Faster Clean Catch Urine Collection (Quick-Wee Method) from Infants: Randomised Controlled Trial
Kaufman J, Fitzpatrick P, Tosif S, et al. Faster Clean Catch Urine Collection (Quick-Wee Method) from Infants: Randomised Controlled Trial. British Medical Journal. 2017 Apr 7;357:j1341. PMID: 28389435.
Abstrak
Tujuan: untuk menentukan apakah metode stimulasi sederhana dapat meningkatkan keberhasilan berkemih pada bayi untuk mengumpulkan sampel urine midstream atau clean-catch dalam waktu 5 menit.
Desain: uji acak terkontrol.
Tempat: departemen gawat darurat di rumah sakit pediatrik tersier, Australia.
Partisipan: sebanyak 354 bayi (usia 1–12 bulan) yang perlu pengambilan sampel urine berdasarkan permintaan dokter yang merawat. Sebanyak 10 bayi kemudian dieksklusi.
Intervensi: bayi diacak ke dalam 2 grup, yaitu grup yang mendapat stimulasi kutaneus suprapubik lembut (n=174) menggunakan kain kassa yang direndam di cairan dingin dengan suhu 2,8℃ (metode Quick-Wee) atau grup yang menjalani metode clean-catch standar tanpa stimulasi tambahan, selama lima menit.
Pengukuran Luaran Utama: luaran primer adalah bayi mampu berkemih dalam 5 menit. Luaran sekunder adalah keberhasilan pengambilan sampel urine, tingkat kontaminasi, serta kepuasan orang tua dan klinisi dengan masing-masing metode.
Hasil: metode Quick-Wee menghasilkan tingkat berkemih dalam 5 menit yang lebih tinggi secara signifikan daripada metode clean-catch standar (31% vs 12%; P<0.001), dengan perbedaan proporsi sebesar 19% yang mendukung metode Quick-Wee (95% interval kepercayaan untuk perbedaan 11–28%).
Metode Quick-Wee memiliki tingkat keberhasilan pengambilan sampel urine yang lebih tinggi (30% vs 9%; P<0.001) serta kepuasan orang tua dan klinisi yang lebih besar (rerata 2 vs 3 pada 5 poin skala Likert; P<0.001).
Tidak terdapat perbedaan bermakna dalam hal kontaminasi yang dihasilkan metode Quick-Wee dan clean-catch urine standar (27% vs 45%; P=0,29). Number needed to treat adalah 4,7 (95% interval kepercayaan 3,4–7,7) agar berhasil mengumpulkan satu sampel urine tambahan dalam 5 menit menggunakan metode Quick-Wee dibandingkan dengan metode standar.
Kesimpulan: Quick-Wee adalah metode stimulasi sederhana pada kulit yang dapat meningkatkan keberhasilan bayi berkemih dalam waktu 5 menit dan meningkatkan keberhasilan pengambilan clean-catch urine.[1]
Ulasan Alomedika
Infeksi saluran kemih (ISK) merupakan salah satu penyebab utama demam pada anak. Tata laksana ISK pada anak masih menjadi tantangan bagi klinisi karena manifestasi klinisnya tidak spesifik, sehingga kultur urine sebagai baku emas dibutuhkan untuk menegakkan diagnosis dan menentukan terapi yang tepat. Pengambilan sampel urine untuk kultur juga masih menjadi tantangan tersendiri bagi orang tua maupun klinisi, terutama pada anak prakontinensia.[1]
Beberapa asosiasi merekomendasikan aspirasi suprapubik dan kateterisasi uretra untuk menghindari kontaminasi tetapi metode ini invasif dan tidak praktis. Sementara itu, urine collector bag bersifat noninvasif tetapi tingkat kontaminasinya tinggi, sehingga bisa memerlukan pemeriksaan ulang. Midstream atau urine pancaran tengah adalah metode noninvasif lain yang lebih nyaman tetapi sangat memakan waktu.
Beragam metode koleksi sampel urine midstream telah diteliti untuk meningkatkan keberhasilan dan mempercepat bayi berkemih. Metode yang ideal adalah yang bersifat noninvasif, cepat, sederhana, dan bertingkat kontaminasi rendah.
Beberapa klinisi mengamati bahwa anak dapat berkemih secara spontan selama pembersihan daerah perigenital saat pengambilan urine. Stimulasi suprapubik juga telah diusulkan sebelumnya untuk memicu refleks berkemih. Atas dasar tersebut, peneliti berhipotesis bahwa stimulasi lembut di kulit suprapubik menggunakan kassa yang dingin dapat meningkatkan laju berkemih dalam waktu 5 menit.[1-4]
Ulasan Metode Penelitian
Penelitian ini merupakan uji coba superioritas yang prospektif dan non-blinded, dengan pengacakan. Uji ini membandingkan metode Quick-Wee dan metode standar koleksi urine dalam hal keberhasilan bayi berkemih dalam 5 menit, kepuasaan orang tua, dan tingkat kontaminasi.
Total partisipan yang memenuhi syarat adalah 322 bayi prakontinensia (161 bayi pada tiap grup) berusia 1–12 bulan, yang dinilai membutuhkan pengambilan sampel urine dan dokter yang merawat memilih clean-catch sebagai metode pengambilan.[1]
Neonatus tidak disertakan karena institusi setempat tidak merekomendasikan metode noninvasif pada usia ini. Anak berusia >12 bulan juga tidak diikutkan dalam studi. Oleh karena itu, hasil studi ini tidak dapat diaplikasikan pada kedua kelompok usia tersebut. Peneliti mengeksklusi bayi dengan kelainan anatomis dan neurologis yang dapat memengaruhi proses atau sensasi berkemih.
Pasien dialokasikan secara acak dengan rasio 1:1 ke dalam grup intervensi (metode Quick-Wee) atau grup metode standar selama 5 menit. Pengacakan dilakukan oleh seorang ahli statistik dan pengalokasian kelompok disembunyikan dalam amplop pada paket studi individu. Sifat intervensi yang jelas berbeda dari grup kontrol tidak memungkinkan blinding untuk studi ini.[1]
Alih-alih membandingkan metode Quick-Wee dengan metode standar, perbandingan dengan stimulasi lain mungkin lebih bermanfaat dalam menentukan intervensi mana yang paling efektif untuk mendapatkan sampel urine dengan lebih cepat dan tingkat kontaminasi rendah.
Ulasan Hasil Penelitian
Luaran primer yang diteliti dalam studi ini adalah tingkat keberhasilan pengambilan sampel urine dalam 5 menit. Pengukuran luaran sekunder adalah apakah bayi berkemih atau tidak, kontaminasi sampel urine (didefinisikan berdasarkan kriteria laboratorium setempat), serta tingkat kepuasan orang tua dan dokter yang ditentukan berdasarkan skala kepuasan Likert.[1]
Metode Quick-Wee memiliki tingkat keberhasilan berkemih dalam 5 menit yang lebih tinggi daripada metode clean catch urine standar (31% vs 12%). Angka keberhasilan ini tampaknya masih lebih rendah daripada metode stimulasi lain yang diteliti pada studi terdahulu, meski tidak dapat dibandingkan secara langsung karena berbedanya kriteria seleksi studi.[1-4]
Tingkat kontaminasi antara kedua grup tidak berbeda bermakna secara statistik. Hasil tersebut mungkin disebabkan oleh rendahnya jumlah sampel urine yang diproses untuk kultur urine. Dibandingkan dengan metode standar, metode Quick-Wee menghasilkan tingkat kepuasan orang tua dan klinisi yang tinggi. Tidak terdapat efek merugikan yang dilaporkan pada studi ini.[1]
Kelebihan Penelitian
Desain penelitian yang menggunakan uji acak terkontrol menjadi kelebihan studi ini dalam mendemonstrasikan efikasi metode stimulasi berkemih pada bayi. Studi ini juga bersampel besar dan dibuat berdasarkan studi kelayakan awal serta studi pilot yang sebelumnya.
Di samping itu, semua bayi yang masuk dalam kriteria inklusi diikutkan pada studi ini tanpa melihat status feeding dan hidrasinya. Hal ini dapat meminimalkan bias seleksi dan memastikan hasil studi dapat diaplikasikan pada bayi berusia 1–12 bulan dengan semua kondisi.[1]
Kekurangan Penelitian
Keterbatasan studi ini adalah blinding hanya dilakukan pada pengacakan dan alokasi. Namun, blinding memang tidak mungkin dilakukan karena intervensi yang diberikan jelas berbeda dengan metode standar. Kriteria inklusi penelitian ini tidak berfokus pada bayi yang dicurigai mengalami ISK, sehingga bisa terjadi bias seleksi dan menghasilkan hasil positif palsu.
Selain itu, tingkat keberhasilan berkemih berdasarkan kategori usia juga tidak dinilai dalam penelitian ini. Padahal hal tersebut dapat bermanfaat untuk menentukan batas usia mana yang tidak dianjurkan menggunakan metode Quick-Wee, mengingat ada hipotesis dari studi-studi sebelumnya yang menyatakan bahwa refleks berkemih akibat rangsangan kutaneus dapat berkurang seiring bertambahnya usia.[1]
Aplikasi Penelitian di Indonesia
Metode Quick-Wee merupakan stimulasi berkemih yang mudah dilakukan, tidak perlu pelatihan atau peralatan khusus, dan hanya membutuhkan 1 orang klinisi. Kelebihan ini membuat metode Quick-Wee menjadi inovasi hemat biaya yang dapat diaplikasikan pada praktik sehari-hari di departemen gawat darurat yang sangat sibuk atau di tempat dengan jumlah tenaga kesehatan yang terbatas.
Penelitian lebih lanjut perlu dilakukan untuk membandingkan metode Quick-Wee dan intervensi lain untuk memastikan metode mana yang lebih efektif dan lebih cepat dalam pengambilan sampel urine bayi.