Alo dokter! ijin ikut berdiskusi ya.. untuk pemakaian nistatin supp intravagina pada wanita yang belum menikah mungkin dapat dipertimbangkan lagi, mengingat pemakaiannya yang dapaf merusak selaput dara, apalagi kita di Indonesia. Menurut etiologinya dapat dikaji lewat anamnesis apakah memang penyebabnya adalah jamur, bakteri akibat higienitas yang kurang baik atau memang karena STD.  Akan lebih baik jika dipertimbangkan pemakaian obat oral. Mohon maaf jika ada kekurangan. Terimakasih sebelumnya.

Alo dr. Anon, izin ikut berdiskusi ya dok. Pemberian terapi pada kasus keputihan atau leukorea perlu dipastikan dulu dari keluhannya dan etiloginya, kemudian pada kandidiasis vaginitis terapi pilihannya dapat oral atau intravaginal.

Pada pemberian nistatin intravaginal dari referensi yang saya dapatkan memang tidak disebutkan indikasi khusus, serta efek samping yang perlu diperhatikan adalah terjadian reaksi alergi atau hipersensitivitas. Sedangkan pada wanita yang belum menikah juga tidak dijelaskan secara khusus, namun memang mungkin kembali pada faktor kenyamanan dalam penggunaan obat intravagina tersebut. Jadi dapat lebih diedukasi pada pasien tentang cara penggunaannya, dan jika memungkinkan masih ada alternatif obat lain, maka bisa diberikan yang dalam sediaan oral yang dosis tunggal. 

Berikut ini referensi yang mungkin dapat membantu dok, https://reference.medscape.com/drug/nystatin-vaginal-999554#5

Semoga dapat bermanfaat dok, turut menyimak juga pendapat TS lainnya, mohon koreksi jika ada kesalahan.. terima kasih.

Alo Dokter, izin ikut berdiskusi ya Dok, sejauh ini, belum ada kontraindikasi mutlak untuk pemakaian nistatin intravaginal pada pasien wanita yang belum menikah atau belum pernah melakukan hubungan seksual, dan juga belum terdapat penelitian yang mengatakan adanya kerusakan selaput dara saat menggunakan obat tersebut. Mungkin karena kita berada di Indonesia, sehingga ada beberapa pertimbangan khusus, misalnya dari segi kultur dan budaya yang ada, sehingga lebih banyak TS yang mempertimbangkan untuk memberikan obat dengan pilihan sediaan lain. CMIIW. Terima kasih.

Alo Dokter,Setuju dok, sebaiknya perlu dipertimbangkan kembali pemberian intravaginal bila pasien blm aktif seksual krn di Indonesia masalah keperawanan dan utuhnya selaput dara merupakan hal yg sensitif.  Biasanya di puskemas ada ketokonazol oral, mgkn bisa menjadi pilihan dok, diberi 2 x 1 selama 5 hari dokter.

Referensi saya PPK Perdoski 2107