Alo dok saya mempunyai pasien sesak nafas karna asma bronkhiale dimana saat itu pasien tsb lagi hamil apakah boleh Dikasih kortocosteroid dan bronkodilator...
Kortikosteroid dan bronkodilator pada pasien ibu hamil - Diskusi Dokter
general_alomedikaDiskusi Dokter
- Kembali ke komunitas
Kortikosteroid dan bronkodilator pada pasien ibu hamil
Alo dok saya mempunyai pasien sesak nafas karna asma bronkhiale dimana saat itu pasien tsb lagi hamil apakah boleh Dikasih kortocosteroid dan bronkodilator trmksih
Alo dok saya mempunyai pasien sesak nafas karna asma bronkhiale dimana saat itu pasien tsb lagi hamil apakah boleh Dikasih kortocosteroid dan bronkodilator trmksih
Tatalaksana asma bronkial pada pasien hamil membutuhkan pendekatan yang hati-hati untuk melindungi ibu dan janin, serta mencegah komplikasi akibat serangan asma yang tidak terkontrol :
1. Pemberian Kortikosteroid dan Bronkodilator pada Pasien Hamil :
- Kortikosteroid dan bronkodilator boleh diberikan kepada ibu hamil dengan serangan asma akut, karena risiko serangan asma yang tidak ditangani lebih besar daripada potensi efek samping obat pada kehamilan.
- Inhalasi kortikosteroid (ICS) seperti budesonide dianggap aman dan menjadi pilihan utama dalam terapi pemeliharaan. Jika asma tidak terkontrol dengan ICS, kortikosteroid sistemik (misalnya, prednison oral atau IV) dapat digunakan dalam serangan berat.
- Bronkodilator: β2-agonis kerja pendek (SABA), seperti salbutamol (albuterol), aman dan merupakan pilihan pertama dalam mengatasi bronkospasme akut. Ipratropium sebagai antikolinergik juga bisa dipertimbangkan dalam kasus tertentu.
2. Tatalaksana Serangan Asma Akut pada Kehamilan :
Tatalaksana asma akut pada kehamilan mengikuti protokol umum, tetapi dengan perhatian khusus terhadap janin. Urutannya:
- Penilaian awal: SpO₂, frekuensi napas, dan gejala klinis.
- Terapi bronkodilator:
- Berikan inhalasi SABA (salbutamol) dengan nebulisasi atau inhaler, biasanya 4-8 puff setiap 20 menit selama 1 jam.
- Oksigen: Berikan oksigen untuk mempertahankan SpO₂ di atas 95%.
- Kortikosteroid: Jika serangan berat, berikan prednison oral atau methylprednisolone IV.
- Monitor janin: Lakukan evaluasi janin untuk memastikan tidak ada tanda-tanda distress janin.
- Hospitalisasi jika gejala tidak membaik atau terdapat risiko komplikasi.
3. Drug of Choice yang Paling Aman :
- Salbutamol sebagai SABA adalah bronkodilator lini pertama yang aman untuk meredakan serangan asma akut pada ibu hamil.
- Inhalasi kortikosteroid (ICS) seperti budesonide adalah pilihan utama untuk terapi pemeliharaan jangka panjang.
- Jika diperlukan kortikosteroid sistemik, prednison adalah pilihan yang paling umum digunakan pada serangan berat.
4. Obat yang Paling Mudah Dibawa oleh Pasien Hamil :
- Inhaler salbutamol (SABA) adalah yang paling mudah dibawa dan digunakan dalam situasi darurat ketika terjadi serangan asma akut.
- Pasien hamil juga bisa membawa inhaler ICS jika dianjurkan untuk terapi pemeliharaan.
5. Lini Pertama hingga Lini Terakhir Pengobatan Asma pada Kehamilan :
- Lini pertama: SABA (seperti salbutamol) untuk serangan akut, dan ICS (budesonide) untuk kontrol jangka panjang.
- Lini kedua: Jika ICS tidak cukup mengontrol, tambahkan long-acting β2 agonist (LABA) seperti formoterol.
- Lini terakhir: Pada serangan yang berat dan sulit dikendalikan, berikan kortikosteroid sistemik dan pertimbangkan teofilin sebagai bronkodilator tambahan.
6. Apakah Ibu Hamil Perlu Mengonsumsi Obat Asma Secara Rutin Tanpa Serangan?
Obat asma sebaiknya perlu dikonsumsi secara rutin untuk mencegah serangan asma, bahkan jika gejalanya terkendali. Terapi pemeliharaan dengan ICS (budesonide) adalah pilihan yang paling aman dan efektif untuk kehamilan.
7. Obat yang Direkomendasikan untuk Pemeliharaan pada Kehamilan :
- Budesonide inhaler adalah ICS pilihan pertama untuk pemeliharaan.
- Jika asma tidak terkontrol dengan budesonide, kombinasi ICS-LABA seperti budesonide-formoterol bisa digunakan.
8. Edukasi untuk Mencegah Kekambuhan Asma pada Ibu Hamil :
- Hindari pemicu seperti debu, asap rokok, bulu hewan, polusi udara, dan infeksi saluran napas.
- Kontrol asma secara rutin dengan penggunaan inhaler pemeliharaan.
- Kelola stres dan pastikan mendapatkan tidur yang cukup.
- Pastikan ibu hamil mendapat kontrol ANC kehamilan rutin, terutama untuk pemantauan fungsi paru-paru dan asma.
- Edukasi mengenai penggunaan inhaler yang tepat.
9. Edukasi untuk Menghadapi Serangan Asma Akut :
- Saat serangan asma akut terjadi, segera gunakan inhaler SABA (seperti salbutamol) sesuai dosis yang dianjurkan (biasanya 2-4 puff, dapat diulang setiap 20 menit selama 1 jam).
- Jangan panik; duduk dalam posisi tegak untuk membantu pernapasan.
- Jika tidak ada perbaikan dalam 1 jam, segera menuju fasilitas kesehatan terdekat.
- Penting bagi pasien untuk selalu membawa inhaler darurat dan mempelajari tanda-tanda awal serangan asma.
Dengan terapi yang tepat, sebagian besar ibu hamil dengan asma dapat menjalani kehamilan yang sehat tanpa komplikasi yang signifikan, mudah-mudahan cukup jelas dan membantu.
Alo dokter,
Penatalaksanaan asma pada kehamilan sama dengan pasien pada umumnya. Kortikosteroid inhalasi dan pengobatan LABA atau LAMA harus dilanjutkan sebagai terapi rutin karena manfaat pada kehamilan lebih besar daripada risikonya. Pedoman GINA harus diikuti. Dokter juga perlu memberi edukasi tentang pengenalan dini terhadap gejala yang semakin parah dan peningkatan terapi untuk mencegah serangan asma dan mengurangi kehadiran atau rawat inap di rumah sakit.
https://www.alomedika.com/penyakit/pulmonologi/asma/penatalaksanaan
Prinsipnya adalah hindari penggunaan golongan SABA terutama trimester akhir karena meningkatkan risiko HPP/hemoragik postpartum. Pilihan ada pada golongan steroid inhalasi. Namun bila pilihan jatuh pada keamanan si ibu maka pilihan steroid sistemik bisa menjadi pilihan meskipun risiko kelahiran prematur menjadi risiko. Jadi perlu komunikasi dokter paru dengan dokter obgyn terutama saat hendak melahirkan.
Mungkin smentara itu ya dok🙏🙏🙏