Perlukah Mengukur dan Mengatasi Hipertrigliseridemia?

Oleh :
dr.Krisandryka

Adanya kontroversi terkait bukti studi hipertrigliseridemia memunculkan pertanyaan tentang perlu tidaknya penyakit ini diukur dan diatasi. Meski saat ini sudah terdapat obat-obat penurun trigliserida, beberapa studi menunjukkan bahwa obat-obatan tersebut tidak dapat mencegah kejadian kardiovaskular.[1,2]

Penurunan Trigliserida dan Risiko Kardiovaskular

Hipertrigliseridemia telah dihubungkan dengan aterogenesis dan risiko kejadian kardiovaskular yang tinggi meski pasien telah mendapat terapi statin optimal.

labhipertrigliseridemia

Studi Kohort Retrospektif Arca et al tahun 2020

Studi kohort retrospektif oleh Arca et al. terhadap 158.042 sampel membandingkan risiko mortalitas dan kardiovaskular dengan nilai trigliserida.

Hasil studi tersebut menunjukkan bahwa kelompok dengan nilai trigliserida normal (<150 mg/dL) memiliki insiden mortalitas dan kejadian kardiovaskular sebesar 7,2 per 1.000 orang per tahun. Angka ini lebih rendah secara signifikan bila dibandingkan kelompok dengan nilai trigliserida tinggi (150-500 mg/dL) dan sangat tinggi (>500 mg/dL), yakni 17,1 per 1.000 orang per tahun.[1-3]

Tinjauan Sistematis Marston et al tahun 2019

Dalam studi ini, diteliti hubungan penurunan profil lipid dan risk ratio (RR) kejadian vaskular. Pada analisis model multivariable meta-regression yang melibatkan trigliserida, setiap penurunan trigliserida sebanyak 1 mmol/L, terdapat RR kejadian vaskular sebesar 0,84. Hal ini menunjukkan penurunan trigliserida berhubungan dengan penurunan risiko kejadian kardiovaskular.

Namun, dalam meta-regression tersebut, masuknya studi REDUCE-IT yang merupakan simpangan (outlier) signifikan yang mempengaruhi hasil studi. Dengan mengeluarkan REDUCE-IT dari meta-regression, RR naik menjadi 0,91 per 1 mmol/L penurunan trigliserida, sehingga hasil keseluruhan studi Marston et al. menjadi agak bias.[4]

Manfaat Obat Penurun Trigliserida terhadap Risiko Kardiovaskular

Beberapa studi telah membahas penggunaan obat penurun trigliserida tertentu dalam penurunan trigliserida dan hubungannya dengan risiko kardiovaskular.

Pemafibrate

Studi randomized double-blind Pradhan et al. tahun 2022 yang meneliti efek salah satu obat yang satu golongan dengan fenofibrate dan gemfibrozil, yakni pemafibrate terhadap risiko kejadian kardiovaskular pada pasien diabetes mellitus (DM) tipe 2. Studi ini melibatkan 10.497 pasien dengan DM tipe 2 yang memiliki kadar trigliserida 200-499 mg/dL, low-density lipoproteins (LDL) ≤100 mg/dL, dan high-density lipoproteins (HDL) ≤40 mg/dL.

Studi tersebut menunjukkan bahwa setelah 4 bulan, pemafibrate mengurangi kadar trigliserida sebesar 26,2%. Namun, angka kejadian kardiovaskular seperti infark miokard, stroke iskemik, tindakan revaskularisasi koroner, dan kematian akibat penyakit kardiovaskular pada pada kelompok yang mendapatkan pemafibrate sama saja dengan kelompok plasebo.[5]

Omega-3

Studi randomized double-blind lain oleh Nicholls et al. meneliti efek omega-3 terhadap risiko kejadian kardiovaskular pada pasien dengan dislipidemia aterogenik dan risiko kardiovaskular tinggi. Sebanyak 13.078 pasien hipertrigliseridemia yang mempunyai kadar HDL rendah dengan risiko kardiovaskular tinggi dan sudah mendapatkan statin diikutsertakan dalam studi ini.[6]

Pada kelompok yang menerima omega-3, didapatkan mengalami lebih banyak penurunan kadar trigliserida secara signifikan, yakni sebanyak 19%. Namun, studi dihentikan lebih awal setelah dan didapatkan sebanyak 785 pasien dari kelompok omega-3, sedangkan 795 pasien pada kelompok plasebo mengalami insiden kardiovaskular.

Studi tersebut menyimpulkan bahwa meskipun terjadi penurunan trigliserida, tidak ada perbedaan signifikan antara omega-3 dan plasebo untuk mencegah kejadian kardiovaskular pada kelompok berisiko.[6]

Icosapent Ethyl

Studi randomized double-blind oleh Bhatt et al. tahun 2019 memberikan hasil yang sedikit berbeda. Studi tersebut meneliti efek penurunan trigliserida akibat icosapent ethyl terhadap risiko kejadian iskemik. Studi ini melibatkan 8.179 pasien dengan risiko kardiovaskular yang memiliki kadar trigliserida puasa 135-499 mg/dL dan LDL 41-100 mg/dL.[7]

Hasilnya, 17,2% pasien dari kelompok yang mendapat icosapent ethyl mengalami kejadian kardiovaskular; lebih rendah secara signifikan dibandingkan 22% pasien di kelompok plasebo. Namun, terlepas dari nilai trigliserida pada 1 tahun pertama (≥150 atau <150 mg/dL), tetap terjadi penurunan risiko kardiovaskular pada kelompok icosapent ethyl dibandingkan plasebo, sehingga mengindikasikan penurunan risiko kardiovaskular tidak berhubungan dengan penurunan trigliserida. Diduga icosapent ethyl memiliki efek metabolik lain yang menurunkan risiko iskemik.[7]

Kesimpulan

Hipertrigliseridemia sebelumnya dinilai berkaitan dengan risiko kardiovaskular tinggi, tetapi terdapat kontroversi mengenai hubungan kausal antara keduanya. Beberapa obat yang dapat menurunkan trigliserida seperti pemafibrate, fenofibrate, gemfibrozil, suplemen omega-3, dan icosapent ethyl tidak mengurangi risiko kardiovaskular pada pasien.

Penurunan angka kadar trigliserida nyatanya tidak memberikan manfaat terkait penurunan risiko kejadian kardiovaskular, kadar trigliserida tidak dapat menjadi acuan dokter dalam keberhasilan terapi. Bahkan, hal ini menjadi alasan untuk tidak memeriksakan kadar trigliserida pasien.

 

Referensi