ALO, dr. Soeklola.Apabila seseorang merasa kecanduan rasa lapar atau sensasi yang dirasakannya saat lapar, sehingga dia makan hanya dalam porsi yang sangat...
Bagaimana membedakan diagnosa berbagai kondisi adiksi terhadap rasa lapar - Kesehatan Jiwa Ask The Expert - Diskusi Dokter
general_alomedikaDiskusi Dokter
- Kembali ke komunitas
Bagaimana membedakan diagnosa berbagai kondisi adiksi terhadap rasa lapar - Kesehatan Jiwa Ask The Expert
ALO, dr. Soeklola.
Apabila seseorang merasa kecanduan rasa lapar atau sensasi yang dirasakannya saat lapar, sehingga dia makan hanya dalam porsi yang sangat sedikit, sering melewati waktu makan, underweight, dan mengalami beberapa keluhan malnutrisi, diagnosa apakah yang paling tepat untuk kondisi tersebut?
Apakah anorexia, ARFID, atau non-substance/behavioral addiction? Bagaimana membedakannya?
Terima kasih, Dok.
Alo dr. Marianti,
Untuk kriteria diagnosis yang disebutkan tadi dapat dibedakan berdasarkan tujuan yang hendak dicapai oleh pasien. Jika tujuannya untuk menurunkan berat badan, tidak puas dengan kondisi badan saat ini dan lebih karena alasan "takut gendut" dan memiliki pandangan bahwa dirinya terlampau gemuk (walaupun secara nyata terbukti underweight) maka bisa jadi memang yang dialami bagian dari anoreksia nervosa.
sementara jika lebih untuk hal lain, misalnya mencelakakan diri, atau merasakan rasa sakitnya yang lebih dominan. Maka dokter perlu mencari apakah ada ciri atau gangguan kepribadian tertentu yang mendasari ataupun gejala depresi? Beberapa pasien depresi bisa saja mengalami penurunan nafsu makan, tidak ingin makan, dan mungkin tindakan tersebut bertujuan menyebabkan kecelakaan diri termasuk meninggal.
ARFID biasanya berupa penghindaran makanan tertentu yang bersifat selektif misalnya makanan tinggi kalori, tetapi tidak disertai dengan tujuan atau hendaya akibat bentuk tubuhnya seperti pada anoreksia. Jadi murni memiliki anggapan bahwa ia harus menghindari makanan atau jumlah tertentu saja. Beberapa pasien bisa saja mengalami hal ini akibat trauma masa lampau misalnya pasien pasca stroke akibat hipertensi jadi takut mengalami stroke ulangan sehingga sangat membatasi porsi makan dan garam.
Jika tujuannya benar-benar hanya menyukai rasa lapar saja, tanpa ada tujuan yang jelas maka masih mungkin hal ini bagian dari behavior addiction (walaupun jarang ditemui).
Tatalaksana untuk masing-masing kondisi tersebut tentu perlu dibedakan berdasarkan kondisi yang mendasari. Tentu jika terkait body image maka perlu diarahkan untuk membedakan mana kondisi yang sehat dan tidak. Jika terkait depresi maka perlu mengatasi depresinya. Jika terkait pola adaptasi dari suatu masalah maupun gangguan kepribadian tertentu maka perlu diberikan dukungan dan arahan untuk menerapkan pola adaptasi yang lebih adaptif.
Semoga membantu.
Sama-sama dr. Marianti, semoga membantu