Hindari Penghentian Diazepam secara Tiba-Tiba

Oleh :
Audric Albertus

Penghentian diazepam atau benzodiazepin reseptor agonis lainnya secara tiba-tiba dapat menyebabkan dampak buruk, seperti rebound penyakit dan gejala withdrawal. Dokter harus menghindari penghentian obat ini secara tiba-tiba dan melakukan penurunan obat secara bertahap (tapering off).

Obat benzodiazepin reseptor agonis (BZRA), seperti diazepam atau zolpidem, sampai sekarang masih merupakan salah satu pilihan terapi utama dalam menangani insomnia. Akan tetapi, penggunaan jangka panjang dapat menyebabkan dampak buruk pada populasi geriatri, seperti gangguan kognitif, pusing, dan kehilangan keseimbangan. Di sisi lain, penghentian obat secara tiba-tiba juga dapat menyebabkan dampak yang tidak kalah buruknya, berupa risiko rebound penyakit dan gejala withdrawal. Dokter harus berhati-hati dalam memberikan obat golongan ini dan memahami prosedur penghentian obat (tapering off) diazepam supaya pasien tidak mengalami dampak buruk akibat penggunaan obat ini.

Sumber: Lukitus, Wikimedia commons, 2010.

Insomnia merupakan masalah yang sering mengganggu kehidupan pasien. Sekitar 30% pasien dewasa dilaporkan memiliki satu atau lebih dari gejala insomnia. Benzodiazepin reseptor agonis adalah obat yang paling sering diberikan pada pasien untuk menangani insomnia.[1,2] Efikasi BZRA pada penanganan jangka pendek pasien insomnia sudah dibuktikan dalam studi-studi. BZRA juga sudah dianggap menjadi pilihan farmakoterapi utama dalam terapi pasien insomnia. Namun, penggunaan jangka panjang BRZA dilaporkan dapat menyebabkan efek samping pada pasien. Efikasi obat BZRA juga dilaporkan akan menurun apabila digunakan secara jangka panjang. Selain itu, penghentian BZRA secara tiba-tiba dapat membuat gejala penarikan yang berat pada pasien. [3,4] Waktu dan cara penghentian obat BZRA sangat perlu diketahui klinisi untuk menangani pasien insomnia.

Referensi