Efikasi Premedikasi Oral untuk Hipersensitivitas terhadap Media Kontras Imaging

Oleh :
dr. Vania Azalia Gunawan

Premedikasi oral sering diberikan pada pasien dengan riwayat hipersensitivitas yang akan menjalani pemeriksaan CT scan dan pemeriksaan radiologi dengan media kontras. Pemberiannya bertujuan untuk mencegah reaksi hipersensitivitas, terutama yang bersifat cepat/immediate. Hal ini dikarenakan pasien dengan riwayat hipersensitivitas berisiko 5 kali lipat untuk kembali mengalami reaksi hipersensitivitas jika terpapar media kontras yang sama. Namun, bukti klinis terkait manfaat pemberian premedikasi oral saat ini masih dipertanyakan.[1-3]

Mekanisme reaksi hipersensitivitas terhadap media kontras belum dapat dijelaskan sepenuhnya, tetapi media kontras sudah diketahui dapat secara langsung menyebabkan degranulasi sel mast dan melepaskan histamin dengan mediasi sel basofil dan eosinofil. Mekanisme hipersensitivitas juga tidak melibatkan IgE sehingga dapat menyebabkan reaksi yang berat, walaupun tidak ada proses sensitisasi sebelumnya. Selain itu, belum ada antibodi terhadap media kontras yang dapat diidentifikasi hingga saat ini sehingga sehingga skrining reaksi hipersensitivitas dengan skin testing tidak bermakna.[2-4]

PremedikasiOralMediaKontrasImaging

Belum Ada Regimen Baku Premedikasi Oral untuk Hipersensitivitas Terhadap Media Kontras Imaging

Hingga saat ini belum ada regimen baku dalam pemberian premedikasi oral untuk hipersensitivitas terhadap media kontras imaging. Pemberian premedikasi via oral diutamakan pada pasien yang akan menjalani pemeriksaan imaging yang direncanakan (kasus elektif), di mana premedikasi diberikan 12–13 jam sebelum prosedur.[1-2,5-6].

Ada pun premedikasi oral yang umum digunakan adalah antihistamin dan kortikosteroid. Antihistamin menjadi pilihan pada pasien dengan riwayat reaksi ringan yang akan mendapat paparan kontras yang sama. Obat ini diberikan dengan harapan dapat mencegah reaksi alergi yang terutama dimediasi oleh histamin.

Pada sisi lain, kortikosteroid diketahui mengurangi produksi prostaglandin dan leukotrien, serta memberikan efek anti inflamasi terutama pada sel mast. Steroid diberikan setelah penyesuaian dengan derajat keparahan reaksi sebelumnya. Pemberian premedikasi kombinasi antihistamin dan steroid diharapkan dapat secara efektif mengurangi risiko reaksi hipersensitivitas. Namun, pasien ternyata tetap mempunyai risiko breakthrough meski telah mendapatkan premedikasi.[1-3]

Pro dan Kontra Pemberian Premedikasi Oral untuk Hipersensitivitas Terhadap Media Kontras Imaging

Beberapa studi telah membahas manfaat premedikasi oral untuk hipersensitivitas terhadap media kontras imaging, tetapi hasil studi-studi tersebut bervariasi.

Manfaat Premedikasi Oral untuk Hipersensitivitas Terhadap Media Kontras Imaging

Berdasarkan hasil penelitian Specjalski et al. pada 76 pasien riwayat hipersensitivitas ringan di tahun 2020pemberian kombinasi cetirizine dan prednison sebelum prosedur radiologis terbukti efektif untuk mencegah reaksi hipersensitivitas terhadap media kontras berbasis iodin.[1]

Selain itu, Schrijvers et al. juga meninjau bahwa pemberian metilprednisolon 32 mg pada 12 jam dan 2 jam sebelum administrasi media kontras berbasis iodin menurunkan risiko reaksi hipersensitivitas ringan dibandingkan plasebo; tetapi tidak memberikan efek yang signifikan pada kasus sedang-berat.[2]

Meta analisis oleh Hsieh et al. tahun 2022 yang melibatkan 5 studi dengan total 736 pasien riwayat hipersensitivitas sedang-berat juga menemukan bahwa pemberian premedikasi steroid dapat mengurangi rekurensi reaksi hipersensitivitas saat menjalani prosedur imaging dengan kontras. Namun, sayangnya, tingkat bias pada meta analisis ini tidak analisa dan tidak ada pembedaan antara kelompok pasien yang mendapatkan media kontras yang sama dengan media kontras yang berbeda dari sebelumnya.[7]

Premedikasi Oral untuk Mencegah Hipersensitivitas Tidak Ditemukan

Pada sisi lain, studi cross-sectional yang dilakukan oleh Koori et al. yang mengikutsertakan 444 pasien dengan riwayat hipersensitivitas ringan pada tahun 2022 mempunyai hasil yang berbeda.

Pada 65 pasien yang menjalani prosedur imaging dengan media kontras yang sama dengan sebelumnya, perbandingan pasien yang mengalami hipersensitivitas kembali adalah 12,5% untuk pasien yang mendapatkan premedikasi steroid oral dan 11,1% untuk yang tidak diberikan premedikasi.

Sementara pada 379 pasien yang menjalani prosedur imaging dengan media kontras yang berbeda, sebanyak 5,5% pasien yang diberikan premedikasi dan 2,6% pasien yang tidak diberikan premedikasi mengalami reaksi hipersensitivitas. Oleh karena itu, disimpulkan bahwa premedikasi oral tidak dapat menurunkan insiden reaksi efek samping akibat kontras nonionik. Studi ini menyebutkan bahwa kalaupun premedikasi steroid oral efektif dalam mencegah reaksi hipersensitivitas, steroid oral hanya dapat menurunkan risiko maksimal 3%.[5]

Efek Samping dan Risiko Pemberian Premedikasi Oral

Efek samping secara langsung dari premedikasi cukup ringan. Beberapa efek yang ditimbulkan adalah leukositosis transien (24-48 jam) dan hiperglikemia asimtomatis. Kortikosteroid dikenal sebagai obat dengan efek imunosupresan sehingga risiko infeksi merupakan salah satu perhatian. Namun, efek ini pada umumnya ditemukan pada penggunaan steroid jangka panjang. Pada sisi lain, penggunaan antihistamin terutama antihistamin generasi pertama seperti diphenhydramine dapat menyebabkan rasa kantuk.[2,4,8]

Risiko lain dari pemberian premedikasi bersifat tidak langsung, di antaranya adalah penundaan proses diagnosis. Premedikasi oral pada umumnya diberikan 13 jam sebelum tindakan imaging. Durasi yang cukup panjang ini dapat meningkatkan lama rawat inap, meningkatkan risiko infeksi selama perawatan, dan meningkatkan biaya dibandingkan pasien yang tidak mendapatkan premedikasi.[2,4-5]

Premedikasi VS Substitusi Media Kontras

Selain pemberian premedikasi oral untuk mencegah reaksi hipersensitivitas terhadap media kontras imaging, substitusi media kontras juga dapat menjadi strategi yang lain. Adapun media kontras berbasis iodin terbagi menjadi 2 tipe, yakni ionik dan nonionik.[9]

Media kontras ionik diketahui memiliki toksisitas lebih tinggi dibandingkan nonionik, sehingga media kontras nonionik lebih dapat ditoleransi pasien dibandingkan kontras ionik. Saat ini terdapat media kontras baru seperti media kontras ionik dengan osmolaritas rendah, iso-osmolar, dan media kontras untuk MRI berbasis gadolinium. Media-media kontras baru tersebut memiliki profil keamanan yang lebih baik.[9]

Substitusi media kontras dapat menjadi cara alternatif untuk mencegah reaksi hipersensitivitas karena tidak terdapat reaksi cross-reactivity antar kelas media kontras yang berbeda. Seseorang yang pernah mengalami reaksi terhadap media kontras iopamidol belum tentu akan memberikan reaksi yang sama terhadap media kontras iohexal. Dalam hal ini, penggantian jenis kontras untuk pencegahan reaksi dapat dilakukan dengan menggunakan media kontras dengan osmolaritas yang lebih rendah.[1-4]

Studi oleh McDonalds et al. tahun 2021 membandingkan efektifitas penggunaan premedikasi steroid oral dengan penggantian media kontras dalam mencegah reaksi alergi pada 1973 pasien berisiko tinggi. Penggantian jenis media kontras secara signifikan menurunkan persentase insiden reaksi alergi menjadi 3%, sedangkan persentase insiden pada kasus yang mendapat premedikasi steroid oral adalah 19%.

Rekomendasi Pencegahan Hipersensitivitas terhadap Media Kontras Imaging

European Society of Urogenital Radiology Guidelines dan American College of Radiology Manual on Contrast Media menyarankan penggunaan kelas media kontras yang berbeda pada pasien yang memiliki riwayat reaksi hipersensitivitas pada satu jenis media kontras.[3,12]

Pada pasien dengan riwayat hipersensitivitas yang berat, pengulangan administrasi media kontras yang sama merupakan kontraindikasi relatif; bila memang diperlukan dan tidak didapatkan adanya media kontras lain, maka pemberian premedikasi dapat dipertimbangkan.

Pada pasien dengan riwayat reaksi sedang-berat, pemberian dosis steroid yang lebih tinggi dipertimbangkan, dengan harapan dapat menurunan rekurensi reaksi menjadi ringan-sedang. Studi yang dilakukan Lee  et al. tahun 2017 menyimpulkan bahwa pemberian metilprednisolon 40 mg intravena 4 jam dan 1 jam sebelum tindakan lebih efektif dalam mencegah kejadian breakthrough dibandingkan pemberian 40 mg intravena 1 jam sebelumnya.[4,12]

Kesimpulan

Reaksi hipersensitivitas terhadap media kontras imaging cukup sering ditemukan, meski mayoritas merupakan gejala ringan. Premedikasi dengan antihistamin dan steroid dapat dipertimbangkan pada pasien yang mempunyai riwayat hipersensitivitas terhadap media kontras sebelumnya.

Pemberian premedikasi oral lebih dipilih pada kasus elektif, tetapi studi terkait efikasinya hingga saat ini masih bervariasi. Beberapa risiko pemberian premedikasi di antaranya adalah penundaan proses diagnosis, peningkatan risiko infeksi, dan biaya. Oleh karena itu, pertimbangan yang matang dalam penentuan kasus yang memerlukan premedikasi diperlukan. Substitusi media kontras tampaknya merupakan strategi yang lebih baik untuk mengurangi rekurensi hipersensitivitas.

Referensi