Red flag atau tanda bahaya pada pasien dengan benjolan payudara perlu diketahui untuk mengenali kanker payudara secara dini. Benjolan payudara adalah keluhan yang umum ditemukan pada praktik klinis. Meskipun biasanya bersifat jinak, benjolan payudara memiliki mortalitas tinggi jika disebabkan oleh keganasan.[1,2]
Berdasarkan data WHO, rentang angka kejadian kanker payudara bervariasi antara 19,3 per 100,000 wanita di Afrika Timur, hingga 89,7 per 100,000 wanita di Eropa Timur. Angka kejadian kanker payudara di Indonesia mencapai 19,6% (12 per 100.000) dan menempati urutan pertama kanker tersering pada wanita.[3–5]
Kemungkinan Penyebab Benjolan Payudara dan Faktor Risiko Keganasan
Benjolan payudara dapat terjadi karena perubahan fisiologis yang berhubungan dengan siklus menstruasi, kehamilan, laktasi, atau menopause. Mayoritas benjolan payudara bersifat jinak, tetapi kemungkinan keganasan tetap harus dipertimbangkan.[1,2]
Secara umum, penyebab benjolan payudara dapat dibagi menjadi:
- Fibroadenoma
- Kista
Kanker payudara, seperti karsinoma duktal, karsinoma lobular, dan kanker payudara inflamasi
- Penyebab fibrokistik lain, seperti galaktokel, intraduktal papilloma, dan abses[6,7]
Fibroadenoma mammae adalah penyebab tersering benjolan payudara yang bersifat jinak. Sementara itu, karsinoma duktal invasif adalah penyebab keganasan payudara yang paling sering.[1]
Benjolan payudara biasanya ditemukan secara spontan ketika pasien melakukan pemeriksaan rutin ke dokter atau saat pemeriksaan payudara sendiri (SADARI). Benjolan dapat dirasakan dengan atau tanpa nyeri, serta terkadang disertai discharge atau perubahan pada kulit.[3–5]
Faktor Risiko Keganasan
Kondisi yang meningkatkan risiko keganasan antara lain:
- Riwayat keluarga dengan kanker payudara, kanker ovarium, atau sindrom kelainan payudara dan ovarium herediter lain seperti kanker prostat dan kanker pankreas
- Mutasi gen delesi yang telah teridentifikasi
- Riwayat biopsi dengan patologi spesifik, seperti hiperplasia atipikal atau karsinoma lobular in situ
- Riwayat sistem reproduksi, seperti menarche dini, menopause lambat, nuliparitas, dan interval memanjang antara menarche dan kehamilan pertama
- Terapi sulih hormon untuk menopause
- Tidak pernah menyusui
- Peningkatan usia atau indeks massa tubuh meningkat[8]
Selain itu, kondisi lain yang menjadi faktor risiko adalah temuan mammografi berupa dense breast, riwayat paparan radiasi terapeutik pada area dada, dan gaya hidup seperti merokok dan konsumsi alkohol.[8]
Red Flag Benjolan Payudara
Berikut adalah red flag atau tanda bahaya yang harus diperhatikan pada pasien dengan benjolan payudara:
- Massa yang terfiksir pada kulit atau dinding dada
- Massa bersifat ireguler dan keras seperti batu
- Terdapat lesung kulit
- Terdapat keterlibatan nodus limfe aksilaris
- Keluar darah atau discharge secara spontan
- Kulit payudara menebal dan eritematosa[2,9]
Sekilas Tentang Manajemen Pasien dengan Red Flag Benjolan Payudara
Secara umum, kasus benjolan payudara memerlukan pemeriksaan lanjutan, karena massa yang jinak sulit dibedakan secara pasti dengan yang ganas hanya melalui anamnesis dan pemeriksaan fisik. Pemeriksaan lanjutan yang dilakukan adalah pemeriksaan radiologi dan biopsi.
Mamografi
Mamografi merupakan pemeriksaan radiologi yang sering digunakan untuk skrining kanker payudara. Mamografi diagnostik diindikasikan pada wanita berusia di atas 40 tahun yang mengeluhkan benjolan payudara.
Sensitivitas mamografi dilaporkan sebesar 86–91%. Jika hasil mamografi menunjukkan probabilitas tinggi lesi bersifat jinak, modalitas ini saja sudah cukup sebagai alat diagnostik. Selanjutnya, pemantauan secara klinis sudah cukup, tanpa memerlukan biopsi ataupun pencitraan.[2]
USG Payudara
Pemeriksaan USG payudara adalah pemeriksaan radiologi lain yang bisa dipilih. USG payudara direkomendasikan pada wanita usia < 30 tahun yang mengeluhkan benjolan pada payudara. Apabila hasil USG mengarahkan kecurigaan ke keganasan, maka pemeriksaan lanjutan dengan mamografi dan biopsi perlu dilakukan.
Hasil USG payudara yang mengarah ke keganasan adalah adanya permukaan yang tidak rata, tepi hiperekoik, vaskularisasi meningkat, dan tidak beraturan. USG payudara juga perlu dipertimbangkan pada wanita berusia di atas 40 tahun dengan hasil mamografi yang tidak diagnostik.[2,4,10,11]
Jika hasil mamografi dan USG payudara indikatif ke arah keganasan, maka pengambilan sampel jaringan dengan biopsi adalah langkah lanjutan yang disarankan, kecuali jika ada kontraindikasi.[2,4,10,11]
Tata Laksana Lebih Lanjut Setelah Identifikasi Etiologi Benjolan Payudara
Setelah etiologi benjolan payudara dapat diidentifikasi, tata laksana sebaiknya segera dilakukan. Tata laksana kanker payudara tergantung pada luas dan stadium penyakit. Terapi paling awal yang dilakukan adalah pembedahan, misalnya dengan lumpektomi, mastektomi radikal klasik, atau mastektomi ganda.
Terapi sistemik yang diberikan adalah kemoterapi secara bertahap dan terapi hormon sesuai indikasi. Radioterapi juga dapat menjadi pilihan sebagai terapi kuratif adjuvant atau terapi paliatif pada pasien dengan kanker payudara.[4,10]
Klik di sini untuk menonton videonya.
Direvisi oleh: dr. Felicia Sutarli