Pasien anak 3 bulan, di ukur suhu dengan termometer digital di ketiak 37.1'C dan diukur dengan termometer infrared digital di dahi 37.1'C juga, namun ketika...
Keakuratan termometer pengukuran di axila, temporal, dan leher - Diskusi Dokter
general_alomedikaDiskusi Dokter
- Kembali ke komunitas
Keakuratan termometer pengukuran di axila, temporal, dan leher
Pasien anak 3 bulan, di ukur suhu dengan termometer digital di ketiak 37.1'C dan diukur dengan termometer infrared digital di dahi 37.1'C juga, namun ketika termometer infrarednya diarahkan ke area leher menjadi 38.5'C Jadi suhu sebenarnya yang mana kah dok? adakah literatur tentang termometer saat ini?
Setau saya cara pengukuran suhu badan yang pernah diajarkan di medschool itu hanya suhu temporal, timpanik, aksial, rektal, dan core temperature. Kalo pengukuran di leher saya belum pernah dengar, belum pernah baca studinya, dan tidak tahu cut off point untuk dikatakan demam itu berapa..
Salah satu studi mengenai pengukutan suhu untuk bahan bacaan : https://doi.org/10.1177%2F1099800406289151
Halo dok,
Menurut yang saya baca di uptodate, tempat pengukuran temperatur pada anak tergantung dari usia. Untuk bayi dan anak kecil, pengukuran suhu rektal lebih dianjurkan karena paling mendekati suhu inti tubuh. Pengukuran suhu rektal lebih direkomendasikan untuk anak di bawah 4 tahun. Pengukuran suhu rektal dikontraindikasikan untuk pasien dengan neutropenia. Pada anak yang lebih besar (di atas 4 tahun), yang sudah bisa diminta untuk menahan termometer di mulut, maka pengukuran suhu dari mulut lebih dianjurkan.
Pada bayi dan anak yang belum bisa menahan termometer di mulut, serta anak yang mengalami neutropenia (tidak boleh diukur melalui pantat), maka pengukuran melalui ketiak boleh saja dilakukan. Suhu yang diukur dari ketiak pasti lebih rendah dari yang diukur dari pantat, tetapi belum ada standar konversinya.
Termometer infrared (baik yang melalui temporal ataupun membran timpani) tidak terlalu direkomendasikan untuk digunakan terutama dalam membuat keputusan klinis karena tidak terlalu akurat dibandingkan menggunakan termometer rektal. Meskipun demikian tetap ada yang merekomendasikan untuk menggunakan termometer jenis ini karena cepat, praktis, dan mudah digunakan. Sebaiknya termometer ini digunakan sesuai aturan yang tertulis saja. Misalnya bila menggunakan termometer infrared temporal, ya suhu yang diukur suhu di temporal saja (jangan suhu di leher, ketiak, atau badan) karena hasilnya pasti berbeda.
Sekian dari saya dok, semoga membantu
Memang keakuratan termometer itu tergantung dari jenis alat yg dikerjakan. Biasanya, termometer dgn infra red yg ditempelkan di dahi atau belakang telinga memberikan hasil yg berbeda (bahkan signifikan) dibandingkan termometer raksa, jadi hasilnya kadang meragukan.
Pengalaman klinik sehari2, sy lebih menyarankan penggunaan temometer raksa ataupun termometer digital, yg ditempelkan di ketiak atau dalam rongga mulut, bukan di dubur, baik anak maupun dewasa, demi rasa nyaman pasien. Walaupun pengukuran termometer di rektal lebih valid utk mengukur suhu tubuh, selisih 0.3-0.5 derajat celcius bisa ditambahkan bila penggunaan termometer di aksila atau rongga mulut.
Walaupun termometer raksa memiliki efek samping berbahaya krn mengandung raksa, ya tetap aja alat ini menjadi pilihan terbaik utk mengukur suhu tubuh dibandingkan termometer jenis yg lain, dan dipakai di ketiak selama 3 menit, dan bukan di mulut. Utk mendapatkan suhu tubuh pasti penderita tinggal menambahkan saja 0.3-0.5 derajat celcius dari hasil yg didapat.
Semoga bermanfaat
Terimakasih.
Mohon konfirmasi dok,
Sepengetahuan saya, termometer raksa sudah tidak direkomendasikan untuk digunakan (apalagi pada pasien anak) karena risiko pecah dan raksa (merkuri) di dalamnya bisa menguap dan terhirup dan berisiko menyebabkan keracunan.
Mohon koreksi bila informasi ini tidak tepat
Terimakasih
Mohon konfirmasi dok,
Sepengetahuan saya, termometer raksa sudah tidak direkomendasikan untuk digunakan (apalagi pada pasien anak) karena risiko pecah dan raksa (merkuri) di dalamnya bisa menguap dan terhirup dan berisiko menyebabkan keracunan.
Mohon koreksi bila informasi ini tidak tepat
Terimakasih
Sepertinya ilmu ini diajarkan waktu saya koas dulu dr. Magfirah.. Merujuk dari jawaban dr. Yoke, sepertinya memang dari standar JCI (waktu saya koas, rumah sakitnya sedang akreditasi JCI).
Terimakasih banyak jawabannya dr. Yoke.. :-)