Evaluasi palpitasi di yankes primer harus dimulai dengan mempertimbangkan penyebab umum seperti aritmia, hipertiroid, gangguan kecemasan, dan anemia. Identifikasi penyebab tersebut penting karena palpitasi dapat menjadi gejala dari kondisi jantung serius atau sekunder terhadap penyakit sistemik lain.
Anamnesis perlu mencakup durasi, frekuensi, dan pemicu palpitasi, serta gejala tambahan seperti nyeri dada, pusing, atau sesak napas. Hal ini membantu dalam membedakan palpitasi akibat kondisi jinak, seperti sinus takikardia akibat stres atau aktivitas fisik, dari kondisi patologis seperti atrial fibrilasi atau takikardia supraventrikular.
Pemeriksaan fisik dapat mendeteksi tanda klinis yang mendukung diagnosis tertentu, seperti takikardia, hipertensi, atau murmur jantung. Elektrokardiogram (EKG) adalah alat diagnostik awal untuk mendeteksi adanya aritmia atau perubahan struktural jantung, tetapi pada aritmia intermiten (seperti atrial fibrilasi) EKG yang normal tidak mengeksklusi aritmia. Pada pasien dengan riwayat yang mengarah ke gangguan endokrin atau anemia, tes laboratorium seperti kadar TSH, hemoglobin, dan elektrolit dapat dilakukan.[1-4]
Pikirkan Kemungkinan Penyebab Keluhan Palpitasi
Palpitasi adalah gejala subjektif yang sering ditemukan di fasilitas kesehatan tingkat pertama. Palpitasi dapat disebabkan oleh etiologi kardiak maupun non-kardiak, yang mana penyebab kardiak berisiko lebih tinggi menyebabkan kematian mendadak.
Palpitasi biasanya digambarkan sebagai detak jantung yang cepat, kuat, atau irama jantung ireguler. Palpitasi dapat disebabkan oleh gangguan jantung, endokrin, atau metabolik, efek samping obat, dan penggunaan zat seperti alkohol. Pada kebanyakan kasus di populasi dengan risiko kardiovaskular rendah atau rerata, penyebab palpitasi adalah jinak, seperti konsumsi kafein atau kecemasan. Meski demikian, penyebab fatal seperti atrial fibrilasi, tetap harus diwaspadai.[1-4]
Penyebab Jinak
Palpitasi dapat disebabkan oleh faktor-faktor non-kardiak seperti kecemasan, konsumsi kafein, atau alkohol. Pada kasus ini, palpitasi umumnya tidak berbahaya dan akan menghilang setelah pencetus diatasi.
Gangguan kecemasan sering dikaitkan dengan palpitasi yang disertai gejala psikosomatik lain seperti tremor, keringat berlebih, dan sensasi sesak. Adanya riwayat psikososial yang relevan dapat membantu membedakan palpitasi yang diinduksi oleh kecemasan dari penyebab organik lainnya. Konsumsi kafein dan alkohol berlebih juga dapat memicu palpitasi, dan efeknya biasanya bersifat sementara serta berhubungan dengan waktu konsumsi zat.[1-4]
Aritmia
Penyebab lain yang lebih serius harus dipertimbangkan apabila palpitasi disertai dengan gejala seperti pusing, sinkop, atau nyeri dada. Salah satu penyebab umum adalah aritmia, termasuk atrial fibrilasi dan takikardia supraventrikular (SVT). Pada kasus aritmia, palpitasi biasanya terjadi tiba-tiba dan dirasakan sebagai detak jantung yang tidak teratur. Aritmia dapat dikonfirmasi melalui EKG atau pemantauan Holter jika tersedia.
Pada pasien muda tanpa faktor risiko kardiovaskular yang signifikan, SVT umumnya menjadi penyebab. Sementara itu, atrial fibrilasi atau aritmia fatal lain lebih sering ditemukan pada pasien lebih tua atau mereka yang memiliki faktor risiko kardiovaskular seperti hipertensi, obesitas, dan diabetes mellitus. Waspadai berbagai kondisi yang dapat mencetuskan aritmia fatal ini, termasuk infark miokard.[1-4]
Penyebab Organik Lainnya
Hipertiroid juga dapat menyebabkan palpitasi, yang sering disertai dengan gejala seperti tremor, intoleransi panas, dan penurunan berat badan. Evaluasi kadar hormon tiroid diperlukan pada pasien dengan tanda atau riwayat klinis yang mendukung hipertiroid.
Anemia juga merupakan penyebab potensial lain, terutama pada pasien dengan riwayat perdarahan gastrointestinal atau defisiensi nutrisi. Palpitasi akibat anemia umumnya terkait dengan peningkatan denyut jantung kompensatorik untuk memenuhi kebutuhan oksigen. Tes hemoglobin dan ferritin dapat membantu diagnosis.[1-4]
Efek Samping Obat
Penyebab lain yang juga perlu diperhatikan adalah efek samping obat-obatan tertentu, seperti dekongestan, stimulan, atau bronkodilator, yang dapat menyebabkan palpitasi sebagai efek sekunder dari aktivasi sistem simpatis. Riwayat penggunaan obat harus dieksplorasi untuk mengidentifikasi faktor-faktor ini.[1-4]
Langkah Evaluasi Palpitasi
Anamnesis merupakan tahap pertama yang penting dalam mendiagnosis penyebab palpitasi. Awitan, durasi, frekuensi, faktor pencetus, dan keluhan penyerta merupakan hal penting yang perlu ditanyakan. Palpitasi yang berlangsung kurang dari 5 menit cenderung tidak disebabkan oleh masalah jantung. Adanya keluhan penurunan berat badan atau tremor dapat mengarah pada hipertiroid. Keluhan tambahan seperti nyeri dada dan sesak saat beraktivitas dapat mengarah pada iskemia kardiak.[1-4]
Anamnesis
Pada anamnesis, lakukan identifikasi durasi, frekuensi, dan pemicu palpitasi, serta ada-tidaknya gejala tambahan seperti nyeri dada dan sesak napas. Selain itu, banyak kondisi jantung, baik yang bersifat aritmia maupun struktural, memiliki komponen genetik sehingga penting untuk menggali riwayat keluarga yang mencakup kematian mendadak atau penyakit jantung yang diturunkan.
Tanyakan pula apakah palpitasi terjadi saat beraktivitas atau istirahat, karena palpitasi yang terjadi saat istirahat sering berhubungan dengan ventricle premature contraction (VPC) yang dimediasi oleh saraf vagus, sedangkan palpitasi saat aktivitas fisik dapat mengindikasikan etiologi lebih serius, seperti kardiomiopati dan penyakit jantung koroner.
Palpitasi yang dirasakan sebagai sensasi cepat dan berdenyut di leher, atau dicetuskan oleh berdiri setelah membungkuk atau berbaring, mungkin disebabkan oleh atrioventricular nodal reentrant tachycardia (AVNRT). Riwayat kondisi psikiatri, seperti serangan panik atau gangguan kecemasan, juga penting untuk diperiksa karena dapat menjadi etiologi palpitasi.[1-4]
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan tanda vital mungkin menemukan adanya demam, hipertensi atau hipotensi, takikardia atau bradikardia, takipnea atau bradipnea, dan penurunan saturasi oksigen. Adanya perubahan ortostatik saat melakukan pengukuran tekanan darah dan denyut jantung harus dievaluasi. Palpasi nadi dapat mengungkapkan adanya irama abnormal.
Pemeriksaan adanya anemia, eksoftalmus, dan pembesaran tiroid yang menjelaskan adanya kemungkinan penyebab organik harus dicek. Pemeriksan auskultasi jantung dapat menemukan murmur yang mengarah pada penyakit struktural jantung. Palpitasi yang disertai dengan tanda-tanda seperti edema ekstremitas bawah atau peningkatan tekanan vena jugularis dapat menunjukkan gagal jantung.[1-3]
Pemeriksaan Penunjang
EKG 12 sandapan merupakan pemeriksaan penting pada pasien dengan keluhan palpitasi. Namun, pemeriksaan ini kadang kurang bermanfaat bila perekaman tidak dilakukan saat gejala terjadi.
Adanya pemanjangan interval QT dapat disebabkan oleh takikardia ventrikel polimorfik. Pemendekan interval PR atau adanya gelombang delta menunjukkan adanya jalur asesoris. Perubahan segmen ST dan abnormalitas gelombang T merupakan petunjuk adanya penyakit miokard. Gambaran EKG yang normal tidak mengeliminasi penyebab kardiak. Bila tidak didapatkan diagnosis yang jelas dan gejala didapatkan sering, pemantauan Holter dapat dipertimbangkan.[1-3]
Pemeriksaan laboratorium dilakukan sesuai indikasi dan dapat mencakup pemeriksaan darah lengkap, fungsi ginjal, serum elektrolit, dan fungsi tiroid. Biomarker kardiak, seperti troponin dan kreatinin kinase, sebaiknya diperiksakan pada pasien dengan aritmia yang terus berlangsung, atau yang disertai gejala tambahan yang mengarah ke iskemia koroner, miokarditis, atau perikarditis.[1,2]
Indikasi Rujuk pada Kasus Palpitasi
Kebanyakan pasien yang mengalami palpitasi dapat dievaluasi dan ditangani di yankes primer dengan memanfaatkan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang sederhana seperti EKG dan tes darah. Rujukan mungkin diperlukan pada:
- Pasien dengan palpitasi berulang atau persisten yang tidak dapat dijelaskan penyebabnya.
- Palpitasi yang berhubungan dengan pra-sinkop atau sinkop
- Palpitasi yang berhubungan dengan aktivitas, riwayat penyakit jantung struktural atau kongenital, EKG abnormal, riwayat keluarga dengan sinkop berulang atau kematian jantung mendadak < 40 tahun, dan riwayat kecelakaan atau tenggelam.[1,3,5,6].
Pasien dengan red flags juga akan memerlukan rujukan. Red flags palpitasi mencakup usia lanjut, adanya gejala kardiopulmonal penyerta, denyut nadi >120 kali/menit atau <45 kali/menit saat istirahat, serta palpitasi yang mengganggu tidur pasien.[1-3,7]
Kesimpulan
Palpitasi adalah gejala yang umum ditemukan di yankes primer. Pada kebanyakan kasus, palpitasi disebabkan oleh etiologi jinak, seperti aktivitas fisik dan konsumsi kafein, tetapi penyebab fatal juga tetap perlu dipikirkan, termasuk atrial fibrilasi atau takikardia ventrikel terkait iskemia miokard.
Dalam mengevaluasi palpitasi, tanyakan kapan palpitasi terjadi (saat istirahat atau aktivitas), apakah ada gejala terkait seperti sinkop, dan riwayat kondisi psikiatri atau penggunaan zat seperti alkohol, kafein, atau obat stimulan. Pemeriksaan fisik dan auskultasi dapat mengidentifikasi pola irama jantung dan adanya murmur.
EKG merupakan pemeriksaan inisial pilihan pada kasus palpitasi. EKG dapat membedakan irama jinak, seperti sinus takikardia, dengan irama yang lebih fatal seperti takikardia ventrikel. Meski demikian, EKG yang normal tidak dapat mengeksklusikan diagnosis aritmia, terutama untuk palpitasi intermiten yang akan memerlukan pemantauan Holter. Jika diperlukan, dapat dilakukan pemeriksaan lain seperti pengukuran hemoglobin, elektrolit, dan hormon tiroid.