Protokol latihan fisik untuk mengoreksi diastasis recti postpartum umumnya mencakup penguatan otot inti, latihan aerobik, dan latihan adaptasi neuromuskular. Sebetulnya manfaat latihan fisik dalam mengurangi jarak interektus masih belum didukung basis bukti yang kuat. Meski begitu, beberapa penelitian menunjukkan bahwa latihan fisik bermanfaat dalam mengurangi keluhan nyeri pinggang dan panggul pada pasien diastasis recti.[1-3]
Diastasis recti adalah suatu kondisi terjadinya peningkatan jarak antara otot rektus abdominis di garis tengah yang disebabkan oleh kelemahan dinding perut anterior. Kondisi ini melibatkan kelemahan, penipisan, dan pelebaran linea alba serta otot perut sekitar. Pasien biasanya mengeluhkan adanya perasaan tidak stabil secara keseluruhan serta adanya tonjolan di garis tengah dinding perut anterior yang memburuk saat perut digerakkan. Diastasis recti telah terbukti berkontribusi terhadap inkontinensia stres urin dan nyeri punggung.[1,2]
Prinsip Manajemen Diastasis Recti
Pada beberapa kasus, diastasis recti dapat sembuh secara spontan, terutama pada bayi yang biasanya bersifat bawaan. Namun, pada kasus yang didapat, terutama postpartum, kondisi ini cenderung menetap dan memerlukan penanganan lebih lanjut. Baku emas untuk tata laksana diastasis recti belum ditentukan. Meski begitu, sebagian besar ahli merekomendasikan pendekatan konservatif dengan modifikasi gaya hidup, penurunan berat badan, dan fisioterapi sebagai pengobatan lini pertama.
Studi menunjukkan bahwa pemilihan tata laksana latihan fisik lebih bermanfaat untuk perbaikan fungsional otot abdomen dibandingkan perbaikan kosmetik. Beberapa program tata laksana latihan fisik juga telah dibuat untuk pencegahan diastasis recti selama kehamilan, sehingga diharapkan dapat mempercepat perbaikan fungsional jika terjadi diastasis recti postpartum. Program-program ini dapat dikombinasikan dengan latihan penguatan otot dasar panggul untuk pencegahan atau tata laksana inkontinensia urin.
Jika tata laksana konservatif gagal, pilihan tata laksana operatif dapat dipertimbangkan. Beberapa prosedur bedah di antaranya teknik plikasi rektus untuk merekonstruksi linea alba, teknik perbaikan hernia yang dimodifikasi, dan gabungan teknik perbaikan hernia dengan plikasi rektus. Prosedur-prosedur ini dapat dilakukan secara terbuka maupun laparoskopi atau robotik.[1-3]
Rekomendasi Latihan Fisik Untuk Diastasis Recti
Menurut beberapa pedoman, tata laksana diastasi recti perlu dilakukan secara konservatif terlebih dahulu, terutama jika tidak terdapat kontraindikasi. Terapi latihan fisik bisa dimulai sejak minggu pertama pasca melahirkan dengan tujuan memperkuat otot perut transversal serta otot rectus abdominis dan oblique selama pasien mampu mengaktifkan otot transversal secara efektif.
Tidak ada satu jenis latihan yang bisa mengisolasi satu jenis otot, sehingga satu gerakan tetap akan secara langsung melatih beberapa otot sekitar otot target. Selain itu, komponen latihan juga harus memenuhi frekuensi dan repetisi yang sesuai. Repetisi bertujuan agar aktivasi otot dapat terjadi dengan optimal sehingga beban kerja otot saat melakukan aktivitas sehari-hari, seperti mengangkat beban, batuk, dan tertawa, tidak terganggu.[4,5]
Fase Pertama (24 Jam Hingga Akhir Minggu ke-4 Postpartum)
Pada fase pertama, tujuan utama latihan adalah untuk aktivasi otot abdominal. Latihan yang dilakukan adalah yang memfasilitasi kontraksi otot perut isometrik tanpa beban pada panggul atau tulang belakang. Hal ini penting untuk menghindari tekanan berlebihan pada daerah yang masih dalam proses penyembuhan setelah melahirkan. Frekuensi latihan adalah 1-3 kali/minggu dengan durasi 8 repetisi dan 1-2 set.[6,7]
Latihan Isometrik Crunch:
Cara melakukan isometrik crunch adalah dengan berbaring telentang dengan lutut ditekuk dan kaki rata di lantai. Letakkan tangan di belakang kepala tanpa menarik leher. Angkat kepala dan bahu dari lantai dengan menggunakan otot perut, tahan posisi ini selama beberapa detik, kemudian turunkan kembali.[6,7]
Latihan Isometrik Curl-up:
Isometrik curl-up dilakukan dengan berbaring telentang dan lutut ditekuk. Letakkan tangan di paha. Perlahan angkat kepala dan bahu dari lantai dengan menggunakan otot perut sambil menggeser tangan ke arah lutut. Tahan posisi ini selama beberapa detik sebelum kembali ke posisi awal.[6,7]
Abdominal Drawing Maneuver:
Latihan ini dilakukan dengan berbaring telentang dengan lutut ditekuk. Tarik napas dalam-dalam dan pada saat menghembuskan napas, tarik pusar ke arah tulang belakang tanpa menggerakkan panggul atau dada. Tahan posisi ini selama beberapa detik sebelum rileks kembali.[6,7]
Fase Kedua (Minggu ke-5 Hingga Akhir Minggu ke-6 Postpartum)
Pada fase kedua, tujuan latihan fisik adalah menguatkan otot-otot dasar panggul untuk mencegah atau memperbaiki inkontinensia urin yang mungkin terjadi. Frekuensi latihan ini adalah 1-3 kali per minggu dengan durasi 8 repetisi dan 1-2 set. Tipe latihan yang dilakukan minimal 3 jenis yaitu pelvic clock, latihan bridge, dan latihan pelvic tilt posterior.[6-8]
Pelvic Clock:
Pelvic clock dilakukan dengan berbaring telentang dengan lutut ditekuk dan kaki rata di lantai. Minta pasien membayangkan ada jam di perut, lalu gerakkan panggul ke arah jam 12 (menarik pusar ke dalam), lalu ke arah jam 6 (mendorong perut ke luar), dan ulangi ke arah jam 3 dan jam 9.[6-8]
Latihan Bridge:
Bridge dilakukan dengan berbaring telentang dan lutut ditekuk. Angkat panggul dari lantai hingga tubuh membentuk garis lurus dari bahu ke lutut. Tahan posisi ini selama beberapa detik sebelum menurunkan panggul kembali ke lantai.[6-8]
Latihan Pelvic Tilt Posterior:
Pelvic tilt posterior dilakukan dengan berbaring telentang dan lutut ditekuk. Tekan punggung bawah ke lantai dengan menggerakkan panggul ke arah kepala, lalu lepaskan.[6-8]
Fase Ketiga (Minggu ke-7 Hingga Akhir Minggu ke-8 Postpartum)
Pada fase ketiga, tujuan latihan fisik adalah penguatan otot abdominal. Frekuensi latihan sebanyak 1-3 kali per minggu dengan durasi 8 repetisi dan 1-2 set, kecuali untuk latihan plank yang dilakukan selama 30-60 detik. Tipe latihan yang dilakukan minimal 3 jenis yaitu crunches, planks, dan Russian twists.[7,9,10]
Crunches:
Crunches dilakukan dengan berbaring telentang dengan lutut ditekuk dan tangan di belakang kepala. Angkat kepala dan bahu dari lantai dengan menggunakan otot perut, kemudian turunkan kembali.[7,9,10]
Planks:
Planks dilakukan dengan posisi tengkurap dan badan ditopang oleh lengan bawah dan jari kaki. Tahan tubuh dalam garis lurus selama 30-60 detik.[7,9,10]
Russian Twists:
Russian twists dilakukan dengan duduk di lantai dengan lutut ditekuk dan kaki sedikit terangkat dari lantai. Putar tubuh ke kiri dan kanan sambil memegang bola atau benda berat di tangan.[7,9,10]
Kontraindikasi Melakukan Latihan Fisik Pada Kasus Diastasis Recti
Diastasis recti dan hernia area abdominal dapat terjadi bersamaan. Sebelum memulai tata laksana konservatif, defek pada fasia yang menyebabkan hernia ventral atau hernia umbilikalis harus disingkirkan melalui pemeriksaan fisik atau pencitraan. Jika diastasis recti disertai hernia, risiko komplikasi lebih tinggi sehingga perlu pendekatan terapi berbeda. Pasien diastasis recti yang disertai hernia abdominalis memiliki risiko obstruksi usus, iskemia, infeksi, dan strangulata lebih tinggi.[1,3,4]
Kesimpulan
Latihan fisik pada kasus diastasis recti postpartum dapat dimulai segera setelah melahirkan dengan latihan isometrik untuk menghindari tekanan berlebih pada panggul dan tulang belakang. Fase pertama berfokus pada aktivasi otot abdominal, fase kedua pada penguatan otot dasar panggul untuk mencegah inkontinensia urin, dan fase ketiga pada penguatan otot abdominal secara keseluruhan. Penting untuk memperhatikan kontraindikasi, terutama jika diastasis recti disertai dengan hernia, di mana penanganan akan memerlukan pendekatan yang berbeda dan lebih hati-hati.