Pemberian Garam Dapur Efektif untuk Manajemen Granuloma Umbilikalis pada Bayi – Telaah Jurnal Alomedika

Oleh :
dr.Catharina Endah Wulandari, M.Si.Med

Management of umbilical granuloma in infants - A systematic review of randomised controlled trials

Jois RS., Rao S. Management of umbilical granuloma in infants A systematic review of randomised controlled trials. AJGP. 2021 August; 50 (7). doi: 10.31128/AJGP-04-20-5371

studiberkelas

Abstrak

Latar Belakang dan tujuan penelitian: Granuloma umbilikalis merupakan kondisi yang umum terjadi pada bayi. Tujuan penelitian ini untuk meninjau secara sistematis penelitian-penelitian randomized controlled trial (RCT) mengenai berbagai pilihan terapi topikal untuk granuloma umbilikalis.

Metode penelitian: Pencarian pada PubMed, Embase, Cochrane Library dan literatur ‘abu-abu’ pada bulan September 2020.

Hasil: Penelitian ini menganalisis 11 RCT (n= 890) yang meneliti penatalaksanaan granuloma umbilikalis dengan silver nitrat, steroid topikal, usapan ethanol, elektrokauter, cryocautery, tembaga sulfat, dan garam dapur.

Garam terbukti dapat menyembuhkan >90% kasus pada 5 penelitian dan 54‒80% pada 2 penelitian. Sementara, steroid topikal, perak nitrat, tembaga sulfat, dan cryocautery memberikan penyembuhan pada >90% kasus, dan usapan ethanol pada 50‒65% kasus.

Efek samping lokal dilaporkan pada pemberian steroid topikal, perak nitrat, cryocautery, dan elektrokauter. Pemberian garam tidak menyebabkan efek samping. Namun, terdapat risiko bias yang tinggi pada banyak RCT.

Kesimpulan: Mayoritas penelitian menemukan bahwa pemberian garam efektif dalam mengobati granuloma umbilikalis. Pemberian garam adalah pilihan yang sederhana, mudah untuk diaplikasikan, harga terjangkau, dengan efek samping yang minimal. Oleh karena itu, garam dapat digunakan sebagai manajemen granuloma umbilikalis pada bayi lini pertama.

Garam Dapur untuk Manajemen Granuloma Umbilikalis

 

Ulasan Alomedika

Granuloma umbilikalis merupakan kondisi jinak yang sering terjadi pada bayi. Kondisi ini biasanya ditandai dengan massa merah, yang merupakan jaringan granulasi yang mudah hancur, pada dasar tunggul pusar. Jaringan granulasi ini timbul setelah tali pusat terpisah pada hari-hari pertama kelahiran.

Kondisi kongenital, seperti urachus paten dan ductus intestinal vitello persisten dapat menyerupai granuloma umbilikalis. Namun, kedua kondisi tersebut disertai discharge urin atau feses dari umbilikus. Insidensi granula umbilikalis tidak diketahui dan tidak menjadi fokus besar untuk penelitian epidemiologis.

Hingga saat ini, tidak ada konsensus jelas mengenai modalitas terapi untuk granuloma umbilikalis. Berbagai pilihan terapi telah dicoba, termasuk pemberian topikal garam, perak nitrat, tembaga sulfat, alkohol, dan steroid. Selain itu, terdapat pilihan tindakan cryocautery atau elektrokauter. Meta analisis ini meninjau hasil dari berbagai randomized controlled trial (RCT) dalam tata laksana granuloma umbilikalis.[1]

Ulasan Metode Penelitian

Penelitian ini adalah meta analisis dan tinjauan sistematis dari berbagai RCT yang telah dilakukan. Pemilihan RCT menggunakan panduan dari Cochrane handbook untuk tinjauan sistematis intervensi dan PRISMA (Preferred Reporting Items for Systematic Review and Meta-Analyses).

Kriteria inklusi adalah RCT dan quasi-RCT yang membandingkan tata laksana granuloma umbilikalis berikut:

  • Membandingkan antara agen topikal, seperti perak nitrat, garam, tembaga sulfat, alkohol (etanol), dan steroid topikal
  • Membandingkan agen topikal dengan tindakan cryocautery atau elektrokauter
  • Membandingkan antara agen topikal dengan plasebo atau tata laksana konservatif

Luaran penelitian adalah resolusi granuloma umbilikalis dan efek samping lokal atau sistemik. Pencarian literatur dilakukan dengan identifikasi sitasi, peninjauan oleh dua penulis, selanjutnya akses dan peninjauan artikel lengkap penelitian untuk menentukan penelitian bisa masuk ke dalam kriteria inklusi atau tidak.

Berdasarkan identifikasi sitasi, diperoleh 878 artikel. Namun, hanya 11 penelitian yang ditinjau. Artikel yang dieksklusi adalah karena 843 penelitian tidak ada relevansi dengan tujuan meta analisis, sedangkan 24 penelitian merupakan observasional.[1]

Ulasan Hasil Penelitian

Dari hasil seleksi, didapatkan 11 RCT yang melibatkan subjek sebanyak 890 bayi. Hasil RCT yang dianalisis mengindikasikan bahwa sebagian besar terapi topikal efektif dalam mengobati granuloma umbilikalis.

Terutama pemberian garam yang dievaluasi pada 7 RCT, yang terbukti efektif dalam mengobati granuloma umbilikalis, tanpa adanya efek samping. Sementara, pemberian topikal steroid, perak nitrat, dan tembaga sulfat juga efektif untuk mengobati granuloma umbilikalis, tetapi terdapat laporan efek samping.

Beberapa efek samping yang disebabkan oleh terapi topikal tersebut adalah bekas terbakar, hipopigmentasi, iritasi kulit, hingga infeksi sekunder pada area kulit sekitar umbilikus. Oleh karena itu, terapi-terapi tersebut tidak disarankan untuk menjadi pilihan pertama pada penanganan granuloma umbilikalis.

Usapan etanol memiliki angka penyembuhan terendah, sehingga tidak dianjurkan untuk terapi granuloma umbilikalis. Untuk tindakan cryocautery dan elektrokauter, terdapat risiko terbakar pada kulit sekitarnya, karena itu harus sangat hati-hati dalam penggunaannya. Selain itu, cryocautery membutuhkan cryogenic nitric oxide sebagai pembeku dan alat yang rumit. Elektrokauter juga berisiko menyebabkan discharge yang berbau busuk pada bayi, sehingga bisa keliru dengan adanya infeksi lokal.

Dari hasil-hasil penelitian yang ditinjau, dapat disimpulkan bahwa garam dapat digunakan sebagai pilihan pertama untuk terapi granuloma umbilikalis pada bayi. Pemberian garam terbukti efektif, efisien secara biaya, mudah didapatkan, dan tanpa/minimal adanya efek samping.[1]

Kelebihan Penelitian

Tinjauan dalam penelitian ini bersifat komprehensif dan melibatkan banyak penelitian yang tidak dipublikasikan pada jurnal terindeks. Hasil dari tinjauan sistematis ini akan mampu menciptakan pedoman berbasis bukti yang seragam untuk penanganan granuloma umbilikalis.

Kelebihan lain adalah jumlah subjek yang banyak, yaitu 890 bayi dimana 11 RCT yang dianalisis berasal dari berbagai negara. Selain itu, banyak penelitian observasional yang melibatkan +1.000 bayi dan melaporkan keberhasilan >90% pada penggunaan garam, yang juga berkaitan dengan angka komplikasi rendah dan harga terjangkau.[1]

Kekurangan Penelitian

Keterbatasan penting dalam penelitian ini adalah mayoritas penelitian yang dianalisis memiliki risiko bias yang tinggi atau tidak jelas pada banyak domain. Bias yang ditemukan antara lain pada proses random-sequence, blinding subjek dan luaran, serta kurang lengkapnya data luaran penelitian.

Aplikasi Hasil penelitian di Indonesia

Garam merupakan bahan yang pasti ditemukan di setiap rumah di Indonesia. Ion natrium dengan konsentrasi tinggi pada garam menyebabkan perbedaan osmolaritas yang selanjutnya menarik keluar air dari jaringan granulasi basah, sehingga nekrosis sel dan granuloma seluruhnya digantikan dengan sel-sel epitel normal. Garam dapur tidak menyebabkan sensasi terbakar pada kulit sekitar pusar, sehingga bersifat non-iritan dan sama sekali tidak menyebabkan nyeri.[2,3]

Cara pemberian garam untuk manajemen granuloma umbilikalis adalah mengoleskannya pada seluruh bagian lesi, setelah area tersebut dibersihkan dengan cairan salin normal (NaCl 0,9%). Area tersebut selanjutnya ditutup dengan kain kasa dan didiamkan selama 30 menit. Proses ini dilakukan 2 kali sehari [2].

Pemberian garam dalam tata laksana granuloma umbilikalis sudah sering dilakukan oleh bidan maupun ibu, tetapi hingga saat ini belum terdapat konsensus jelas mengenai modalitas terapi pilihan untuk granuloma umbilikalis termasuk garam,  karena belum banyak penelitiannya. Akan tetapi, hasil tinjauan sistemik ini telah menunjukkan bahwa pemberian garam merupakan pilihan yang sederhana dan efektif dengan komplikasi yang minimal.

Berbagai RCT menunjukkan bahwa terapi topikal, seperti perak nitrat, tembaga sulfat, alkohol, steroid, maupun tindakan cryocautery atau elektrokauter, meskipun efektif dalam mengobati granuloma umbilikalis tetapi berisiko menyebabkan efek samping. Sementara, pemberian garam dapur tidak atau minimal menyebabkan efek samping.

Hasil penelitian ini dapat diaplikasikan di Indonesia, mengingat garam sangat mudah didapatkan dengan harga murah. Pemberian garam tidak memerlukan tindakan khusus, sehingga orang tua dapat diedukasi untuk melakukan pengobatan secara mandiri di rumah dan kontrol pada waktu yang ditentukan.

Referensi