Larutan rehidrasi oral atau oralit yang diberikan pada penderita diare dibedakan berdasarkan osmolaritas rendah atau tinggi, dan apakah larutan tersebut dibuat dengan karbohidrat kompleks atau sederhana. Larutan rehidrasi oral, baik yang standar maupun osmolaritas rendah, merupakan bagian penting dalam penanganan diare. Konsumsi larutan rehidrasi oral yang tepat guna telah dilaporkan bermanfaat menurunkan komplikasi diare, seperti dehidrasi berat, gangguan elektrolit, syok, bahkan kematian.[1,2]
Peran Osmolaritas Larutan Rehidrasi Oral dalam Manajemen Diare Akut
Larutan rehidrasi oral (oral rehydration solution/ORS) sangat penting dalam pengelolaan diare cair akut, karena telah diketahui efektif dalam menurunkan risiko mortalitas, rawat inap, dan tingkat keparahan diare. Formulasi larutan rehidrasi oral yang awalnya diperkenalkan oleh WHO terdiri dari glukosa dan elektrolit lain dengan osmolaritas 310 mOsm/L.
Formulasi ini memang dapat memperbaiki tanda-tanda dehidrasi, tetapi tidak mengurangi kehilangan volume tinja atau durasi diare. Beban osmotik yang tinggi juga diduga dapat mempotensiasi kehilangan cairan dan ketidakseimbangan elektrolit. Pada perkembangannya, WHO merekomendasikan larutan rehidrasi oral berbasis glukosa dengan osmolaritas rendah.[2,3]
Pada dasarnya, terlepas dari jenis dan varian ORS, dosis pemberian tetap disesuaikan dengan derajat dehidrasi. Pada kasus dehidrasi ringan, dosis ORS adalah 50 ml/kg dikonsumsi selama 2‒4 jam. Dosis ORS ditingkatkan menjadi 100 ml/kg pada pasien dengan dehidrasi sedang. Pada kasus dehidrasi berat, cairan parenteral perlu diberikan, yang diikuti dengan ORS 100 ml/kg jika pasien dapat minum secara oral. ORS memiliki beberapa keuntungan dibandingkan dengan terapi cairan parenteral, yaitu administrasi yang lebih mudah, tidak invasif, dan tidak menyebabkan phlebitis.[3]
Perbedaan Larutan Rehidrasi Oral Osmolaritas Rendah dan Tinggi
Larutan rehidrasi oral (ORS) standar memiliki osmolaritas 310 mOsm/L. Komposisi formulasi ORS ini adalah natrium 90 mmol/L, kalium 20 mmol/L, klorida 80 mmol/L, sitrat 10 mmol/L dan glukosa 111 mmol/L. Tujuan utama pemberian ORS adalah untuk menggantikan kehilangan elektrolit melalui feses pada pasien diare akut. Namun, penggunaan ORS standar telah dibatasi oleh ketidakmampuannya untuk mengurangi volume feses atau durasi diare, meskipun status hidrasi pasien dapat dipertahankan.[3]
Beberapa penelitian pada binatang dan saluran pencernaan manusia secara in vivo telah menyatakan bahwa ORS dengan osmolaritas yang dikurangi dapat meningkatkan absorpsi cairan jika dibandingkan dengan ORS standar pada diare akut. ORS dengan osmolaritas yang diturunkan, yakni 245 mOsm/L, memiliki komposisi natrium 75 mmol/L, kalium 20 mmol/L, klorida 65 mmol/L, sitrat 10 mmol/L, dan glukosa 75 mmol/L.[3,4]
Tabel 1. Perbandingan Komposisi Larutan Rehidrasi Oral Osmolaritas Rendah dan Tinggi
Sumber: dr. Jesica, Alomedika, 2022.[1,4]
Basis Bukti Penggunaan Larutan Rehidrasi Oral Osmolaritas Rendah
Kebanyakan studi yang membandingkan efikasi dari ORS standar dengan ORS osmolaritas rendah adalah uji klinis lama yang dilakukan pada awal 2000-an. Kebanyakan uji klinis ini mendukung efikasi formulasi ORS osmolaritas rendah dan membuat WHO memutuskan untuk mengubah formulasi sediaan larutan ORS yang digunakan pada praktik medis.[4,5]
Salah satu studi yang lebih baru terkait topik ini dilakukan oleh Fayyaz et al (2016) terhadap 1080 anak dengan diare akut. Studi ini menemukan bahwa penggunaan ORS osmolaritas rendah menghasilkan durasi dan keparahan gejala yang lebih baik dibandingkan ORS standar.[7]
Potensi Efek Samping Larutan Rehidrasi Oral Osmolaritas Rendah
Potensi efek samping dari penggunaan larutan rehidrasi oral (ORS) osmolaritas rendah, terutama pada pasien yang menderita diare akibat kolera, adalah hiponatremia. Hiponatremia dapat menyebabkan kejang dan gangguan neurologi.[5]
Pengawasan Klinis pada Penggunaan Larutan Rehidrasi Oral Osmolaritas Rendah
Pengawasan klinis yang diperlukan pada penggunaan larutan rehidrasi oral (ORS) osmolaritas rendah serupa dengan pengawasan klinis pada diare secara umum. Pantau status dehidrasi pasien, status kesadaran, serta kadar gula darah dan elektrolit. Perlu diingat bahwa pada anak-anak, penurunan kesadaran dapat muncul dalam bentuk rasa mengantuk yang masih berespon terhadap rangsang suara dan nyeri.[3,6]
Larutan Rehidrasi Oral Berbasis Polimer
Selain penurunan osmolaritas larutan rehidrasi oral (ORS), substitusi monomer glukosa dengan polimer glukosa seperti beras dan gandum telah dievaluasi sebagai metode untuk menurunkan volume dan durasi diare. Tujuannya adalah untuk melepaskan glukosa secara perlahan ke dalam usus dan meningkatkan penyerapan air dan garam dalam larutan. ORS berbasis polimer telah dilaporkan lebih unggul daripada ORS berbasis glukosa dalam hal penurunan volume tinja dan durasi diare.[1]
Kesimpulan
Larutan rehidrasi oral (ORS) atau oralit standar telah digunakan dalam upaya rehidrasi pasien dengan diare akut. Meski demikian, formulasi standar ini telah dilaporkan tidak mengurangi durasi diare ataupun volume feses. Oleh karena itu, WHO memperkenalkan formulasi larutan rehidrasi oral dengan osmolaritas rendah. ORS dengan osmolaritas rendah ini dikaitkan dengan absorpsi cairan yang lebih baik, tetapi juga telah dikaitkan dengan risiko hiponatremia, terutama pada pasien kolera.