Bunion atau hallux valgus merupakan deformitas pada sendi metatarsophalangeal dari jempol kaki, yang umumnya memerlukan pembedahan jika gejalanya tidak membaik dengan terapi konservatif. Jari jempol pada kasus bunion akan tampak deviasi ke lateral, sementara bagian sendi tampak deviasi ke medial, sehingga menimbulkan rasa nyeri. Gejala nyeri bisa juga disertai dengan tampilan yang hiperemis dan gangguan dalam aktivitas sehari-hari.[1,2]
Tata laksana bunion terbagi menjadi terapi non-operatif dan operatif yang bertujuan untuk menghilangkan nyeri, memperbaiki kosmetik, dan mengatasi kesulitan memakai alas kaki. Meskipun belum ada bukti superioritas salah satu modalitas terapi, terapi non-operatif tetap menjadi rekomendasi pertama sebelum mempertimbangkan perlu tidaknya operasi.[1,2]
Perbandingan Efikasi Pembedahan dan Terapi Konservatif untuk Bunion
Castillejo, et al. (2020) memaparkan hasil meta analisis terhadap 12 studi klinis bahwa terapi operatif meningkatkan kualitas hidup pasien bunion. Penilaian kualitas hidup dari pasien dilihat dalam 3 aspek besar, yaitu skala fisik, mental dan sosial yang dinilai lewat serangkaian kuesioner. Selain itu, Castillejo, et al. juga mengungkapkan bahwa skor nyeri pada kelompok terapi operatif lebih baik daripada kelompok non-operatif.[6]
Namun, studi kohort retrospektif oleh Alshehri, et al. (2023) menyimpulkan hal yang berbeda dari meta analisis dari Castillejo, et al. (2020), di mana tidak ada perbedaan signifikan antara luaran klinis pasien bunion operatif dan non-operatif. Begitu pula dengan angka komplikasi, tidak ada perbedaan signifikan antara kelompok operatif dan non-operatif. Hal tersebut menunjukkan bahwa terapi non-operatif pada bunion tidak lebih inferior daripada terapi operatif.[7]
Perbedaan antara berbagai studi mungkin disebabkan oleh metodologi yang beragam, teknik bedah yang bervariasi, dan terbatasnya jumlah sampel. Selain itu, beberapa uji masih merupakan uji retrospektif. Ke depannya, uji klinis prospektif dalam skala yang lebih besar masih diperlukan untuk konfirmasi.[6,7]
Perbandingan Efikasi Bermacam Teknik Pembedahan Bunion
Ada lebih dari 100 macam teknik operasi untuk bunion. Namun, pada dasarnya, terapi operatif bunion hanya mencakup 4 macam prosedur dasar, yaitu: osteotomi, artroplasti, arthrodesis, dan prosedur pada jaringan lunak (soft tissue procedure). Pemilihan teknik sangat tergantung pada derajat keparahan penyakit dan preferensi ahli bedah.[1-3]
Prosedur osteotomi Chevron, Lapidus, dan scarf osteotomy merupakan operasi terbuka yang biasa dilakukan pada penderita bunion. Namun, dalam beberapa tahun terakhir, operasi minimal invasif telah banyak berkembang dan menjadi pilihan. Osteotomi Reverdin-Isham (generasi 1), Bosch (generasi 2) dan beberapa teknik terbaru dari generasi ketiga dari operasi minimal invasif telah banyak dikembangkan. Meskipun secara umum dikatakan bahwa terapi operatif superior terhadap terapi non-operatif, perbandingan antara metode operasi yang berbeda belum menunjukkan hasil yang konsisten dan konklusif.[4-6]
Dalam suatu meta analisis dari Ji, et al. (2022), dikatakan bahwa luaran klinis nyeri antara kelompok operasi terbuka dengan kelompok operasi minimal invasif tidak berbeda signifikan, kecuali untuk klinis nyeri pada fase awal pascaoperasi di mana kelompok operasi minimal invasif menunjukkan skor nyeri yang lebih rendah. Namun, bila dilihat dari tingkat komplikasi, kepuasan pasien, lama rawat, dan panjang luka operasi, maka kelompok operasi minimal invasif tampak lebih baik.[4,5]
Bunion yang Direkomendasikan untuk Menjalani Pembedahan
Indikasi utama dari terapi operatif bunion adalah nyeri. Nyeri yang tidak dapat diredakan meskipun sudah dilakukan terapi non-operatif (konservatif) yang maksimal dapat dipertimbangkan sebagai alasan untuk dilakukannya operasi. Karakteristik nyeri yang dapat dikategorikan sebagai indikasi operasi adalah nyeri yang terjadi secara regular sehingga mengganggu fungsi dari kaki yang terkena.[1,3]
Kesulitan mobilisasi dan gerakan sehari-hari juga dapat menjadi indikasi operasi. Adanya kondisi poliartritis dan penyakit rematik juga dapat menjadi indikasi lain untuk dilakukan operasi pada bunion. Faktor kosmetik sendiri tidak dapat dijadikan faktor penguat untuk dilakukan operasi. Sementara itu, kontraindikasi dilakukan tindakan operasi pada bunion adalah apabila ditemukan penyakit arteri oklusif.[1,3]
Kesimpulan
Berdasarkan pedoman klinis saat ini, terapi konservatif (non-operatif) tetap menjadi opsi pertama untuk pasien bunion sebelum mempertimbangkan perlu atau tidaknya operasi. Bahkan, terdapat studi yang menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan signifikan antara luaran klinis maupun komplikasi pasien bunion yang menjalani terapi non-operatif dan operatif.
Namun, terdapat juga studi yang menunjukkan bahwa operasi mungkin meningkatkan kualitas hidup pasien dan sedikit memperbaiki nyeri. Ke depannya, studi dalam skala yang lebih besar dan berdesain prospektif masih diperlukan untuk konfirmasi. Studi lebih lanjut juga masih diperlukan untuk mengetahui metode operasi yang terbaik. Untuk saat ini, metode operasi minimal invasif dilaporkan menunjukkan skor nyeri dan komplikasi yang lebih rendah.
Kasus bunion atau hallux valgus yang saat ini dapat dipertimbangkan untuk menjalani pembedahan adalah kasus yang nyerinya tidak reda meskipun sudah dilakukan terapi konservatif yang maksimal. Nyeri yang terjadi secara regular sehingga mengganggu fungsi dan pergerakan kaki juga menjadi indikasi operasi.