Pengaplikasian asam hialuronat atau hyaluronic acid diduga dapat mempercepat penyembuhan luka karena kemampuannya menjaga kelembapan lingkungan luka sehingga membantu migrasi sel di dasar luka. Meski demikian, basis bukti dari manfaat ini belum banyak dibahas.[1-3]
Kaitan Asam Hialuronat dan Proses Penyembuhan Luka
Asam hialuronat merupakan glikosaminoglikan anionik non-sulfat yang dapat ditemukan di seluruh jaringan ikat, epitel, dan saraf. Asam hialuronat adalah komponen utama matriks ekstraseluler yang berperan penting untuk mempertahankan kelembaban, menjaga ruang ekstraseluler, regulasi tekanan osmotik, dan berperan sebagai pelumas sendi sinovial. Selain itu, zat ini banyak digunakan dalam bidang kosmetik sebagai pelembab dan anti-kerut.[1]
Berbagai penelitian in vitro dan in vivo mengungkapkan kemampuan asam hialuronat dalam menyembuhkan luka dengan cara meningkatkan migrasi, proliferasi, dan diferensiasi sel mesenkim dan epitel, memfasilitasi regenerasi jaringan, mengatur respon inflamasi, memperbaiki angiogenesis dan deposisi kolagen, serta mengobati jaringan parut. Oleh karena itu, saat ini banyak produk perawatan luka yang melibatkan potensi terapeutik asam hialuronat.[1,2]
Penyembuhan Luka dan Peran Balutan Luka
Kecepatan penyembuhan luka dipengaruhi oleh tingkat keparahan luka, status fisiologi, kondisi medis, dan derajat kerusakan jaringan. Penyembuhan luka terdiri dari 4 fase kompleks; yaitu homeostasis dan koagulasi, inflamasi, proliferasi dan migrasi, serta maturasi atau remodeling.
Mayoritas luka mudah dibersihkan dan pulih dalam beberapa minggu dengan perawatan yang tepat. Namun, pada individu dengan cedera atau luka yang serius, proses penyembuhannya lebih sulit dan membutuhkan waktu yang lebih lama. Luka juga dapat menjadi kronik akibat kehilangan cairan, inflamasi berlebih, dan hambatan lain yang menghalangi atau menunda penyembuhan luka, seperti kontaminasi bakteri. Untuk itu, dikembangkan berbagai biomaterial pembalut luka, seperti hidrogel.[2,3]
Pilihan pembalut luka atau wound dressing yang adekuat merupakan komponen penting untuk mendapatkan hasil terapi yang baik. Wound dressing yang ideal harus mampu menjaga lingkungan luka tetap lembab, memfasilitasi migrasi epidermis, mempromosikan angiogenesis, memberikan akses nutrisi terhadap luka, serta melindungi luka dari kontaminasi mikroorganisme.[3,4]
Kontribusi Asam Hialuronat dalam Penyembuhan Luka
Proses penyembuhan luka dimulai segera setelah terjadi cedera kulit, dengan tujuan memulihkan arsitektur jaringan kulit dan menghentikan perdarahan. Proses ini terjadi akibat pelepasan high molecular weight hyaluronic acid (HMW-HA), deposit fibrinogen, dan pembentukan bekuan darah.
Asam hialuronat menstimulasi pelepasan neutrofil dan sitokin. Sekresi sitokin akan memfragmentasi HMW-HA menjadi low molecular weight hyaluronic acid (LMW-HA), yang berkontribusi pada rekrutmen leukosit dan monosit. LMW-HA dan fibronektin mendukung proses invasi dan proliferasi fibroblas, yang merupakan proses penting untuk deposisi kolagen pada luka.[2]
Karena adanya peran alamiah asam hialuronat dalam proses penyembuhan luka, pemberian asam hialuronat eksogen secara topikal dianggap dapat meningkatkan penyembuhan luka. Interaksi asam hialuronat topikal dengan reseptor seluler, seperti CD44, dapat mengaktivasi jalur yang mempromosikan proliferasi sel, migrasi sel, dan produksi faktor pertumbuhan. Selain itu, asam hialuronat juga membentuk matriks ekstraseluler yang mendukung penyembuhan luka dengan meningkatkan pembentukan kolagen.[1-4]
Basis Bukti Efikasi Penambahan Asam Hialuronat pada Berbagai Wound Dressing Luka
Sebuah penelitian melibatkan 85 pasien yang menderita luka dengan etiologi berbeda, termasuk trauma superfisial, jahitan bedah, luka bakar tingkat pertama dan kedua, dermabrasi, dan ulkus dari berbagai etiologi. Hasil penelitian menunjukkan penurunan luas permukaan rerata luka dari 456 mm2 menjadi 147 mm2 setelah 6 minggu, dengan penurunan rerata 86% dari luas permukaan luka awal. Peneliti menyimpulkan bahwa penggunaan krim asam hialuronat 0,2% efektif untuk pemulihan luka dan dapat ditoleransi dengan baik. Meski begitu, studi ini tidak memiliki kelompok kontrol dan tidak dilakukan blinding.[2]
Tinjauan sistematik Cochrane (2023) mengevaluasi uji klinis terkontrol acak yang membandingkan efek asam hialuronat (sebagai balutan atau agen topikal) dengan balutan luka lain dalam penyembuhan luka. Tinjauan ini melibatkan 12 uji klinis dengan 1108 partisipan, yang mengalami 178 luka tekanan, 54 ulkus kaki diabetik, dan 896 ulkus kaki lain.
Hasil tinjauan menunjukkan bahwa belum ada cukup bukti untuk menentukan efikasi balutan asam hialuronat dalam penyembuhan luka tekanan atau ulkus kaki diabetik. Namun, terdapat bukti bahwa asam hialuronat meningkatkan kesembuhan ulkus secara keseluruhan dan sedikit mengurangi rasa nyeri serta meningkatkan perubahan ukuran luka dibandingkan dengan balutan netral.[5]
Efikasi Asam Hialuronat yang Dikombinasikan dengan Perak Sulfadiazine
Studi lain mencoba mengevaluasi efikasi dan keamanan balutan asam hialuronat dan perak sulfadiazine pada lesi akut dan kronis. Penelitian melibatkan 32 pasien, dan menggunakan produk yang mengandung LMW-HA dan perak sulfadiazine 1%. Hasilnya menunjukkan bahwa pada kelompok lesi akut semua luka sembuh; sedangkan pada kelompok lesi kronis 10 dari 20 luka sembuh setelah 8 minggu perawatan, dan 8 mengalami perbaikan dengan pengurangan luas luka. Meski demikian, kualitas bukti di sini termasuk rendah karena tidak adanya kelompok kontrol sebagai pembanding.[6]
Efikasi Asam Hialuronat yang Dikombinasikan dengan Kolagenase
Sebuah penelitian observasional retrospektif mengevaluasi efikasi suatu salep berbasis asam hialuronat dan kolagenase (Bionect Start®). Studi ini melibatkan 70 pasien dengan luka kronis dari berbagai etiologi, termasuk diabetes mellitus, ulkus pasca trauma, luka bakar kronis derajat I dan II, serta luka tekan. Metode evaluasi melibatkan analisis karakteristik luka menggunakan konsep wound bed score (WBS), waktu penyembuhan, serta kepuasan operator dan pasien.
Hasil penelitian menunjukkan efikasi yang bervariasi dari 26% setelah 2 minggu hingga 93% setelah 4 minggu, dengan 62 pasien mengalami penyembuhan lengkap dalam periode 8 minggu. Kepuasan operator setelah 8 minggu adalah 100% dan kepuasan pasien adalah 90%. Semua pasien melaporkan mengalami penurunan rasa nyeri. Serupa dengan studi-studi lain di atas, penelitian ini memiliki kekuatan bukti yang kurang baik karena tidak adanya kelompok kontrol.[7]
Kesimpulan
Masih belum ada bukti yang cukup meyakinkan untuk menjamin efikasi asam hialuronat dalam meningkatkan penyembuhan luka. Studi yang tersedia saat ini masih memiliki jumlah sampel yang kecil dan memiliki keterbatasan metodologi.
Meski begitu, beberapa bukti ilmiah terbatas mengindikasikan bahwa asam hialuronat bermanfaat dalam meningkatkan penyembuhan luka dan mengurangi rasa nyeri, termasuk ketika dikombinasikan dengan zat aktif lain seperti perak sulfadiazine dan kolagenase. Uji klinis acak terkontrol lebih lanjut dengan jumlah sampel lebih besar, blinding, dan kelompok kontrol masih diperlukan untuk memastikan efikasi dan keamanan asam hialuronat topikal dalam perawatan luka.