Proptosis atau eksoftalmus sesisi post operasi, apa penyebab dan bagaimana terapinya? - Diskusi Dokter

general_alomedika

Alo dokter, saya ada kasus...Perempuan 45 th dg riwayat DM tipe 2 dan post op katarak mengeluhkan mata kiri mengalami eksoftalmus sesisi....penglihatan tidak...

Diskusi Dokter

  • Kembali ke komunitas
  • Proptosis atau eksoftalmus sesisi post operasi, apa penyebab dan bagaimana terapinya?

    Dibalas 19 jam yang lalu
    Anonymous
    Anonymous
    Dokter Umum

    Alo dokter, saya ada kasus...

    Perempuan 45 th dg riwayat DM tipe 2 dan post op katarak mengeluhkan mata kiri mengalami eksoftalmus sesisi....penglihatan tidak masalah, mata tidak banyak berair dan tidak ada pusing atau kelemahan sesisi...

    Sempat ke SpM dikatakan tidak masalah, hanya bekas OP katarak saja...

    Mohon pendapatnya dok...apa yg menjadi penyebab dari eksoftalmus sesisi pada pasien ini dan bagaimana terapinya? Terimakasih

19 jam yang lalu

ALO Dokter, perasaan eksoftalmos pasca operasi umumnya disebabkan oleh proses inflamasi. Namun, untuk memastikannya perlu pemeriksaan lebih lanjut.

Alo Dokter.

 

Jawaban Singkat:

Pemeriksaan untuk membuktikan eksoftalmus adalah dengan mengukur proptosis menggunakan exophthalmometer (alat khusus untuk mengukur jarak bola mata dari dinding orbita lateral). Jika alat tidak tersedia, bandingkan posisi bola mata pasien dengan orang normal atau sisi kontralateral, serta lakukan inspeksi dari atas dan samping wajah pasien.

Jawaban dari AI Alomedika - pemeriksaan untuk memastikan eksoftalmus:

Jawaban Singkat:

Pemeriksaan untuk membuktikan eksoftalmus adalah dengan mengukur proptosis menggunakan exophthalmometer (alat khusus untuk mengukur jarak bola mata dari dinding orbita lateral). Jika alat tidak tersedia, bandingkan posisi bola mata pasien dengan orang normal atau sisi kontralateral, serta lakukan inspeksi dari atas dan samping wajah pasien.

Penjelasan Lengkap:

1. Pemeriksaan Klinis

  • Inspeksi dari Samping dan Atas:

Lihat pasien dari samping dan atas untuk membandingkan posisi bola mata kiri dan kanan. Eksoftalmus tampak sebagai bola mata yang lebih menonjol keluar dibanding sisi sehat.

  • Bandingkan Fissura Palpebra:

Ukur lebar celah kelopak mata (fissura palpebra) antara kedua mata. Pada eksoftalmus, biasanya celah lebih lebar pada sisi yang menonjol.

  • Palpasi:

Raba orbita untuk merasakan adanya massa, fluktuasi, atau nyeri tekan.

  • Pengukuran dengan Penggaris:

Jika tidak ada exophthalmometer, bisa gunakan penggaris kecil untuk mengukur jarak antara apeks kornea ke garis yang ditarik dari kedua processus orbitalis lateralis (tulang lateral orbita).

2. Exophthalmometer (Hertel)

Cara Pakai:

Alat diletakkan pada processus orbitalis lateralis kiri dan kanan, lalu baca angka pada skala yang menunjukkan jarak apeks kornea ke dinding orbita lateral.

Nilai Normal:

Dewasa: 12–20 mm (bisa bervariasi antar etnis). Perbedaan >2 mm antara kedua mata dianggap signifikan.

Interpretasi:

Jika hasil pengukuran sisi kiri lebih dari 2 mm dibanding kanan, eksoftalmus terbukti secara objektif.

3. Pemeriksaan Penunjang

Foto wajah pasien dari depan dan samping untuk dokumentasi dan perbandingan. Imaging (CT/MRI orbita) jika dicurigai massa, infeksi, atau kelainan struktural.

Kesimpulan:

 

Diagnosis eksoftalmus ditegakkan secara objektif dengan exophthalmometer. Jika alat tidak tersedia, inspeksi dan pengukuran sederhana dapat membantu. Perbedaan >2 mm antara kedua sisi umumnya sudah cukup untuk menyatakan eksoftalmus secara klinis.