Senam Kegel merupakan latihan otot dasar panggul yang dilaporkan dapat mencegah dan mengatasi inkontinensia urine, terutama inkontinensia urine tipe stress. Senam ini pertama kali dicetuskan oleh Arnold Kegel pada tahun 1948 dengan tujuan untuk memperkuat otot-otot dasar panggul. Dalam studinya, senam ini juga dilaporkan dapat mencegah sistokel dan rektokel.[1]
Otot dasar panggul terdiri dari muskulus levator ani dan koksigeus. Muskulus levator ani yang berfungsi menstabilkan organ panggul terdiri dari muskulus puborektal di sekitar area anorektal, muskulus pubokoksik, dan muskulus iliokoksik.[1]
Seiring dengan bertambahnya usia, terjadinya kehamilan, dan terjadinya persalinan, otot dasar panggul dapat melemah. Hal ini meningkatkan risiko prolaps organ panggul dan inkontinensia urine. Menurut literatur, senam Kegel dapat digunakan sebagai terapi lini pertama dan sebagai metode pencegahan masalah dasar panggul.[1]
Efektivitas Senam Kegel dan Latihan Otot Dasar Panggul Lain untuk Pencegahan dan Penatalaksanaan Inkontinensia Urine
Inkontinensia urine bisa terjadi akibat penurunan tonus, kekuatan, kecepatan kontraksi, dan ketahanan otot dasar panggul. Kondisi ini lebih sering terjadi pada wanita, misalnya karena kehamilan, persalinan, pertambahan usia, dan operasi ginekologi. Tipe yang paling sering terjadi adalah inkontinensia urine tipe stress, yang terjadi akibat kenaikan tekanan intraabdominal.[2]
Menurut meta analisis Woodley, et al. terhadap 46 studi dengan total 10.832 wanita, latihan otot dasar panggul di usia awal kehamilan dapat mengurangi risiko terjadinya inkontinensia urine di usia akhir kehamilan dan di masa postnatal. Namun, efektivitas latihan otot dasar panggul untuk terapi wanita antenatal dan postnatal yang telah mengalami inkontinensia masih belum terbukti sekuat efektivitasnya sebagai terapi pada wanita paruh baya yang mengalami inkontinensia urine.[3]
Menurut meta analisis Dumoulin, et al. terhadap 31 studi dengan total 1.817 wanita, grup yang menjalani latihan otot dasar panggul menunjukkan angka kesembuhan dan pengurangan gejala inkontinensia urine yang lebih baik daripada grup tanpa intervensi. Hal ini terjadi pada semua tipe inkontinensia urine, tetapi terutama pada inkontinensia urine tipe stress.[4]
Menurut meta analisis Dumoulin, et al. tersebut, wanita dengan inkontinensia urine tipe stress yang menjalani latihan otot dasar panggul terhitung 8 kali lipat lebih mungkin sembuh bila dibandingkan wanita tanpa intervensi. Latihan otot dasar panggul juga mengurangi frekuensi episode kebocoran urine dan kuantitas urine yang bocor. Pasien juga melaporkan lebih puas dengan terapinya dan luaran aktivitas seksualnya.[4]
Meta analisis oleh Park, et al. terhadap 14 uji klinis acak dengan total 6.454 wanita juga melaporkan bahwa senam Kegel secara spesifik dapat mengurangi risiko inkontinensia urine pada wanita antenatal dan postnatal.[5]
Mayoritas studi menunjukkan bahwa manfaat latihan otot dasar panggul sebagai terapi lini pertama untuk wanita dengan inkontinensia urine, terutama inkontinensia tipe stress, telah didukung oleh bukti. Latihan otot dasar panggul yang disupervisi oleh tenaga terlatih selama minimal 3 bulan dapat dipilih sebagai terapi lini pertama. Latihan otot dasar panggul juga aman dilakukan karena efek sampingnya hanya ringan seperti sedikit rasa nyeri atau rasa tidak nyaman.[6]
Perbandingan Senam Kegel dan Latihan Otot Dasar Panggul Lain yang Disupervisi dan yang Tidak Disupervisi
Wanita yang melakukan senam Kegel yang disupervisi oleh tenaga medis sebelum dan sesudah melahirkan menunjukkan fungsi otot dasar panggul yang baik. Pasien memiliki kekuatan otot dasar panggul yang lebih baik, kualitas hidup yang lebih baik, serta pengurangan keluhan berkemih. Namun, bukti tentang manfaat senam Kegel tanpa supervisi masih terbatas.[1,3,4,7]
Studi menunjukkan bahwa wanita hamil yang menjalani latihan otot dasar panggul yang disupervisi mengalami penurunan risiko inkontinensia urine di tahun pertama setelah persalinan. Selain itu, wanita postnatal yang telah mengalami inkontinensia persisten selama 3 bulan tetapi menjalani latihan otot dasar panggul yang disupervisi secara intensif akan memiliki risiko kelanjutan inkontinensia yang lebih rendah dalam 1 tahun setelah persalinan.[6]
Cross, et al. dalam penelitian quasi-experimental-nya menyimpulkan bahwa frekuensi dan indeks keparahan inkontinensia urine tipe stress lebih rendah secara signifikan pada grup yang melakukan senam Kegel disupervisi dibandingkan dengan grup tanpa supervisi oleh tenaga medis. Namun, supervisi oleh tenaga medis membutuhkan biaya dan sumber daya manusia yang lebih banyak. Studi cost-efficiency masih diperlukan.[8]
Cara Melakukan Senam Kegel
Pasien dapat melakukan senam Kegel dalam posisi berbaring, duduk, maupun berdiri. Pasien diminta untuk mengkontraksikan otot dasar panggul selama 3–5 detik, kemudian merelaksasikan otot selama 3–5 detik. Ulangi siklus ini sebanyak 10 kali. Usahakan untuk melakukan siklus ini dengan target total 30–40 kali setiap harinya, dengan waktu yang tersebar.[1,9]
Senam Kegel berfokus melatih otot dasar panggul, bukan otot perut, bokong, maupun paha. Oleh karena itu, subjek bisa meletakkan tangan di atas perut untuk mendeteksi ada tidaknya kontraksi otot abdomen yang tidak diinginkan. Senam Kegel juga dapat divariasikan dengan mengkontraksikan otot dasar panggul secara cepat (2–3 detik) atau quick flicks.[1,9]
Senam Kegel dengan kontraksi cepat bertujuan melatih otot dasar panggul beradaptasi terhadap peningkatan tekanan intraabdomen, misalnya akibat batuk-batuk, bersin, dan tertawa. Sementara itu, senam Kegel kontraksi lambat bertujuan untuk penguatan otot dasar panggul.[1,4]
Senam Kegel dengan intensitas dan frekuensi yang memadai sangat penting demi tercapainya hasil yang memuaskan. Menurut beberapa studi, senam Kegel dapat mencapai hasil yang efektif bila dilakukan secara teratur selama 8–12 minggu untuk memperkuat otot dasar panggul.[4]
Kesimpulan
Latihan otot-otot dasar panggul seperti senam Kegel telah terbukti dapat meningkatkan angka kesembuhan dan memperbaiki gejala bermacam inkontinensia urine, terutama inkontinensia urine tipe stress. Inkontinensia urine terutama sering terjadi pada wanita, misalnya karena kehamilan, persalinan, operasi ginekologi, dan pertambahan usia.
Pada wanita hamil, senam Kegel dan latihan otot dasar panggul lain yang dilakukan di awal usia kehamilan telah terbukti dapat mengurangi risiko terjadinya inkontinensia urine di akhir kehamilan dan di masa postnatal. Bukti manfaat pada wanita antenatal dan postnatal yang telah mengalami inkontinensia masih lebih lemah, tetapi dilaporkan oleh beberapa studi bisa bermanfaat bila dilakukan secara intensif dengan supervisi.
Studi menunjukkan bahwa senam Kegel yang dilakukan dengan supervisi tenaga medis bisa mengurangi keparahan dan frekuensi inkontinensia urine tipe stress secara lebih baik bila dibandingkan senam Kegel tanpa supervisi. Namun, supervisi membutuhkan biaya dan sumber daya manusia yang lebih banyak. Studi cost-efficiency masih perlu dilakukan untuk mengetahui efisiensi terapi ini.
Secara umum, latihan otot dasar panggul yang disupervisi oleh tenaga terlatih selama minimal 3 bulan dapat dipilih sebagai terapi lini pertama untuk inkontinensia urine bila sumber daya tersedia. Latihan otot dasar panggul juga aman dilakukan karena efek sampingnya hanya ringan seperti sedikit rasa nyeri atau rasa tidak nyaman.