Berbagai studi telah membuktikan bahwa terapi inhalasi menggunakan MDI dengan spacer dapat menjadi pilihan utama untuk serangan asma pada anak.
Pada serangan asma, obat-obatan β adrenergik, seperti salbutamol, dan kortikosteroid inhalasi, seperti budesonide, diberikan sebagai terapi reliever untuk meredakan bronkospasme dan inflamasi bronkus. Sampai saat ini, nebulizer merupakan media yang sering dipakai untuk terapi reliever serangan asma. Namun, beberapa studi menunjukkan bahwa Metered Dose Inhalers dengan spacer (MDI-spacer) mempunyai efektivitas yang sama dengan nebulizer.
Nebulizer memiliki beberapa kekurangan seperti bergantung pada aliran listrik, harganya yang cukup mahal, dan tidak efektif untuk dibawa bepergian. Padahal, serangan asma bisa terjadi kapan saja dan di mana saja.[1]
Penggunaan MDI dengan spacer merupakan salah satu alternatif yang dapat digunakan. Penggunaan MDI-spacer ini tidak memerlukan koordinasi seperti penggunaan MDI secara langsung yang tentunya sulit dilakukan oleh anak, khususnya anak di bawah 5 tahun.
MDI-spacer lebih mudah digunakan, bersifat portable sehingga dapat dibawa ke mana saja, memiliki efek samping yang lebih sedikit, harga yang lebih murah, lebih nyaman digunakan, dan tidak bergantung pada aliran listrik.[2]
Bukti Ilmiah Perbandingan antara MDI-Spacer dan Nebulizer untuk Serangan Asma pada Anak
Berbagai studi terhadap berbagai aspek telah dilakukan untuk menilai perbandingan antara MDI-spacer dan nebulizer dalam penatalaksanaan serangan asma pada anak.
Perbandingan Efektivitas MDI-Spacer dan Nebulizer dalam Aspek Klinis
Studi meta analisis yang melibatkan 1897 anak di atas 2 tahun dan 729 dewasa menunjukkan bahwa penggunaan nebulizer tidak secara signifikan menunjukkan respons terapi yang lebih baik dibandingkan dengan MDI-spacer pada serangan asma.
Tidak ada perbedaan yang signifikan antara MDI-spacer dan nebulizer terhadap aliran puncak (peak flow) dan volume ekspirasi paksa (forced exipratory volume/FEV₁). Rata-rata peningkatan akhir FEV₁ pada kelompok MDI-spacer 0,92% lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok nebulizer. Di samping itu, studi yang dilakukan di India menunjukkan peningkatan yang signifikan terhadap PEF dan FEV1 setelah penggunaan MDI-spacer sebagai penatalaksanaan serangan asma pada anak.[3]
Uji acak terkontrol lain menunjukkan bahwa anak-anak dalam kelompok MDI-spacer memiliki indeks skor paru yang secara signifikan lebih baik daripada kelompok nebulizer untuk penatalaksanaan serangan asma berat pada anak. Saturasi oksigen juga didapatkan lebih tinggi pada kelompok MDI-spacer dibandingkan dengan kelompok nebulizer.[3]
Selain itu, peningkatan denyut nadi, yang merupakan faktor risiko tremor, pada kelompok MDI-spacer lebih rendah sebesar 5% dibandingkan dengan kelompok nebulizer. Jumlah peserta yang mengalami tremor lebih banyak pada kelompok nebulizer dibandingkan dengan MDI-spacer (142 orang pada kelompok nebulizer, 91 orang pada kelompok MDI-spacer).[3]
Sebuah uji klinis prospektif acak juga menunjukkan hasil yang serupa pada anak prasekolah (0-6 tahun) terhadap wheezing yang disebabkan oleh serangan asma maupun infeksi virus. Efektivitas MDI-spacer dan nebulizer sama besarnya.[6]
Pasien dalam kelompok MDI-spacer juga tercatat mempunyai kemungkinan yang lebih kecil untuk membutuhkan steroid atau terapi tambahan lainnya.[7]
Meminimalkan penggunaan nebulizer juga dapat memiliki manfaat kesehatan terkait penyebaran infeksi secara airborne yang mempunyai efek penting pada perawatan pasien di rumah sakit. Hal ini dapat berdampak signifikan terhadap “pengendalian infeksi” di rumah sakit walaupun belum mempunyai bukti klinis yang pasti.[7-9]
Perbandingan MDI-Spacer dan Nebulizer dalam Aspek Perawatan dan Biaya
Selain efektif untuk mengatasi serangan asma, penggunaan MDI-spacer memberikan banyak keuntungan lain, yaitu durasi perawatan yang lebih singkat, tingkat rawat inap yang lebih rendah, dan biaya yang lebih murah.
Dari segi waktu, MDI-spacer lebih efisien dibandingkan dengan nebulizer. Berdasarkan sebuah studi, nebulizer membutuhkan waktu persiapan sekitar 2 menit dan waktu terapi sekitar 10 menit, sedangkan MDI-spacer hanya membutuhkan waktu persiapan 0,3 menit dan waktu terapi sekitar 4 menit. Hasil ini mengindikasikan bahwa penggunaan MDI-spacer dapat menghemat waktu persiapan sebanyak 98% dan waktu terapi sebanyak 48%. Hasil studi ini dapat menjadi bahan pertimbangan bagi klinisi dan rumah sakit untuk meningkatkan konversi ke MDI-spacer sebagai alat pemberian bronkodilator dan kortikosteroid inhalasi.[7,8]
Durasi perawatan di unit gawat darurat (UGD) juga secara signifikan lebih singkat ketika MDI-spacer digunakan. Durasi perawatan di UGD pada anak yang menggunakan MDI-spacer 33 menit lebih cepat dibandingkan dengan anak yang menggunakan nebulizer, yaitu 103 menit.[3]
Faktor lain yang juga perlu menjadi bahan pertimbangan adalah biaya. Biaya yang diperlukan pada tata laksana serangan asma di unit gawat darurat juga terbukti lebih murah jika menggunakan MDI-spacer dibandingkan dengan nebulizer. Penelitian ini dilakukan di Kanada berdasarkan data dari 2 rumah sakit. MDI-spacer terbukti efektif dalam meminimalkan biaya perawatan bagi pasien maupun rumah sakit.[9,10]
Perbandingan MDI-Spacer dan Nebulizer dalam Aspek Kepuasan Pasien dan Orang tua
MDI-spacer juga terbukti dapat ditoleransi lebih baik oleh anak dibandingkan dengan nebulizer. Sebanyak 84% dari 111 orang tua merasa “mudah” atau “sangat mudah” dalam menggunakan spacer, 85% dari mereka bermaksud menggunakan spacer di rumah. Dari orang tua yang sebelumnya menggunakan nebulizer, 84% mengatakan bahwa spacer lebih mudah digunakan. Mayoritas anak-anak (8-14 tahun) juga mengatakan bahwa mereka lebih suka menggunakan spacer karena lebih mudah dan cepat.[11]
Sifat MDI-spacer yang portable juga merupakan salah satu alasan alat ini lebih disukai karena dapat dibawa dan digunakan di mana saja dan kapan saja.
Meskipun begitu, banyak orang tua dari pasien asma masih lebih suka menggunakan nebulizer karena menganggap nebulizer merupakan metode yang lebih baik dibandingkan dengan MDI-spacer. Berdasarkan sebuah uji potong lintang, sebagian besar orang tua belum mempertimbangkan menggunakan MDI-spacer karena kurangnya informasi. Oleh karena itu, penting bagi klinisi untuk dapat memahami cara penggunaan MDI-spacer agar dapat mengedukasi pasien dan orang tua untuk dapat menggunakannya.[12]
Kesimpulan
Serangan asma dapat terjadi kapanpun dan di manapun. Pertolongan pertama yang cepat dan tepat saat serangan memberikan luaran yang lebih baik bagi kesembuhan penyakit maupun psikis anak.
Terapi inhalasi dengan menggunakan MDI-spacer dapat menjadi pilihan utama untuk tata laksana serangan asma pada anak. Penggunaannya lebih mudah, sifatnya yang portable sehingga dapat dibawa ke mana saja, efek samping yang lebih sedikit, harga yang lebih murah, dan lebih nyaman digunakan merupakan nilai positif MDI-spacer yang seharusnya menjadi pertimbangan bagi dokter dan orang tua dalam penatalaksanaan serangan asma pada anak.
Di luar negeri, seperti Australia, New Zealand, dan Kanada, MDI-spacer sudah menjadi alat bantu utama dalam penatalaksanaan serangan asma pada anak maupun dewasa. Berbagai bukti klinis juga menyatakan bahwa spacer lebih superior dibandingkan dengan nebulizer dalam berbagai aspek.
Namun, sayangnya pemakaian spacer di Indonesia masih jarang. Oleh karena itu, klinisi diharapkan dapat mempertimbangkan untuk meningkatkan konversi ke MDI-spacer sebagai alat pemberian bronkodilator dan kortikosteroid inhalasi dalam penatalaksanaan serangan asma pada anak di rumah sakit maupun di rumah.