Upaya Kesehatan Masyarakat dalam Menghadapi Pandemi Virus Corona

Oleh :
dr. Gisheila Ruth Anggitha

Social distancing, pembatasan perjalanan jauh, dan promosi serta edukasi yang tepat ke masyarakat merupakan bentuk dari upaya kesehatan masyarakat dalam memutus mata rantai penyebaran virus Corona.

Kemenkes ft Alodokter Alomedika 650x250

Coronavirus disease 2019, atau yang disebut juga dengan COVID-19, merupakan penyakit infeksi virus Corona jenis baru yang berasal dari Wuhan, Cina. Penyakit yang umumnya menyerang saluran pernapasan ini dapat menyebar dari manusia ke manusia dan menyebabkan risiko kesehatan masyarakat yang serius. Di Indonesia, sampai tanggal 24 Maret, kasus konfirmasi positif COVID-19 sudah mencapai 579 kasus dengan angka kematian mencapai 8%. Oleh karena itu, berbagai kebijakan pemerintah serta upaya kesehatan masyarakat dilakukan untuk menekan angka penyebaran infeksi.[1-4]

Depositphotos_356522758_s-2019 (1)-min

Sekilas tentang Virus Corona

Virus Corona merupakan virus RNA yang memiliki kapsul dan tidak bersegmen. Virus Corona dapat menyebabkan gejala ringan, seperti demam, batuk, pilek, sakit tenggorokan; gejala berat, seperti sesak napas pada pneumonia dan sindrom distres pernapasan akut; bahkan kematian. Namun, beberapa kasus juga dapat bersifat asimptomatik. Infeksi virus Corona dapat menimbulkan manifestasi yang lebih berat pada pasien dengan imunokompromais dan kelompok tertentu, seperti usia lanjut, ibu hamil, dan pasien dengan penyakit komorbid, seperti diabetes mellitusgagal jantung, dan hipertensi.[1-4]

Virus Corona ditransmisikan melalui droplet, masuk ke dalam saluran pernapasan atas, lalu bereplikasi di epitel saluran pernapasan. Pada pemeriksaan Rontgen toraks dapat terjadi adanya infiltrat atau konsolidasi paru yang luas.[1,3]

Flattening the Curve

Infeksi virus Corona sudah menjadi pandemi atau wabah di seluruh belahan dunia. Pada pandemi seperti COVID-19 ini, terdapat kurva epidemiologi yang menggambarkan jumlah kasus baru dan waktu sejak kasus pertama kali ditemukan. Kurva tersebut memiliki tiga fase, yaitu fase awal, tengah, dan akhir. Pada fase awal, penyakit COVID-19 sudah mulai terjadi tetapi individu yang terinfeksi tidak mengetahui dan tetap melakukan mobilisasi/perjalanan sehingga menularkan ke orang lain.

Pada fase tengah, terdapat adanya lonjakan yang cukup pesat dalam waktu singkat. Lonjakan kurva menggambarkan jumlah kasus baru yang banyak sehingga melebihi kapasitas fasilitas kesehatan. Hal ini terjadi karena individu yang terinfeksi virus Corona tidak melakukan isolasi diri sehingga dapat menyebar dengan sangat cepat.

Pada fase akhir, terjadi penurunan kurva yang dapat terjadi ketika semua orang sudah mengalami infeksi, vaksin telah ditemukan, atau seluruh pasien COVID-19 meninggal.

Hal penting yang perlu diperhatikan adalah lonjakan kurva pada fase tengah. Ketidakseimbangan antara jumlah tenaga kesehatan dan jumlah pasien, baik yang termasuk kriteria kasus COVID-19 maupun pasien dengan penyakit lainnya, dapat menyebabkan peningkatan angka mortalitas akibat tidak tertanganinya pasien dengan optimal. Oleh karena itu, baik pemerintah maupun masyarakat perlu bekerjasama melakukan upaya untuk melandaikan kurva tersebut sehingga dapat mengurangi penyebaran virus.[5,6]

Social distancing merupakan kunci penting yang dapat memutus mata rantai penularan virus corona. Tindakan ini dapat menurunkan penyebaran penyakit sehingga tidak melebihi kapasitas fasilitas kesehatan yang ada saat ini. Social distancing yang dapat dilakukan adalah isolasi diri, yaitu dengan berada di rumah (belajar, beribadah, dan bekerja dari rumah), menghindari keramaian, menjaga jarak dan tidak melakukan perjalanan ke luar kota atau negeri.

Selain itu, praktik pola hidup bersih dan sehat (PHBS) perlu dilakukan untuk mencegah penyebaran virus, seperti praktik cuci tangan yang benar, etika batuk, dan penggunaan masker saat sedang sakit infeksi saluran pernapasan.[5,6]

Gambar 1. Flattening The Curve.

Upaya Kesehatan Masyarakat dalam Mengatasi Pandemi COVID-19

Dengan semakin meningkatnya wabah COVID-19 di Indonesia dengan angka kematian yang tinggi hingga mencapai 8% (tertinggi di ASEAN), pemerintah, tenaga kesehatan, dan masyarakat perlu bekerjasama dalam mencegah penyebaran virus Corona. Berbagai strategi mitigasi dari berbagai faktor yang dapat dilakukan adalah:

Social Distancing

Salah satu pencegahan yang sangat penting untuk menekan angka penyebaran penyakit COVID-19 adalah dengan menjaga jarak dan menghindari kerumunan/keramaian. Pertemuan besar seperti festival musik, ibadah, perayaan adat, konferensi, dan pertemuan politik sebaiknya dibatasi bahkan ditunda. Infeksi virus Corona akan sangat mudah menular pada kegiatan-kegiatan masal tersebut.[8,9]

Social distancing merupakan penurunan frekuensi dan durasi kontak sosial dari berbagai usia, bertujuan untuk mengurangi transmisi virus. Fasilitas umum seperti sekolah, universitas, tempat ibadah, tempat hiburan, dan kawasan umum merupakan tempat-tempat yang sebaiknya ditutup untuk sementara waktu. Perkantoran juga merupakan tempat yang dapat meningkatkan risiko infeksi tertinggi. Oleh karena itu, rotasi kerja atau bahkan penerapan kerja di rumah (work from home) dapat dilakukan. Penggunaan telemedicine, konferensi video, dan belajar di rumah juga dapat diterapkan.[8,9]

Karantina di rumah atau berdiam diri di rumah secara sukarela merupakan tindakan terbaik yang dapat dilakukan masyarakat untuk mengurangi beban kerja dari sistem kesehatan saat ini.[8]

Pembatasan Perjalanan ke Luar Kota atau Negeri

Perjalanan dari atau luar kota atau negeri atau daerah yang terjangkit merupakan kontributor penting dari transmisi penyakit ini. Pembatasan perjalanan tentunya menjadi pilihan terbaik saat ini untuk mengurangi peningkatan prevalensi kasus. Pengurangan frekuensi transportasi (kereta dan pesawat) dan membatasi rute dapat dilakukan untuk mengurangi perjalanan.[8,9]

Memanfaatkan Media Sosial untuk Edukasi dan Promosi Kesehatan Masyarakat

Berbagai promosi kesehatan sudah dilakukan di berbagai media sosial. Promosi kesehatan dilakukan mencakup informasi mengenai penyakit, bagaimana penyebaran, pola hidup bersih dan sehat, serta peran serta masyarakat dalam menekan angka penyebaran penyakit melalui social distancing. Tindakan pencegahan penularan dalam praktik sehari-hari yang dapat dilakukan oleh masyarakat adalah:

  1. Cuci tangan dengan air dan sabun mengalir selama 40-60 detik. Gunakan hand sanitizer berbasis alkohol 70% jika air dan sabun tidak tersedia
  2. Hindari menyentuh mata, hidung, dan mulut jika tangan belum dibersihkan
  3. Menjaga jarak antar individu minimal 1 meter
  4. Menghindari kontak dengan orang yang sedang sakit
  5. Saat sedang sakit, sebaiknya menggunakan masker bedah dan tetap tinggal di rumah dan pergi ke fasilitas kesehatan jika perlu
  6. Etika batuk dan bersin yang baik, seperti menutup mulut dengan tissue atau dengan lengan baju
  7. Bersihkan dan lakukan desinfeksi secara rutin permukaan dan benda yang sering disentuh[3]

Munculnya berbagai informasi dari berbagai sumber mengenai penyakit COVID-19, tata laksana, pencegahan, dan segala yang berhubungan dengan COVID-19, memunculkan banyak pemberitaan yang tidak tepat (hoax) dari sumber-sumber yang tidak terpercaya. Pernyataan bahwa virus ini merupakan teori konspirasi yang digunakan sebagai senjata biologis atau ditemukannya berbagai obat dan herbal mencegah infeksi virus Corona telah banyak beredar di media sosial.

Oleh karena itu, tenaga kesehatan perlu meluruskan informasi-informasi yang salah sehingga tidak menimbulkan kekhawatiran dan kepanikan masyarakat. WHO mengumpulkan berbagai informasi salah yang beredar melalui media sosial dan meluruskan informasi melalui poster kesehatan.[3,10]

Efek Negatif dari Lockdown

Lockdown atau karantina merupakan tindakan pemisahan atau pembatasan pergerakan masyarakat yang dapat berpotensi menyebarkan penyakit. Metode karantina sudah dilakukan oleh beberapa negara dan terbukti efektif dalam mengurangi penyebaran virus Corona. Namun, perlu diperhitungkan efek negatif yang dapat timbul setelah periode karantina yang panjang, seperti timbulnya rasa bosan sehingga memicu stress akut, gangguan mood, dan depresi. Selain itu, keterbatasan dan lonjakan harga kebutuhan rumah tangga akibat panic buying, terutama bahan makanan pokok, juga menjadi beban saat ini. Oleh karena itu, sebaik pemerintah memikirkan upaya lanjutan untuk hal ini.[11]

Kesimpulan

COVID-19 merupakan penyakit infeksi virus yang saat ini sudah menjadi pandemi di dunia. Di Indonesia kasus COVID-19 mulai meningkat dengan angka kematian yang tinggi mencapai 8%. Kerja sama antara pemerintah, tenaga kesehatan, dan masyarakat sangat dibutuhkan untuk melandaikan kurva epidemiologi COVID-19 sehingga dapat mencegah penyebaran virus ini. Pemberlakukan social distancing dengan berdiam di rumah, penutupan sekolah, perkantoran, dana berbagai acara yang melibatkan banyak orang merupakan strategi yang paling penting saat ini. Selain itu, pembatasan perjalanan dari atau ke luar kota/negeri juga diberlakukan. Promosi dan edukasi kesehatan juga gencar dilakukan di berbagai media sosial sehingga masyarakat dapat mendapatkan informasi dengan benar.

Referensi