Pilek pada Dewasa – Panduan e-Prescription Alomedika

Oleh :
dr. Gabriele Jessica Kembuan

Panduan e-Prescription pilek pada dewasa ini dapat digunakan oleh Dokter saat hendak memberikan terapi medikamentosa secara online.

Pilek atau rhinorrhea adalah sekresi mukus secara berlebihan dari rongga hidung. Kondisi ini bisa disebabkan oleh berbagai etiologi, misalnya infeksi virus, infeksi bakteri, atau rhinitis alergi. Beberapa kasus pilek juga disebabkan oleh perubahan temperatur dan kelembaban (misalnya pada rhinitis vasomotor) atau oleh bahan kimia tertentu.[1-5]

Tanda dan Gejala

Pilek (rhinorrhea) ditandai dengan keluarnya discharge nasal secara berlebihan. Hal ini sering disertai dengan gejala lain, misalnya:

  • Kongesti nasal
  • Bersin
  • Batuk
  • Sakit tenggorokan
  • Demam[1,2,6,7]

Peringatan

Pada umumnya, pilek memiliki prognosis yang baik. Akan tetapi, koinfeksi bakteri dan ekstensi infeksi ke sinus maupun rongga intrakranial patut diwaspadai. Inflamasi kronis pada mukosa paranasal dalam waktu lama dilaporkan dapat merangsang pembentukan poliposis nasal.[5]

Segera rujuk pasien ke fasilitas kesehatan jika pilek berlangsung >2 minggu. Selain itu, pasien juga disarankan untuk memeriksakan diri lebih lanjut ke Dokter bila discharge bersifat unilateral, berbau tidak sedap, atau berdarah. Pasien pilek dengan gejala sesak napas atau penurunan kesadaran perlu segera dirujuk.[6,7]

Kombinasi dekongestan-antihistamin-analgesik bisa meringankan gejala common cold pada orang dewasa dan anak usia >2 tahun. Kombinasi ini tidak disarankan pada anak usia <2 tahun. Akan tetapi, perlu diwaspadai efek samping akibat obat kombinasi ini, yaitu sedasi, rasa pusing, peningkatan asam lambung, mulut kering, serta mual.[8]

Tata Laksana Suportif

Pilek sering disebabkan oleh infeksi virus yang bersifat self-limiting. Oleh karena itu, terapi yang biasanya diperlukan hanyalah terapi suportif. Contoh terapi suportif yang disarankan adalah irigasi nasal dengan cairan normal salin. Selain itu, pasien juga dianjurkan minum air putih minimal 8 gelas per hari.

Apabila pasien memiliki keluhan penyerta lain seperti sakit tenggorokan atau demam, pasien dapat disarankan berkumur dengan cairan normal salin atau menggunakan kompres hangat.[9,10]

Medikamentosa

Terapi medikamentosa bertujuan untuk meringankan simtom pasien.

Antihistamin

Antihistamin dapat mengurangi pilek (rhinorrhea). Antihistamin generasi kedua seperti cetirizine dan loratadine lebih disarankan daripada antihistamin generasi pertama seperti chlorpheniramine maleat karena memiliki efek sedatif yang lebih minimal dan efektivitas yang lebih baik. Dosis yang dianjurkan adalah:

  • Cetirizine 5–10 mg peroral sebanyak 1 kali sehari

  • Loratadine 10 mg peroral sebanyak 1 kali sehari atau loratadine 5 mg peroral sebanyak 2 kali sehari, dengan dosis maksimal 10 mg/hari[10,11]

Dekongestan

Dekongestan digunakan ketika pilek (rhinorrhea) disertai kongesti nasal. Sebaiknya diberikan dekongestan topikal atau intranasal, karena memiliki potensi yang lebih baik daripada peroral atau sistemik. Namun, dekongestan topikal jangan digunakan dalam waktu lama agar mencegah rhinitis medikamentosa. Sementara, dekongestan peroral dapat dipilih efedrin atau pseudoefedrin.[12]

Dosis Oxymetazoline Nasal:

Di Indonesia, oxymetazoline topikal intranasal tersedia untuk dewasa (0,05% nasal spray 10 mL) dan untuk anak (0,025% nasal drops 10 mL). Dosis yang diberikan: 

  • Semprot hidung 0,05%, disemprotkan 1-2 kali ke masing-masing lubang hidung sebanyak 2-3 kali sehari jika perlu, durasi maksimal 5-7 hari berturut-turut[8]

Dosis Pseudoefedrin:

  • Dewasa dan anak >12 tahun: tablet konvensional diberikan 60 mg setiap 4–6 jam dengan dosis maksimal 240 mg/hari, sedangkan tablet lepas lambat diberikan 120 mg setiap 12 jam atau 240 mg setiap 24 jam[13]

Di Indonesia, pseudoefedrin umumnya tersedia dalam bentuk kombinasi, di antaranya:

  • Pseudoephedrine HCl 60 mg dan Triprolidine HCl 2,5 mg (contoh Tremenza®, Rhinofed®): dosis dewasa 1 tablet diberikan 3 kali/hari 
  • Pseudoephedrine HCl 60 Mg dan Loratadine 5 Mg (contoh Rhinos®): dosis dewasa 1 tablet diberikan 3 kali/hari 
  • Pseudoephedrine HCl 30 mg, Dextromethorphan 15 mg, dan Paracetamol 500 mg (contoh Panadol Cold & Flu®): dosis dewasa 1 tablet diberikan 3 kali/hari (jangan berikan resep dengan obat kombinasi lain yang juga mengandung paracetamol)
  • Pseudoephedrine HCl 15 mg dan dextromethorphan 5 mg (contoh Triaminic® sirup): dosis anak 4‒11 tahun 5 mL setiap 4‒6 jam

Dosis Efedrin:

  • Dewasa dan anak usia >12 tahun: 60 mg, 3 kali/hari, di mana pasien lansia diberikan dosis awal 50%[14]

Bentuk obat kombinasi yang mengandung efedrin di antaranya:

  • Ephedrine HCl 2,5 mg, Chlorpheniramine Maleate 1,3 mg, dan Paracetamol 135 mg per 5 mL (contoh OBH Nellco® sirup): dosis dewasa 15 mL, 4 kali/hari (jangan berikan resep dengan obat kombinasi lain yang juga mengandung paracetamol)
  • Ephedrine HCl 12,5 mg, Chlorpheniramine Maleate 1 mg, Dextromethorphan 10 mg, dan Guaifenesin 100 mg (contoh Mixadin®): dosis dewasa 2 tablet, 3 kali/hari

Analgesik dan Antipiretik

Analgesik dan antipiretik dapat diberikan bila pilek disertai demam, sakit kepala, atau sakit tenggorokan. Pilihan yang dapat diresepkan adalah:

  • Paracetamol 1.000 mg peroral, 4 kali sehari, dengan dosis maksimal 4 gram/hari, diberikan jika ada keluhan demam atau nyeri

  • Ibuprofen 400 mg peroral, 4–6 kali sehari, dosis maksimal 3,2 gram/hari, diberikan jika keluhan demam atau nyeri[15,16]

Kortikosteroid Intranasal

Bila pilek disebabkan oleh rhinitis alergi, kortikosteroid intranasal dapat diberikan. Pilih salah satu opsi terapi berikut:

  • Budesonide nasal spray (32 mcg/semprotan), 2 semprotan per lubang hidung, 1 kali sehari, selama 2–4 minggu. Jika keluhan membaik, dosis bisa diturunkan menjadi 1 semprotan tiap lubang hidung

  • Fluticasone furoate nasal spray (27,5 mcg/semprotan), 2 semprotan per lubang hidung, 1 kali sehari, selama 2–4 minggu

  • Fluticasone propionate nasal spray (50 mcg/semprotan), 2 semprotan per lubang hidung, 1 kali sehari, selama 2–4 minggu

  • Mometasone furoate nasal spray (50 mcg/semprotan), 2 semprotan per lubang hidung, 1 kali sehari, selama 2–4 minggu

  • Triamcinolone acetonide nasal spray (55 mcg/semprotan), 2 semprotan per lubang hidung, 1 kali sehari, selama 2–4 minggu[17-20]

Pilihan Terapi untuk Ibu Hamil dan Menyusui

Antihistamin loratadine, cetirizine, chlorpheniramine maleat, serta diphenhydramine termasuk dalam kategori B oleh FDA. Obat-obat ini dapat diberikan pada ibu hamil.

Namun, penggunaan dekongestan oxymetazoline pada wanita hamil harus dihindari karena termasuk dalam kategori not assigned oleh FDA. Ekskresi obat ini ke dalam ASI juga belum diketahui.

Analgesik yang dapat diberikan pada ibu hamil adalah paracetamol karena termasuk dalam kategori B oleh FDA. Sementara itu, ibuprofen termasuk dalam kategori C untuk usia kehamilan <30 minggu dan kategori D untuk usia kehamilan >30 minggu. Oleh karena itu, ibuprofen harus dihindari.[10,21]

Referensi