Penggunaan Remote Patient Monitoring (RPM) semakin marak seiring dengan perkembangan teknologi telemedicine. Dengan RPM, dokter dan pasien dapat memantau berat badan, tanda vital, tekanan darah, gula darah, detak jantung dari titik perawatan manapun, termasuk di rumah. Keuntungan utama adalah bahwa pemantauan jarak jauh dapat mengumpulkan data lebih konsisten daripada selama kunjungan ad-hoc.
RPM dilakukan untuk memantau pasien dengan menggunakan gawai dan jaringan internet. Remote Patient Monitoring (RPM) dalam literatur disebut juga Remote Patient Management, Remote Health Monitoring, Remote Physiologic Monitoring, dan Telemonitoring.
RPM dapat menjadi solusi masalah yang ada di sektor perawatan kesehatan negara berkembang, seperti Indonesia, misalnya keterbatasan akses dan biaya pelayanan kesehatan yang melonjak. RPM tidak hanya bermanfaat bagi pasien, tapi juga bermanfaat untuk dokter maupun petugas kesehatan lainnya. RPM menghubungkan klinisi secara langsung dan instan kepada data pasien yang relevan, sehingga diharapkan dapat meningkatkan efisiensi dan menurunkan risiko burnout.[1-3]
Aplikasi Remote Patient Monitoring
Remote Patient Monitoring (RPM) adalah penggunaan teknologi digital untuk memantau data medis dan kesehatan dari pasien, kemudian secara elektronik mengirimkan informasi ini ke penyedia layanan kesehatan. Aplikasi RPM umumnya berisikan data pasien yang meliputi identitas, gejala penyakit, tanda vital, saturasi oksigen, berat badan, kadar gula darah, dan aktivitas fisik harian. Apabila pasien mengalami kondisi medis yang menguatirkan, petugas kesehatan dapat segera mengetahui hal ini dan memberikan rekomendasi atau instruksi.
Saat ini telah tersedia pemantauan EKG melalui remote monitoring. Diharapkan seiring dengan kemajuan teknologi, RPM dapat menyediakan data lain, seperti elektromiogram (EMG), dan elektroensefalogram (EEG).[3,4]
Pada pengembangan lebih lanjut, RPM diharapkan dapat mencakup data mengenai perilaku pasien, seperti ketaatan berobat dan upaya perawatan diri. Kemudian, dengan menggunakan perangkat kuesioner yang diisi oleh pasien, aplikasi RPM dapat pula mencakup data mengenai tingkat nyeri, kecemasan pasien, kepuasan berobat, serta kualitas hidup. Bahkan bila pengumpulan data menggunakan kuesioner dipandang masih kurang memadai, dapat dilakukan video teleconference untuk mendapatkan data melalui wawancara dengan pasien.[2-4]
RPM dianggap akan sangat bermanfaat bila pasien menjalani perawatan yang kompleks dan panjang. Misalnya pada pasien yang menjalani hemodialisis, pasien asthma, hipertensi, dan diabetes, ataupun terhadap pasien pasca operasi maupun pasien geriatri.[3-5]
Perangkat Remote Patient Monitoring
Remote Patient Monitoring (RPM) merupakan bagian dari telemedicine yang memanfaatkan kemajuan di bidang teknologi informasi. Saat ini, alat dan perangkat lunak RPM sudah memanfaatkan teknologi IoT (Internet of Things) yang terintegrasi pada gawai atau komputer. Pada hakikatnya, perangkat RPM terdiri atas 3 bagian, yaitu sistem pengambilan data (data acquisition system), sistem pemrosesan data (data processing system), dan penerima atau terminal akhir (receivers/end-terminals).[2,3]
Sistem Pengambilan Data (Data Acquisition System)
Sistem pengambilan data terdiri atas sensor atau peralatan yang dapat melakukan pengambilan data serta mengirimkannya secara nirkabel (wireless) kepada petugas kesehatan Dengan adanya sensor yang dikenakan pada pasien, maka data dapat diperoleh secara berkesinambungan dengan intervensi yang minimal.
Berkat kemajuan teknologi, sensor tidak melulu dalam bentuk peralatan medis, namun dapat berupa telepon pintar (smartphone) maupun kamera infrared. Sensor yang digunakan diupayakan senyaman mungkin bagi pasien, misalnya kini dikembangkan sensor yang bentuknya seperti jam tangan hingga tidak mengganggu aktivitas pasien sehari-hari
Sistem ini dapat dilengkapi pula dengan perangkat tambahan, seperti untuk mengingatkan waktu minum obat dan juga perangkat komunikasi dengan dokter yang merawat.[2,3]
Sistem Pemrosesan Data (Data Processing System)
Sistem pemrosesan data merupakan suatu sistem untuk menerima, memproses, dan mengirimkan data yang dilengkapi dengan unit penyimpanan data lokal (local storage unit). Sistem ini berperan sebagai penghubung (interface) antara sistem pengambilan data yang berada di tempat pasien dengan penerima atau terminal akhir yang berada di fasilitas pelayanan kesehatan.[2,3]
Penerima Atau Terminal Akhir (Receivers/End-Terminals)
Penerima atau terminal akhir merupakan komputer dengan sistem basis data yang terdapat di rumah sakit dan terhubung dengan gawai dokter yang merawat pasien. Pada terminal akhir, data yang diterima kemudian disimpulkan untuk dilakukan perawatan yang diperlukan. Terminal akhir dapat dilengkapi dengan aplikasi perangkat lunak untuk mendukung diagnosis dan rekomendasi perawatan.[2,3]
Pertimbangkan Penentuan Perangkat Bagi Pasien
Selama ini, di beberapa rumah sakit mungkin sudah berlangsung pengiriman data pasien dengan menggunakan telepon, internet, maupun media sosial. Namun, dengan perangkat RPM, proses penyampaian informasi tersebut dapat berlangsung secara sistematis, otomatis, serta kontinyu.[2,3]
Di pasaran terdapat berbagai jenis peralatan RPM, sehingga sarana pelayanan kesehatan perlu memilih peralatan RPM yang sesuai. Pertimbangan untuk menentukan peralatan RPM yang akan digunakan antara lain berdasarkan kebutuhan pendataan pasien, ketersediaan pendanaan, teknologi yang digunakan, serta kualitas peralatan.[5,6]
Manfaat Remote Patient Monitoring
Dibandingkan dengan pelayanan kesehatan yang selama ini secara konvensional berlangsung, penggunaan Remote Patient Monitoring (RPM) dapat meningkatkan aksesibilitas layanan kesehatan, mengurangi biaya, dan mengoptimalisasi kualitas perawatan. Selain itu, data yang dikumpulkan oleh sistem RPM dapat dianalisis oleh teknologi kecerdasan buatan (artificial intelligence) untuk membantu dokter mengenali abnormalitas dan memberi dukungan dalam menentukan keputusan medis.[7-10]
Contoh teknologi dimana RPM telah digunakan adalah pacemaker. Keunggulan remote monitoring adalah kemampuan dalam mendeteksi secara dini adanya aritmia serta gangguan fungsi alat maupun lead, mengurangi biaya perawatan pasien, dan meningkatkan luaran pasien. Remote monitoring pada pasien dengan pacemaker dapat dilakukan secara terjadwal maupun dengan sistem peringatan bila terdapat kelainan. Transmisi data terjadi secara nirkabel dari pacemaker ke konsol yang berada di dekat pasien yang kemudian diteruskan kepada klinisi melalui sambungan telepon maupun internet.[12,13,14]
Meningkatkan Aksesibilitas Pelayanan Kesehatan
RPM bukan pengganti interaksi dokter-pasien, namun RPM akan meningkatkan aksesibilitas interaksi dokter-pasien. Dengan interaksi yang intensif dan asupan data yang real time, maka dapat dilakukan pelayanan kesehatan secara tepat waktu. Dengan demikian, RPM bukan saja meningkatkan aksesibilitas interaksi dokter-pasien, namun juga meningkatkan aksesibilitas untuk mendapatkan pelayanan kesehatan.[7-10]
Mereduksi Biaya Kesehatan
RPM mampu memantau pasien secara kontinyu, sehingga dapat sedini mungkin memberi intervensi atau rekomendasi bagi pasien yang mengalami masalah medis. Hal ini mencegah perburukan kondisi pasien, sehingga akan mengurangi kemungkinan rawat inap di rumah sakit dan risiko komplikasi. Penanganan pasien sebelum penyakitnya berlanjut secara signifikan akan mereduksi kebutuhan biaya perawatan.[7-10]
Meningkatkan Hasil Perawatan
Pemantauan data pasien secara terus menerus pada penggunaan RPM, selain mampu mendeteksi secara dini permasalahan kesehatan pasien, juga melakukan pemantauan terhadap perkembangan perawatan pasien. Dengan demikian, tanpa pasien harus hadir di sarana pelayanan kesehatan, senantiasa dilakukan evaluasi terhadap perawatan pasien, serta bila perlu perubahan atau perawatan tambahan dapat segera dilakukan. Di lain pihak, bila pasien memerlukan perawatan di rumah sakit, pemantauan RPM yang kontinyu dapat meminimalisasi kemungkinan keterlambatan. Hal ini tentunya akan meningkatkan hasil perawatan.[7-10]
Meningkatkan Koordinasi Dan Kolaborasi Pelayanan Kesehatan
Meski secara virtual, penggunaan RPM akan meningkatkan komunikasi dan interaksi pasien dengan dokter dan tenaga kesehatan lainnya yang merawatnya. Lebih jauh lagi, penggunaan RPM akan meningkatkan keterlibatan keluarga dan mungkin juga pendamping yang merawat pasien di rumah.
Terjalinnya komunikasi dan interaksi yang baik akan meningkatkan koordinasi dan kolaborasi dengan orang-orang yang berada di sekitar pasien. Koordinasi dan kolaborasi tersebut merupakan hal yang penting, terutama pada perawatan pasien yang berjangka waktu panjang.[4]
Mengembangkan Perawatan Pasien Secara Personal
Pengamatan data kesehatan pasien secara sistematis, otomatis, dan berkesinambungan akan lebih mampu menghasilkan parameter yang bersifat personal sesuai dengan kondisi pasien. Hal ini diharapkan dapat membantu klinisi menentukan perawatan yang sesuai dengan kondisi klinis masing-masing pasien.[4,6]
Mempertahankan Kualitas Hidup Pasien
Konsepsi pelayanan kesehatan yang ideal adalah agar mampu mendukung kehidupan pasien sebaik mungkin. RPM memungkinkan pengumpulan data kesehatan tanpa harus mengunjungi sarana pelayanan kesehatan, sehingga pasien dapat tetap melakukan kegiatannya sehari-hari.
RPM bukan hanya meningkatkan kenyamanan pasien namun juga diharapkan akan menumbuhkan pemahaman dan kesadaran pasien mengenai kondisi kesehatannya. Selanjutnya, dengan dijalankan pemantauan terhadap kondisi kesehatan pasien secara berkesinambungan, akan menumbuhkan rasa aman dan terjamin pasien mengenai kesehatannya. Keadaan ini dalam jangka panjang diharapkan dapat mempertahankan kualitas hidup pasien.[4]
Potensi Perkembangan Perangkat Remote Patient Monitoring
Dewasa ini pengembangan perangkat Remote Patient Monitoring (RPM) terus berlangsung secara cepat dan memberikan hasil yang mungkin di masa silam tak terbayangkan. Kini peralatan RPM mengalami yang disebut sebagai miniaturisasi, yakni ditemukannya peralatan yang ukurannya semakin kecil serta semakin tidak invasif. Pengembangan berlangsung dalam sistem pengumpulan, penyimpanan, pengintegrasian, dan interpretasi data RPM, terutama yang menyangkut akurasi dan reliabilitasnya. Hal ini termasuk pula pengembangan pengintegrasian dalam analisis data semesta (big data analysis) di bidang kesehatan.[4-6,11]
Pengembangan keamanan data RPM juga senantiasa diupayakan, mengingat internet sebagai media pengiriman data tidak tertutup kemungkinan untuk diretas. Peretasan mungkin dapat berbentuk pencurian dan penyebaran data, maupun modifikasi untuk mengubah data. Dengan demikian, perlu dilakukan inovasi dalam teknologi yang digunakan untuk lebih menjamin keamanan dan privasi data.[2,5,11]
Kesimpulan
Remote Patient Monitoring (RPM) merupakan pemantauan pasien jarak jauh menggunakan perangkat untuk mendapatkan data pasien yang kemudian dikirim melalui internet ke dokter di sarana pelayanan kesehatan. Data klinis yang dikumpulkan umumnya mencakup keluhan, tanda vital, kadar gula darah, dan data klinis relevan lain, sehingga apabila ada situasi medis yang mengancam pasien dapat segera diketahui dan diatasi.
Perangkat RPM terdiri atas sistem pengambilan data (data acquisition system), sistem pemrosesan data (data processing system), dan penerima/terminal akhir (receivers/end-terminals). Perangkat tersebut menerima, memproses, dan mengirimkan data pasien secara kontinyu.
Penggunaan RPM bermanfaat meningkatkan aksesibilitas pelayanan kesehatan, mereduksi biaya kesehatan, meningkatkan hasil perawatan, meningkatkan koordinasi dan kolaborasi pelayanan kesehatan, mengembangkan perawatan pasien secara personal, dan mempertahankan kualitas hidup pasien. Penggunaan RPM telah berkembang pesat dan semakin meningkat lagi dengan adanya pandemi COVID-19 yang membatasi mobilitas dan akses pasien dengan penyakit yang membutuhkan kontrol berkepanjangan ke rumah sakit.