Beberapa studi menunjukkan bahwa dermatitis atopik atau eczema atopik dapat dicegah secara primer. Dermatitis atopik merupakan suatu penyakit peradangan kulit yang bersifat kronik. Sekitar 1 dari 5 individu selama masa hidupnya mengalami dermatitis atopik.
Dermatitis atopik dapat menyebabkan kulit menjadi lebih rentan terkena infeksi. Oleh karena itu, diperlukan penanganan yang menyeluruh pada penatalaksanaan dermatitis atopik. Beberapa upaya yang dilakukan dalam menangani dermatitis atopik adalah menghindari faktor pemicu atau alergen, mengontrol faktor eksaserbasi di lingkungan, mengembalikan fungsi hidrasi kulit, dan apabila dermatitis atopik sudah cukup berat dapat diberikan pengobatan dengan steroid topikal atau inhibitor kalsineurin topikal. [1,2]
Memahami Dermatitis Atopik
Dermatitis atopik merupakan suatu kondisi peradangan kronik pada kulit yang terjadi pada 10-20% populasi anak dan 1-3% populasi dewasa. Dermatitis atopik ditandai dengan adanya ruam dan rasa gatal yang dipicu oleh paparan alergen tertentu. Dermatitis atopik terjadi akibat interaksi kompleks antara faktor genetik, lingkungan, fungsi proteksi kulit, dan respon peradangan imunologis. [1,2] Patofisiologi dermatitis atopik berhubungan dengan ketidakseimbangan sistem imun adaptif. Risikonya akan meningkat pada pasien dengan mutasi gen filaggrin. [1,2,3]
Dermatitis atopik dapat terjadi sejak bayi. Oleh karena itu, pencegahan primer dan sekunder perlu dilakukan sedini mungkin. Pendekatan pencegahan primer bertujuan untuk menurunkan risiko terjadinya dermatitis atopik kutaneus pada bayi dengan risiko tinggi. Pencegahan sekunder bertujuan untuk menurunkan durasi dan berat ruam kulit serta mencegah kekambuhan ketika dermatitis atopik telah terjadi.[3]
Pencegahan Primer Dermatitis Atopik
Saat ini, telah berkembang beberapa penelitian yang mencoba membuktikan penggunaan berbagai modalitas tatalaksana yang dapat mencegah dermatitis atopik secara primer.
Suplementasi Probiotik dalam Pencegahan Dermatitis Atopik
Sebuah meta analisis pada 18 penelitian melaporkan bahwa penggunaan probiotik dapat menurunkan insidensi dermatitis atopik sebanyak 20%. [4]
Hasil tersebut didukung oleh meta analisis lain yang dilakukan oleh Panduru, et al pada 16 Randomised Controlled Trials (RCT). Studi ini mempelajari mengenai efektivitas probiotik dalam mencegah terjadinya dermatitis atopik. Meta analisis ini menyimpulkan bahwa probiotik memiliki efek protektif terhadap dermatitis atopik.
Pada meta analisis ini didapatkan bahwa pemberian probiotik akan bersifat protektif apabila diberikan sejak bayi masih dalam kandungan dan dilanjutkan hingga postnatal. Efek protektif ini ditemukan pada populasi risiko tinggi dan juga populasi normal. Meta analisis ini menyarankan probiotik diberikan pada beberapa minggu akhir masa kehamilan dan dilanjutkan sampai sebulan pertama kehidupan bayi. [5]
Probiotik yang digunakan dalam kedua studi di atas bervariasi, di antaranya Lactobacillus reuteri, Lactobacillus rhamnosus, dan Lactobacillus acidophilus. [4,5]
Penggunaan Pelembab dalam Pencegahan Dermatitis Atopik
Sebuah RCT dilakukan untuk meneliti tentang efektivitas penggunaan pelembab selama periode neonatus untuk mencegah terjadinya dermatitis atopik dan sensitisasi alergi. Pada RCT ini, pelembab diberikan pada 59 dari 118 neonatus risiko tinggi selama 32 minggu. Disimpulkan bahwa penggunaan pelembab dengan tipe emulsi selama 32 minggu pertama kehidupan memiliki efek proteksi terhadap dermatitis atopik (risiko lebih rendah 32% dibandingkan kontrol). Pada grup intervensi didapatkan hidrasi stratum korneum yang lebih tinggi pada usia 12 dan 24 minggu dibandingkan dengan grup kontrol. [6]
RCT lain dilakukan untuk meneliti pengaruh upaya peningkatan proteksi kulit sejak lahir dalam mencegah terjadinya dermatitis atopik. Diberikan terapi pelembab tipe emulsi (emolien) pada seluruh tubuh bayi risiko tinggi setidaknya sekali dalam sehari dimulai sejak usia bayi 1 minggu, kemudian dilakukan monitoring pada bulan ke-1, 6, 12, dan 24. Emolien yang diberikan di antaranya berupa sunflower seed oil, doublebase gel, dan parafin cair 50% dalam parafin putih lembut.
RCT ini melaporkan bahwa penggunaan emolien secara signifikan menurunkan insidensi kumulatif dari dermatitis atopik selama 6 bulan pertama kehidupan (43% pada grup kontrol dan 22% pada grup emolien). Mekanisme pasti pengaruh pemberian pelembab dalam menurunkan insidensi dermatitis atopik belum dapat dijelaskan. Namun, emolien diduga meningkatkan hidrasi kulit dan menjaga kondisi skin barrier. Studi ini memiliki keterbatasan karena subjek penelitiannya hanya sedikit. [7]
Kesimpulan
Dermatitis atopik merupakan suatu peradangan kronik pada kulit yang lebih sering mengenai bayi dan anak. Dermatitis atopik disebabkan oleh karena ketidakseimbangan sistem imun adaptif dan gangguan pada fungsi proteksi dan hidrasi kulit. Pemberian probiotik selama kehamilan dan dalam bulan-bulan awal kehidupan bayi dilaporkan efektif dalam mencegah terjadinya dermatitis atopik. Selain daripada itu, penggunaan pelembab tipe emulsi juga dilaporkan efektif dalam mencegah terjadinya dermatitis atopik. Studi pada populasi di Amerika Serikat dan Inggris merekomendasikan agar pelembab diberikan setidaknya satu kali dalam sehari selama enam bulan pertama kehidupan.