Dokter harus mampu memberikan rekomendasi jenis mainan yang dapat membantu optimalisasi tumbuh kembang anak bagi anak di era digital ini. Mainan yang tepat akan berkontribusi besar terhadap perkembangan kognitif, fisik, sosial, dan emosional yang sehat bagi anak. Selain itu, bermain juga akan memberikan kesempatan yang ideal dan signifikan pada orang tua untuk berinteraksi dengan anak mereka.
Saat ini, mainan tidak hanya dipandang sebagai sarana anak untuk bermain. Mainan juga memiliki manfaat sebagai fasilitas untuk merangsang perkembangan awal otak dan optimalisasi tumbuh kembang anak. Walau demikian, tidak semua mainan memiliki manfaat tambahan ini. Hal ini menjadi tantangan tersendiri untuk menentukan mainan yang tepat bagi anak, khususnya di era digital.[1,2]
Mainan yang bagus tidak harus mahal, sayangnya banyak orang tua dan pengasuh yang memiliki persepsi bahwa mainan elektronik yang mahal itu lebih bagus bagi tumbuh kembang anak (contohnya mainan yang mengeluarkan suara atau cahaya sebagai rangsangan sensorik).
Studi menunjukkan bahwa mainan elektronik justru dapat mengurangi pengalaman sosial pada masa awal anak yang umumnya digunakan untuk mengembangkan kemampuan seperti mengenali ekspresi wajah, gestur, serta vokalisasi yang penting bagi interaksi sosial anak sehari-hari ke depannya.[1]
Pentingnya Memilih Mainan Anak
Dalam 20 tahun terakhir telah terjadi perubahan paradigma besar dari sekadar alat bermain anak menjadi faktor penting dalam tumbuh kembang, kemandirian dan fungsi eksekutif anak.
Hal ini menyebabkan munculnya mainan modern yang berteknologi tinggi dan diklaim dapat berperan untuk mencerdaskan anak. Walau demikian, perlu diingat bahwa mainan hanya merupakan fasilitas yang memerlukan interaksi dengan orang tua atau teman untuk membantu tercapainya tumbuh kembang yang optimal.[1,3]
Jenis Mainan yang Disarankan untuk Anak
Mainan terbaik adalah mainan yang cocok dengan kemampuan dan perkembangan anak, serta dapat merangsang perkembangan kemampuan baru anak. Jenis mainan ini dapat dibagi menjadi 5 kategori:
- Mainan simbolis atau peraga: boneka, mobil-mobilan, alat memasak
- Motorik halus, adaptif atau manipulatif: mainan blok, puzzle, kereta api
- Seni: tanah liat, plastisin, dan cat warna
- Bahasa dan konsep: permainan kartu, mainan huruf
- Motorik kasar dan fisik: sepeda roda tiga, mobil mainan besar[1]
Pentingnya Interaksi saat Bermain pada Anak Usia Dini
Mainan sangat penting pada masa awal tumbuh kembang anak. Mainan dapat merangsang perkembangan kognitif, interaksi bahasa, simbolis, peragaan, pemecahan masalah, interaksi sosial dan aktivitas fisik pada anak.
Umumnya mainan yang baik adalah mainan yang sesuai dengan usia serta kemampuan dan keahlian yang dicapai pada usia tersebut. Mainan juga haruslah menyenangkan dan dapat membantu interaksi melalui permainan bersama antara anak dan orang tua / pengasuh. Dengan demikian, proses bermain akan kaya dengan pengalaman berbahasa dan interaksi verbal resiprokal.
Di era digital ini, mainan yang berbasis elektronik umumnya tidak dapat memberikan interaksi sosial. Anak bermain sendiri tanpa adanya interaksi tidak dianjurkan, terutama pada anak usia dini. Contoh: kegiatan membaca bersama antara anak dan orang tua tetap tidak dapat digantikan dengan robot beruang yang mengeluarkan suara untuk bercerita kepada anak.
Interaksi antara anak dengan orang tua sangat penting dalam tumbuh kembang anak yang sehat. Hal ini berbeda dengan anak yang lebih tua yang telah mengembangkan kemandirian dan kepercayaan diri.[1]
Mainan untuk Anak Berkebutuhan Khusus
Anak dengan kebutuhan khusus (misalnya penderita autistic spectrum disorder atau disabilitas) dapat mengalami kesulitan atau hambatan karena keterbatasan intelektual ataupun fisik dalam bermain. Kesulitan yang paling besar adalah ketika anak hanya mampu bermain secara tidak lazim, seperti memainkan telepon mainan dengan mengentak-entakkannya ke lantai dibandingkan mencoba berbicara lewat telepon.
Anak berkebutuhan khusus juga dapat mengalami keterikatan yang berlebihan terhadap satu jenis mainan tertentu. Hal ini tentu saja sangat menghambat kemampuan tumbuh kembang anak dan interaksi sosial yang sehat dengan teman sebaya yang seharusnya dapat dicapai dengan bantuan mainan tersebut.[1]
Pemilihan mainan untuk anak berkebutuhan khusus juga menjadi sulit karena kebanyakan mainan diklasifikasikan berdasarkan usia. Klasifikasi ini tentunya tidak tepat jika diterapkan pada anak berkebutuhan khusus yang tingkat perkembangannya tentunya tidak sesuai dengan tingkat perkembangan anak normal sebaya.
Walau terdapat masalah-masalah di atas, mainan tetap memiliki manfaat bagi anak berkebutuhan khusus. Studi menunjukkan mainan memiliki peran penting untuk pengembangan kemampuan interaksi sosial anak dengan kebutuhan khusus.
Kuncinya adalah mainan yang digunakan harus dapat memberikan ruang bagi anak berkebutuhan khusus untuk dapat bermain dan berinteraksi bersama teman atau orang tua. Contohnya adalah kegiatan membaca buku bersama antara orang tua dan anak.[1,4,5]
Pajanan Media Elektronik
Pajanan televisi pada anak usia dini terus meningkat sejak beberapa dekade terakhir. Hal ini berkontribusi menurunkan waktu bermain anak, baik bermain aktif secara fisik, maupun interaksi dengan lingkungan sekitar dan orang tua.
Bahkan, paparan televisi dengan aplikasinya yang mengiklankan dirinya bermuatan “edukasi” tidak terbukti efektif dan benar-benar mengedukasi. Kelemahan utama tayangan edukasi seperti ini adalah tidak menunjang aktivitas bersama ataupun interaksi dengan orang lain saat menonton.
Mainan virtual berupa permainan layar sentuh ataupun aplikasi permainan saat ini dibuat dan dikembangkan menyerupai mainan fisik dan bahkan dirancang untuk menggantikan aktivitas fisik. Akses anak pada televisi dan gawai diketahui meningkatkan risiko negatif pajanan media elektronik, di antaranya:
- Gangguan perilaku akibat anak takut saat melihat konten di televisi atau berusaha meniru adegan kekerasan dari televisi
- Berkurangnya waktu tidur karena anak asyik bermain atau menonton
- Terlambatnya pembelajaran karena anak tidak dapat memusatkan atensi karena fokus perhatian pada televisi atau gawai
- Gangguan berbahasa maupun sosial
- Obesitas karena kurang aktivitas fisik[1]
Hal ini tentunya bukan berarti bahwa anak tidak boleh menonton televisi atau menggunakan gawai. Orang tua perlu membatasi penggunaan media-media tersebut supaya tidak berlebihan dan menyebabkan gangguan pada anak.
Pemilihan Mainan yang Aman
Setiap tahun puluhan ribu anak masuk ruang gawat darurat karena luka yang berhubungan dengan mainan. Banyak kasus terjadi karena orang tua memberikan anak mainan yang sebenarnya diperuntukkan bagi anak yang lebih tua.
Kasus akibat mainan kebanyakan bersifat tidak fatal, umumnya berhubungan dengan mainan yang dikendarai seperti sepeda roda tiga atau skuter. Mekanisme luka umumnya akibat terjatuh.
Kasus paling fatal yang berhubungan dengan mainan adalah akibat obstruksi saluran napas karena tersedak mainan. Sebaliknya, mainan yang tertelan oleh anak oleh suatu studi diasumsikan tidak berbahaya dan akan keluar saat defekasi.[3,6,7]
Bayi dan anak usia dini umumnya senang memasukkan mainan yang ada di tangan mereka ke dalam mulut. Selain bahaya akibat tersedak, anak juga dapat mengalami gangguan kesehatan seperti gastroenteritis akibat mikroorganisme yang terdapat pada mainan yang kotor. Risiko gangguan kesehatan akan meningkat jika mainan dibuat menggunakan bahan berbahaya dan beracun.
Mainan tanpa merk dagang yang tersedia di pasaran tanpa melalui pemeriksaan sesuai prosedur yang tepat, dikhawatirkan mengandung pthalate, yang biasa digunakan sebagai bahan pelunak plastik, timbal dari cat pada mainan anak dan cadmium yang sangat berbahaya bagi kesehatan anak.[1,2,8]
Jenis Mainan yang Sebaiknya Dihindari
Mainan dengan fitur kekerasan seperti video game dan pemilihan mainan bentuk senjata yang dapat merangsang kekerasan sebaiknya dihindari. Mainan juga sebaiknya tidak dipilih yang bersifat gender-stereotype karena jenis mainan stereotip ini cenderung membatasi perkembangan fisik, kognitif dan artistik anak dibandingkan mainan yang bersifat neutral-gender. [1,9]
Kesimpulan
Mainan jika digunakan secara tepat dapat menjadi fasilitas untuk optimalisasi tumbuh kembang anak. Hal ini memerlukan mainan yang sesuai dengan usia dan perkembangan anak, merangsang kemampuan anak, serta membantu anak untuk berinteraksi dengan orang tua atau teman.
Di sisi lain, penggunaan media elektronik dan gawai perlu dibatasi karena dapat menyebabkan gangguan kesehatan seperti obesitas dan gangguan bahasa, serta mengurangi interaksi anak dengan orang tua, teman, atau lingkungan.
Keamanan mainan juga perlu diperhatikan, terutama risiko obstruksi saluran napas karena tersedak. Selain itu, mainan juga perlu dipastikan tidak mengandung bahan berbahaya seperti pthalate, timbal, dan cadmium.
Orang tua sebaiknya menghindari mainan dengan fitur kekerasan dan mainan yang bersifat gender-stereotype.