jangka panjang belum dapat ditegakkan. Pasien cenderung mengalami peningkatan berat badan lagi bila pelepasan balon intragastrik tidak disertai dengan penjagaan gaya hidup yang baik.
Edukasi gaya hidup, modifikasi diet yang sangat rendah kalori, dan aktivitas fisik rutin dilaporkan menghasilkan penurunan berat badan yang lebih signifikan daripada balon intragastrik sendiri, dengan risiko efek samping lebih rendah. Oleh sebab itu, modifikasi gaya hidup tetap merupakan komponen utama dalam manajemen obesitas. Bila pasien gagal merespons modifikasi gaya hidup saja, balon intragastrik dapat dipertimbangkan untuk dilakukan bersama modifikasi gaya hidup.
Bila dibandingkan dengan operasi bariatrik, efek samping balon intragastrik umumnya lebih ringan karena sifatnya yang kurang invasif. Contoh efek sampingnya adalah mual, muntah, dispepsia, dan nyeri perut. Namun, tindakan balon intragastrik tidak terlepas dari risiko yang lebih serius meskipun jarang, misalnya ruptur balon, migrasi balon, hiperinflasi balon, perforasi saluran cerna, dan kematian.