Pertimbangan khusus peresepan kacamata pada anak perlu dilakukan karena berbeda dengan dewasa. Gangguan refraksi adalah penyebab utama gangguan penglihatan pada anak usia di bawah 16 tahun, yakni sekitar 60–80%. Meresepkan kacamata pada anak memiliki tantangan tersendiri karena pasien tidak mudah bekerja sama, reliabilitas tajam penglihatan yang rendah, daya akomodasi yang masih kuat, dan adanya risiko ambliopia.[1-3]
Selain itu, suatu penelitian oleh Donahue menemukan 20% anak menerima peresepan kacamata yang tidak perlu karena sebetulnya memiliki penglihatan yang normal. Oleh karena itu, diperlukan pertimbangan khusus dalam peresepan kacamata pada anak.[1]
Penggunaan Obat Sikloplegik
Koreksi kacamata pada anak perlu dilakukan dalam kondisi sikloplegik dengan tujuan untuk melumpuhkan daya akomodasi yang sangat kuat, sehingga didapatkan penilaian tajam penglihatan yang sebenarnya.[2-5]
Obat sikloplegik yang biasa diberi adalah atropine 1%, cyclopentolate 1%, tropicamide 0,5% atau 1%, dan phenylephrine 5%. Cyclopentolate merupakan standar obat yang digunakan karena efektif dan memiliki efek samping lebih rendah dibandingkan dengan atropin. Pemeriksaan retinoskopi atau refraktometri perlu dilakukan sekitar 30–45 menit setelah penetesan obat. Obat-obatan ini dipilih berdasarkan usia pasien.[2-5]
Tabel 1. Rekomendasi Obat Sikloplegik pada Anak
Usia | Obat | Dosis | Durasi Sikloplegik dan Mydriasis | Profil Efek Samping |
Preterm sampai 3 bulan | Cyclopentolate 0.2% dan phenylephrine 1% | Dua set satu tetes setiap 5 menit | 6–48 jam | Minimal |
3 bulan sampai 1 tahun | Cyclopentolate 0.5% | Dua set satu tetes setiap 5 menit | 6–48 jam | Moderat |
1 tahun sampai 12 tahun | Cyclopentolate 1% | Dua set satu tetes setiap 5 menit | 6–48 jam | Moderat |
Atropine 1% tetes atau salep | Satu tetes 2x sehari selama 3 hari | 1–2 minggu | Tinggi | |
12 tahun dan lebih tua | Tropicamide 1% (bisa untuk anak usia lebih muda jika tidak ada cyclopentolate) | Dua set satu tetes setiap 5 menit | 2–6 jam | Rendah |
Sumber: Hutchinson AK, et al. 2022.
Usia Pasien dan Tipe serta Keparahan Gangguan Refraksi
Menurut American Academy of Ophthalmology (AAO), gangguan refraksi yang perlu diterapi pada anak dilakukan berdasarkan usia, besar, dan tipe gangguan refraksinya sesuai dengan potensi terjadinya ambliopia. Gangguan refraksi antara kedua mata atau yang dikenal dengan anisometropia dapat memicu terjadinya ambliopia.[2-5]
Anisometropia hypermetropia lebih mudah menyebabkan ambliopia dibandingkan anisometropia myopia. Oleh karena itu, peresepan kacamata dini perlu dilakukan jika ditemukan anisometropia >2,5 D pada hypermetropia, >2,5 D pada astigmatisma, atau >4 D pada myopia.[2-5]
Tabel 2. Pedoman Koreksi Refraksi pada Anak
Kondisi | Gangguan Refraksi (Diopters) | |||
Usia <1 tahun | Usia 1 sampai <2 tahun | Usia 2 sampai <3 tahun | Usia 3 sampai <4 tahun | |
Isoametropia | ||||
Myopia | 5.00 atau lebih | 4.00 atau lebih | 3.00 atau lebih | 2.50 atau lebih |
Hyperopia | 6.00 atau lebih | 5.00 atau lebih | 4.50 atau lebih | 3.50 atau lebih |
Hyperopia with esotropia | 2.00 atau lebih | 2.00 atau lebih | 1.50 atau lebih | 1.50 atau lebih |
Astigmatisma | 3.00 atau lebih | 2.50 atau lebih | 2.00 atau lebih | 1.50 atau lebih |
Anisometropia (tanpa strabismus) | ||||
Myopia | 4.00 atau lebih | 3.00 atau lebih | 3.00 atau lebih | 2.50 atau lebih |
Hyperopia | 2.50 attau lebih | 2.00 atau lebih | 1.50 atau lebih | 1.50 atau lebih |
Astigmatisma | 2.50 atau lebih | 2.00 atau lebih | 2.00 atau lebih | 1.50 atau lebih |
Sumber: Hutchinson AK, et al. 2022.
Ada Tidaknya Strabismus
Dokter perlu memperhatikan ada tidaknya strabismus. Pada esotropia, hypermetropia terkecil harus dikoreksi penuh dengan sikloplegik agar mengurangi proses akomodasi berlebih yang dapat memperberat esotropia tersebut. Akan tetapi, pada intermiten eksotropia, miopia terkecil harus dikoreksi penuh agar merangsang konvergensi guna mengatasi eksotropia.[2-5]
Pascaoperasi Katarak
Pasien anak yang telah menjalani operasi katarak perlu mendapatkan koreksi maksimal baik menggunakan kacamata atau lensa kontak guna mengurangi ambliopia deprivatif yang telah terjadi. Pada anak-anak yang telah memasuki usia sekolah dan sudah dilakukan pemasangan lensa tanam maka umumnya diberikan lensa bifokal dengan tambahan +2 D sampai +3 D untuk membantu aktivitas membaca dekat.[2-5]
Kesimpulan
Peresepan kacamata pada anak-anak tidak sama dengan dewasa. Faktor akomodasi, usia, faktor ambliogenik, dan ocular alignment perlu menjadi pertimbangan meresepkan kacamata pada anak.
Koreksi kacamata pada anak perlu dilakukan dalam kondisi sikloplegik dengan tujuan untuk melumpuhkan daya akomodasi yang sangat kuat. Oleh karena itu, diperlukan pemberian obat sikloplegik. Dokter juga perlu menyesuaikan koreksi dengan ada atau tidaknya strabismus, serta pada kondisi pascaoperasi katarak.