Interval vaksin COVID-19 yang lebih panjang diperkirakan dapat meningkatkan efektivitas vaksin dalam menginduksi sistem imun. Salah satu cara untuk memutus rantai penyebaran pandemi COVID-19 adalah vaksinasi. Vaksinasi dapat memicu sistem imun untuk memproduksi antibodi penetralisir virus SARS-CoV-2.
Program vaksinasi COVID-19 massal tengah digalakkan di seluruh dunia. Penelitian-penelitian tengah dilakukan untuk mengembangkan vaksin COVID-19 beserta teknis pemberiannya. Studi yang mempelajari vaksin COVID-19 AstraZeneca menunjukkan efikasi vaksin yang lebih tinggi pada pemberian dosis kedua dalam interval 12 minggu atau lebih, dibandingkan dengan interval kurang dari 6 minggu.
Temuan ini dapat menjadi dasar pertimbangan bahwa diperpanjangnya interval antara dosis pertama dan kedua vaksin COVID-19 dapat meningkatkan efikasi vaksin dan imunitas yang diinduksi.[1-3]
Vaksin COVID-19 di Indonesia dan Anjuran Intervalnya
Hingga saat ini, terdapat beberapa jenis vaksin COVID-19 yang penggunaannya telah disetujui, baik oleh WHO, U.S Food and Drug Administration (FDA), maupun Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM). Semua vaksin COVID-19 yang telah disetujui dinilai aman dan efektif untuk menurunkan risiko infeksi COVID-19.
Di Indonesia, terdapat beberapa jenis vaksin COVID-19 dengan interval waktu antara dosis yang bervariasi. Vaksin COVID-19 Pfizer dapat diberikan untuk individu berusia 12 tahun ke atas dengan interval waktu 21 hari untuk dosis kedua. Vaksin COVID-19 Moderna diberikan pada individu usia 18 tahun ke atas dengan interval waktu 28 hari antardosis.
Vaksin COVID-19 AstraZeneca disetujui BPOM untuk penggunaan darurat pada individu dewasa usia 18 tahun ke atas. Interval waktu pemberian vaksin Astrazeneca dosis kedua berselang 4-12 minggu dari dosis pertama. Di Indonesia, vaksin COVID-19 Sinovac telah disetujui untuk diberikan pada individu berusia 6 tahun ke atas dengan interval waktu 2 minggu pada penggunaan darurat, dan 4 minggu untuk penggunaan rutin.[4-6]
Interval Vaksin COVID-19, Peningkatan Efikasi Vaksin, dan Imunitas Tubuh
Pemanjangan interval antara dua dosis vaksin COVID-19 masih menjadi topik yang kontroversial. Terdapat pertimbangan dan kekhawatiran akan terjadinya penurunan imunogenitas dan efektifitas vaksin untuk mencegah infeksi. Pada beberapa wilayah dengan keterbatasan akses vaksin, strategi pemanjangan interval dosis kedua ini menjadi salah satu cara untuk mempercepat lebih banyak tercapainya proporsi populasi yang menerima dosis pertama, sehingga dapat mencapai herd immunity yang lebih tinggi.
Pada Desember 2020, Inggris mengubah pedoman pemberian vaksin COVID-19 Pfizer dengan memperpanjang interval antara dosis pertama dan kedua dari 3 minggu menjadi 12 minggu. Perubahan ini dilakukan setelah terdapat data dari uji coba fase ketiga yang menunjukkan bahwa efikasi vaksin mencapai 89% dalam 15-21 hari setelah suntikan dosis pertama.[7,8]
Hasil Studi Parry et al
Studi oleh Parry et al yang membandingkan respons imunitas pada lansia yang dihasilkan dua dosis vaksin COVID-19 Pfizer berjarak 3 minggu dengan 12 minggu. Respons puncak antibodi terlihat lebih tinggi 3,5 kali lipat pada subjek dengan interval vaksin yang lebih panjang. Walaupun respons imunitas seluler lebih rendah 3,6 kali, studi ini menyimpulkan bahwa pemanjangan interval vaksinasi dosis kedua dapat memberikan potensi imunitas humoral yang lebih tinggi dan lebih lama pada lansia.[9]
Hasil Studi Moghadas et al
Penelitian oleh Moghadas et al menunjukkan bahwa penundaan pemberian vaksin COVID-19 Moderna dengan interval setidaknya 9 minggu dapat memaksimalkan efektivitas vaksin dan menurunkan 17,3 infeksi, 0,69 rawat inap, dan 0,34 kematian per 10.000 populasi, bila dibandingkan dengan pemberian vaksin dengan interval 4 minggu.[10]
Hal yang serupa juga ditunjukkan oleh studi terhadap vaksin COVID-19 Pfizer, yang melaporkan penurunan tingkat rawat inap dan kematian pada pemberian dosis kedua dengan interval yang lebih panjang hingga 12 minggu.
Hasil Studi Hall et al
Studi kohort prospektif oleh Hall et al pada tenaga kesehatan di Kanada menyimpulkan bahwa pemanjangan interval vaksin COVID-19 Pfizer dosis kedua dapat menguntungkan, terutama pada kondisi suplai vaksin yang terbatas. Pemanjangan interval vaksin dosis kedua dapat meningkatkan respons imunitas humoral, walaupun memberikan efek negatif pada respons imun seluler.
Efek samping yang dihasilkan dari pemberian dosis kedua dengan pemanjangan interval umumnya hampir serupa bila dibandingkan dengan interval standar. Akan tetapi, mialgia lebih sering terjadi pada kelompok subjek dengan interval vaksin yang lebih panjang (32,0% vs 15.8%).[7]
Hasil Studi Voysey et al
Tinjauan studi dari empat uji coba terkontrol dari Inggris, Brazil, dan Afrika Selatan menunjukkan adanya peningkatan efikasi pada kelompok pemanjangan interval vaksin COVID-19 AstraZeneca dosis kedua >12 minggu (81.3%) dibandingkan dengan interval vaksin <6 minggu (55.1%) [11]
Kesimpulan
Pemanjangan interval antara dosis pertama dan dosis kedua vaksin COVID-19 masih menjadi kontroversi karena adanya kekhawatiran dari penurunan efektivitas dan imunogenitas vaksin untuk mencegah penyebaran infeksi COVID-19.
Studi dan penelitian yang sudah ada menunjukkan adanya peningkatan efikasi vaksin dosis kedua AstraZeneca dan Pfizer yang diberikan dalam interval waktu yang lebih panjang yaitu sekitar lebih dari 12 minggu. Peningkatan efikasi terlihat dari respons imunitas humoral yang lebih tinggi. Walaupun demikian, peningkatan efikasi ini tidak terlihat dalam respon imunitas seluler yang cenderung lebih rendah pada interval pemberian dosis kedua yang lebih panjang.
Oleh karena itu, masih diperlukannya studi dan penelitian lebih lanjut yang mempelajari efektivitas dan respons imunitas yang muncul dari pemberian vaksin COVID-19 dosis kedua dengan interval waktu yang lebih panjang. Studi juga masih diperlukan untuk mempelajari efek samping yang mungkin timbul dari perpanjangan interval dosis kedua.
Hingga saat ini, studi yang ada hanya mempelajari tentang efektifitas Astrazeneca dan Pfizer sehingga masih perlu dikembangkan lagi penelitian pada jenis vaksin COVID-19 lainnya.
Pemanjangan interval dosis kedua dapat menjadi salah satu strategi dalam pemerataan cakupan vaksin dan meningkatkan herd immunity pada wilayah dengan akses dan suplai vaksin yang terbatas. Pada pasien yang melewatkan atau melupakan jadwal pemberian vaksin dosis kedua, dokter dapat meyakinkan mereka bahwa tertundanya pemberian dosis tersebut tidak akan menurunkan imunitas mereka dan justru dapat meningkatkannya.