Berbagai studi telah melaporkan pemanfaatan artificial intelligence, atau AI, dalam pengambilan keputusan klinis obstetri. Pemanfaatan ini termasuk memperkirakan kemungkinan gawat janin selama persalinan, memprediksi persalinan prematur, hingga pemindaian MRI janin. Perkembangan AI diharapkan akan mempermudah interpretasi data multifaktorial menggunakan pendekatan matematis, termasuk dalam bidang medis.[1-5]
Keunggulan AI, atau kecerdasan buatan, dalam menganalisis sejumlah besar data telah membuatnya digunakan di bidang medis, seperti untuk pemantauan pasien, penentuan prognosis, dan percepatan analisis diagnostik. Penggunaan AI dalam sistem kesehatan juga telah meningkat pesat dalam dekade terakhir, dengan proyeksi bahwa investasi AI di bidang kesehatan akan meningkat hingga 18 kali lipat pada 2025.[3-5]
Dalam bidang obstetri, AI diharapkan akan meminimalisir tingkat eror dan meningkatkan keberhasilan intervensi, seperti pada penanganan infertilitas. Dalam praktik fertilisasi in vitro (IVF) misalnya, AI dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan presisi diagnosis, penanganan, maupun rekayasa genetika. Melalui algoritma berbasis data, AI diharapkan mampu memberikan prediksi lebih akurat, meningkatkan efisiensi, dan membantu menangani kondisi kompleks.[6-9]
Perkembangan Artificial Intelligence di Dunia Medis
Dalam beberapa tahun terakhir, telah banyak diskusi mengenai posisi AI di dunia medis, terutama terkait dengan manajemen big data, evaluasi algoritma, dan masalah hukum medis. Di Amerika Serikat, Food and Drug Administration (FDA) telah menyetujui berbagai algoritma AI untuk membantu dokter dan pasien, serta banyak organisasi di seluruh dunia telah mengikuti inisiatif tersebut.[10]
Para peneliti telah banyak membahas manfaat AI dalam meningkatkan akurasi diagnosis, proses penanganan klinis, dan efikasi terapeutik. Aplikasi AI telah membantu tenaga medis dalam berbagai domain seperti sistem informasi kesehatan, pengawasan epidemi, geokoding data kesehatan, pencitraan medis, model prediktif, dan sistem pendukung keputusan.[11]
Potensi Penggunaan Artificial Intelligence di Bidang Obstetri
AI diharapkan dapat membantu dalam mendeteksi komplikasi kehamilan seperti gawat janin dan persalinan prematur, sekaligus mengurangi perbedaan interpretasi di antara klinisi. Ini diharapkan akan menurunkan morbiditas serta angka kematian ibu dan bayi. Selain itu, AI juga memiliki kapasitas penyimpanan data besar, yang diharapkan dapat mempermudah identifikasi faktor risiko kehamilan dan persalinan melalui data genomik dan multiomik.[1,12-14]
Diagnosis Ultrasonografi di Berbagai Tahap Kehamilan
Penggunaan AI pada USG kehamilan diharapkan dapat meningkatkan deteksi kelainan embrio lebih awal. Pada trimester kedua dan ketiga, AI dapat digunakan untuk mengidentifikasi malformasi struktural melalui pengenalan pola berbasis algoritma. Selain itu, AI dapat digunakan untuk pengukuran otomatis parameter janin, seperti panjang femur dan lingkar kepala, meningkatkan efisiensi pemeriksaan, serta mengurangi variasi hasil yang disebabkan oleh faktor subjektivitas operator.[15]
Sebuah studi mencoba mengeksplorasi tingkat akurasi diagnostik USG berbasis algoritma AI pada pasien dengan komplikasi tumor otak selama kehamilan. Akurasi diagnosis berbasis AI dilaporkan mencapai 94,5%. Penelitian lain juga menggunakan AI untuk meningkatkan kualitas gambar USG, mengurangi noise, serta meningkatkan kemampuan diagnosis klinis selama berbagai fase kehamilan hingga kelahiran.[16,17]
Pemanfaatan Artificial Intelligence pada Trimester Pertama Kehamilan
Selama kehamilan, citra plasenta pada pasien hipertensi menunjukkan perbedaan dibandingkan dengan populasi tanpa hipertensi. Perbedaan ini dapat dijadikan penanda untuk memprediksi gangguan hipertensi pada kehamilan (HDP) dengan metode non-invasif dan biaya yang efisien. Algoritma berbasis AI dapat digunakan untuk menilai variasi citra USG plasenta pada wanita hamil dengan hipertensi.[18]
Selain itu, AI juga dapat digunakan untuk mendeteksi risiko gangguan nutrisi pada ibu hamil. Data penggunaan suplemen besi, asam folat, dan yodium dapat dimasukkan dalam aplikasi berbasis AI, kemudian digunakan untuk memprediksi kecukupan nutrisi ibu di trimester pertama.[19]
Pemanfaatan Artificial Intelligence pada Trimester Kedua dan Ketiga
AI dapat digunakan untuk mendukung skrining ultrasonografi jantung janin. Selama ini, akurasi deteksi penyakit jantung bawaan pada trimester kedua cukup rendah karena kesulitan dalam penguasaan teknik. Dengan bantuan AI, kinerja skrining untuk diagnosis dilaporkan meningkat menjadi 97,5%.[20,21]
Selain itu, citra ultrasonografi janin pada trimester kedua dan ketiga dapat berubah dengan cepat karena gerakan janin. Algoritma AI dapat digunakan untuk meningkatkan kualitas dan akurasi gambar bergerak secara real time. AI juga dapat digunakan untuk menilai adanya kelainan intrakranial pada janin dan memprediksi berbagai parameter usia kehamilan pada trimester kedua dan ketiga.[19,22]
Prediksi Kelahiran Prematur
Kelahiran prematur adalah salah satu penyebab utama kematian neonatal. AI dapat digunakan untuk memprediksi risiko kelahiran prematur secara efisien. Beberapa studi menunjukkan bahwa pengukuran panjang serviks (CL) pada USG dapat digunakan untuk memprediksi kelahiran prematur. Algoritma AI dapat dimanfaatkan untuk menilai risiko ini saat pasien menjalani USG dalam perawatan antenatal rutin.[23]
Pemanfaatan Artificial Intelligence dalam Assisted Reproductive Technology
Pemilihan embrio yang layak masih menjadi tantangan utama dalam IVF. AI dapat digunakan untuk meningkatkan keberhasilan dan pemilihan embrio saat IVF, sehingga diharapkan dapat menghasilkan luaran klinis yang lebih tinggi bagi ibu dan janin. Beberapa ahli bahkan mengklaim bahwa AI dapat membawa otomatisasi, presisi, dan standarisasi pada IVF.
AI juga dapat digunakan untuk menilai karakteristik pasien, seperti cadangan ovarium, status endokrin, dan usia. Ini diharapkan dapat meningkatkan efektivitas pengobatan dan diagnosis gangguan sistem reproduksi.[24]
Pemanfaatan Artificial Intelligence pada Periode Pasca Persalinan
Pada periode pasca persalinan, algoritma AI dapat dimanfaatkan untuk program rehabilitasi dalam pemulihan prolaps organ panggul pasca persalinan. Berbagai perangkat wearable berbasis AI, seperti smart ring dan smartwatch, juga dapat digunakan untuk melacak kualitas tidur dan aktivitas pasien. Meski begitu, perlu dicatat bahwa belum semua perangkat ini sudah diakreditasi untuk penggunaan klinis.
Alat tersebut juga dapat melacak parameter fisiologis seperti suhu tubuh, variabilitas detak jantung, kadar oksigen, dan tekanan darah pasca persalinan. Pemantauan parameter fisiologis ini dapat digunakan untuk mendeteksi komplikasi pasca persalinan, seperti preeklampsia atau syok hemoragik akibat perdarahan postpartum.[25,26]
Kesimpulan
Dalam bidang obstetri, artificial intelligence (AI) atau kecerdasan buatan dapat digunakan untuk meningkatkan luaran klinis ibu dan janin. AI telah diteliti penggunaannya dalam meningkatkan kualitas gambar USG kehamilan, serta mengurangi faktor subjektivitas terkait operator USG. AI juga dapat digunakan untuk memprediksi komplikasi kehamilan, persalinan, maupun pada masa postpartum.