Restriction of Intravenous Fluid in ICU Patients with Septic Shock
Meyhoff TS, Hjortrup PB, Wetterslev J, et al; CLASSIC Trial Group. The New England Journal of Medicines. 2022. 386(26):2459-2470. doi: 10.1056/NEJMoa2202707. PMID: 35709019.
Abstrak
Latar Belakang: Pemberian cairan intravena merupakan terapi yang direkomendasikan pada pasien dengan syok sepsis, tetapi penggunaan volume cairan yang tinggi telah dikaitkan dengan luaran yang buruk pada pasien ICU (ruang rawat intensif).
Metode: Dalam uji klinis acak berskala internasional ini, peneliti mengambil sampel pasien dengan syok sepsis di ICU, yang telah menerima setidaknya 1 liter cairan intravena, untuk menerima cairan intravena terbatas atau terapi cairan intravena standar. Pasien dimasukkan dalam penelitian jika onset syok terjadi dalam waktu 12 jam sebelum skrining. Luaran primer adalah kematian dari penyebab apapun dalam waktu 90 hari setelah pengacakan.
Hasil: Uji klinis ini melibatkan 1554 pasien, dimana 770 dimasukkan dalam kelompok cairan restriktif dan 784 dalam kelompok cairan standar. Data luaran primer tersedia untuk 1.545 pasien (99,4%). Di ICU, kelompok cairan restriktif menerima rata-rata 1.798 mL cairan intravena (kisaran interkuartil: 500‒4.366 mL); sedangkan kelompok cairan standar menerima median 3.811 mL (kisaran interkuartil: 1.861‒6.762 mL).
Pada 90 hari, kematian terjadi pada 323 dari 764 pasien (42,3%) pada kelompok cairan restriktif, dibandingkan dengan 329 dari 781 pasien (42,1%) pada kelompok cairan standar. Di ICU, efek samping yang serius terjadi setidaknya sekali pada 221 dari 751 pasien (29,4%) pada kelompok cairan restriktif, dan pada 238 dari 772 pasien (30,8%) pada kelompok cairan standar. Pada 90 hari setelah pengacakan, jumlah hari hidup tanpa alat bantu serta hari hidup dan keluar dari rumah sakit serupa pada kedua kelompok.
Kesimpulan: Di antara pasien dewasa dengan syok sepsis di ICU, pembatasan cairan intravena tidak mengakibatkan kematian lebih sedikit pada 90 hari dibandingkan terapi cairan intravena standar.
Ulasan Alomedika
Jurnal ini merupakan jurnal utama dalam penetapan rekomendasi penatalaksanaan sepsis oleh Surviving Sepsis Campaign (SSC) tahun 2022. Jurnal ini merupakan hasil dari CLASSIC Trial (the Conservative versus Liberal Approach to Fluid Therapy of Septic Shock in Intensive Care). Penelitian dilakukan di berbagai negara di Eropa termasuk Denmark, Norwegia, Swedia, Swiss, Italia, Republik Ceko, Inggris, dan Belgia,
Penelitian ini merupakan hasil kelanjutan dari penelitian yang menggambarkan bahwa tidak ada perbedaan kejadian gagal ginjal akut, penggunaan ventilator, vasopressor, dan angka mortalitas pada pasien sepsis dengan protokol pemberian cairan restriktif ataupun standar.
Ulasan Metode Penelitian
Penelitian ini merupakan uji klinis acak multisenter yang mengikutkan pasien syok sepsis di ICU yang telah mendapat resusitasi cairan intravena setidaknya sebanyak 1 liter. Peneliti kemudian melakukan pengacakan terhadap subjek studi untuk menerima satu dari dua perlakuan, yakni protokol terapi cairan restriktif dan protokol standar. Peneliti membandingkan kedua kelompok perlakuan terhadap luaran primer penelitian yaitu angka kematian 90 hari pertama.
Luaran sekunder antara lain total hari penggunaan vasopressor, kejadian komplikasi serius akibat sepsis, total hari penggunaan ventilasi mekanis, dan jumlah hari hidup. Selain itu, juga dicatat kejadian gagal ginjal akut dan kebutuhan terapi pengganti ginjal.
Ulasan Hasil Penelitian
Uji klinis ini menemukan bahwa restriksi cairan pada pasien syok sepsis tidak menghasilkan mortalitas yang lebih sedikit dibandingkan terapi standar. Pada 90 hari setelah pengacakan, kematian dilaporkan pada 42,3% pasien kelompok cairan restriktif, dibandingkan dengan 42,1% kelompok cairan standar (adjusted absolute difference 0,1; P = 0,96).
Selanjutnya, dilakukan analisis efek dari restriksi cairan terhadap kebutuhan bantuan respirasi, kejadian gagal ginjal akut, dan kadar laktat darah. Hasil uji klinis menunjukkan bahwa kedua kelompok perlakuan tidak memiliki perbedaan bermakna terkait kejadian tersebut. Efek samping yang serius dilaporkan pada 29,4% kelompok cairan restriktif dan 30,8% kelompok cairan standar (adjusted absolute difference -1,7 persen).
Kelebihan Penelitian
Kelebihan dari penelitian ini adalah tipe penelitian yang digunakan, yakni uji klinis acak terkontrol yang bersifat prospektif sehingga dapat meminimalisir bias. Penelitian ini juga melibatkan berbagai pusat layanan kesehatan besar di Eropa dengan jumlah sampel yang besar sehingga menambah kekuatan hasil penelitian. Kedua kelompok perlakuan juga memiliki karakteristik dasar yang sebanding, termasuk dalam jumlah komorbiditas dan sebaran umur.
Kelebihan lain penelitian ini adalah terkait luaran yang digunakan. Luaran primer yang digunakan pada penelitian ini merupakan luaran yang bermakna secara klinis, bukan sekadar penelitian yang mengacu pada selesainya proses dan kondisi sepsis pada pasien. Uji klinis ini membandingkan efek perlakuan terhadap tingkat kesintasan, kebutuhan bantuan hidup, dan kejadian gagal ginjal akut.
Limitasi Penelitian
Limitasi dari penelitian ini adalah peneliti dan pasien tahu dalam kelompok mana pasien dirandomisasi. Selain itu, intervensi medis selain cairan dan terapi sepsis standar tidak dimasukkan ke dalam analisis, sehingga masih ada potensi bias.
Pada studi ini, kebanyakan sumber infeksi yang diderita pasien adalah infeksi gastrointestinal. Hal ini mungkin saja mempengaruhi kebutuhan cairan pasien, misalnya bila pasien mengalami diare dan muntah.
Aplikasi Hasil Penelitian di Indonesia
Angka kematian akibat sepsis di Indonesia masih cukup tinggi. Oleh karenanya, hasil penelitian ini sangat dapat diterapkan di Indonesia.
Terdapat 2 cara untuk mengartikan hasil uji klinis ini:
- Restriksi cairan tidak menghasilkan mortalitas yang lebih rendah pada pasien syok sepsis, atau
- Restriksi cairan aman meskipun tidak superior dibandingkan terapi cairan standar
Bagaimanapun kita mengartikan uji klinis ini, hasil ini mengangkat pertanyaan ilmiah yang penting mengenai pendekatan terapi cairan terbaik dalam penanganan sepsis. Uji klinis lebih lanjut masih diperlukan untuk memastikan bagaimana pendekatan terapi cairan terbaik bagi syok sepsis, tetapi nampaknya kesintasan pasien sepsis tidak berbanding lurus dengan seberapa banyak cairan yang diberikan.