Saat ini, dipercayai bahwa pemberian levotiroksin pada pagi hari dalam keadaan perut kosong adalah yang terbaik dalam tata laksana hipotiroid. Namun, bukti ilmiah yang ada terkait waktu pemberian terbaik levotiroksin masih menunjukkan hasil yang berbeda-beda.
Levotiroksin masih menjadi obat utama dalam tata laksana hipotiroid. Kegagalan pengobatan levotiroksin pada kasus hipotiroid masih sering terjadi dan dipengaruhi oleh berbagai hal, seperti adanya sindrom malabsorpsi, interaksi dengan obat lain, ketidakpatuhan terhadap pengobatan, ataupun ketidaktahuan cara mengonsumsi levotiroksin yang benar.[1]
Faktor yang Mempengaruhi Absorpsi Levotiroksin
Absorpsi levotiroksin dapat dipengaruhi oleh beberapa hal, termasuk menurunnya fungsi absorpsi jejunum dan ileum akibat kondisi medis seperti celiac disease, operasi bypass jejuno-ileal, sirosis hepatis, dan gagal jantung kongestif.
Interaksi dengan berbagai obat seperti sukralfat, kalsium karbonat, ferrous sulfat, dan kolestiramin dapat menurunkan absorpsi levotiroksin. Sementara itu, carbamazepine, phenytoin, dan phenobarbital dapat meningkatkan metabolisme levotiroksin, sehingga diperlukan dosis lebih tinggi pada penggunaan bersama obat-obatan tersebut.[1]
Levotiroksin diabsorpsi sebagian besar di ileum, sehingga adanya riwayat operasi gastric bypass seharusnya tidak mempengaruhi bioavailabilitas levotiroksin. Namun, pada pasien dengan riwayat operasi gastric bypass, seyogyanya dilakukan pemantauan penurunan berat badan untuk evaluasi dosis levotiroksin.[2]
Alasan Levotiroksin Disarankan Diberikan di Pagi Hari
Kebanyakan klinisi menyarankan pemberian levotiroksin pada pagi hari dalam keadaan perut kosong karena absorpsinya dianggap paling tinggi pada periode waktu tersebut. Hal ini juga dilakukan untuk menghindari penurunan absorpsi akibat interaksi dengan kalsium, zat besi, dan makanan atau obat-obatan lain. Namun, berbagai bukti ilmiah menunjukkan hasil yang berbeda-beda terkait hal ini.[3-7]
Kontroversi Waktu Terbaik Pemberian Levotiroksin
Hingga saat ini, pemahaman yang dianut dalam mengonsumsi levotiroksin adalah levotiroksin harus dikonsumsi saat perut kosong dan idealnya setengah jam sebelum sarapan.[4,8]
Sebuah uji klinis acak terkontrol oleh Bach-Huynh at al pada tahun 2009 melakukan randomisasi waktu pengonsumsian levotiroksin pada 3 periode waktu, yaitu saat puasa, sebelum tidur, atau berbarengan dengan sarapan pagi. Studi ini melibatkan 65 pasien dengan hipotiroid atau kanker tiroid, mayoritas etiologi adalah tiroiditis Hashimoto.
Studi ini melaporkan bahwa konsumsi levotiroksin pada keadaan tidak puasa (non fasting) menghasilkan konsentrasi serum yang lebih tinggi dan bervariasi. Peneliti menyarankan pemberian dalam keadaan puasa jika klinisi menginginkan target konsentrasi TSH tertentu, karena pemberian dalam keadaan puasa akan memberi modifikasi konsentrasi TSH dalam rentang yang lebih sempit.[5]
Bolk et al dalam penelitiannya di tahun 2010 pada populasi hipotiroid primer di Belanda, melaporkan bahwa konsumsi levotiroksin sebelum tidur meningkatkan kadar hormon tiroid. Studi ini melibatkan 105 pasien dan membandingkan kadar hormon tiroid setelah pemberian levotiroksin di pagi hari dengan pemberian sebelum tidur. Berdasarkan hasil analisis, peneliti merekomendasikan untuk mengonsumsi levotiroksin sebelum tidur.[6]
Studi lain di tahun 2018 pada 163 anak usia sekolah di Jerman melaporkan bahwa tidak ada perbedaan kadar hormon tiroksin pada populasi anak usia sekolah yang mengonsumsi levotiroksin pagi atau sebelum tidur. Namun, didapatkan angka kepatuhan yang meningkat pada kelompok yang mengonsumsi levotiroksin sebelum tidur.[4]
Skelin et al., pada pengamatan terhadap 84 pasien dengan hipotiroid primer di tahun 2018 juga melaporkan tidak ada perbedaan kadar TSH yang signifikan terkait dengan waktu pemberian levotiroksin.[7]
Studi acak prospektif terkontrol open label oleh Navid et al. tahun 2021 pada 84 anak dengan hipotiroidisme dibagi menjadi dua kelompok. Kelompok pertama diberikan levotiroksin pada malam hari bed time sementara kelompok kedua diberikan pada pagi hari. Hasil studi tersebut menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan efikasi obat pada kedua waktu pemberian tersebut. Hasil yang sama juga diobservasi pada penelitian de Mello et al pada tahun 2022.[9,10]
Levotiroksin Bentuk Cair: Potensi Solusi
Sebuah meta analisis oleh Laurent et al., yang dipublikasikan pada pertengahan 2018 mencoba membandingkan efikasi levotiroksin bentuk cair dengan bentuk tablet. Hasil studi menunjukkan efikasi yang sebanding antara kedua bentuk sediaan pada pasien tanpa malabsorpsi. Namun, dilaporkan bahwa efikasi bentuk cair lebih tinggi pada pasien pengguna levotiroksin yang memiliki malabsorpsi.[11]
Lebih lanjut, sebuah studi lain mencoba menganalisis waktu terbaik pemberian levotiroksin bentuk cair. Studi ini melibatkan 61 pasien hipotiroid yang diacak untuk mengonsumsi levotiroksin likuid bersamaan dengan makan pagi atau 10 menit sebelum makan. Analisis post hoc dilakukan untuk membandingkan kedua waktu pemberian tersebut dengan pemberian 30 menit sebelum sarapan.
Studi ini menyimpulkan tidak ada perbedaan bermakna antara pemberian bersamaan atau sebelum makan pagi. Peneliti berpendapat bahwa waktu pemberian tidak mempengaruhi efikasi levotiroksin sediaan cair.[12]
Implikasi klinis dari kedua studi di atas adalah bahwa levotiroksin cair memiliki efikasi sebanding dengan sediaan tablet, dan waktu pemberian nampaknya tidak mempengaruhi efikasi sediaan cair secara signifikan. Walaupun demikian, perlu dicatat bahwa studi lebih lanjut masih diperlukan terkait hal ini.[11,12]
Kesimpulan
Hingga saat ini, levotiroksin merupakan salah satu tulang punggung dalam pengobatan hipotiroid. Keberhasilan terapi hipotiroid bergantung pada konsumsi levotiroksin yang rutin dan benar. Namun, bukti ilmiah yang ada masih menunjukkan perbedaan hasil terkait waktu terbaik pemberian levotiroksin.
Sebagian bukti ilmiah menyatakan waktu perut kosong sebelum sarapan adalah yang paling baik, sebagian lainnya menyatakan pemberian di malam hari sebelum tidur, namun ada juga yang tidak menemukan perbedaan bermakna. Studi lebih lanjut diperlukan sebelum kesimpulan lebih pasti bisa ditarik.
Direvisi oleh: dr. Gabriela Widjaja