A Phase III, Observer-Blind, Randomized, Placebo-Controlled Study of the Efficacy, Safety, and Immunogenicity of SARS-CoV-2 Inactivated Vaccine in Healthy Adults Aged 18–59 Years: An Interim Analysis in Indonesia
Fadlyana E, Rusmil K, Tarigan R, et al. A phase III, observer-blind, randomized, placebo-controlled study of the efficacy, safety, and immunogenicity of SARS-CoV-2 inactivated vaccine in healthy adults aged 18-59 years: An interim analysis in Indonesia. Vaccine. 2021 Oct 22;39(44):6520-6528. PMID: 34620531.
Abstrak
Latar belakang: WHO mendeklarasikan COVID-19 sebagai pandemi pada 11 Maret 2020. Pandemi serius dengan jumlah kematian yang meningkat pesat di seluruh dunia ini mendesak kebutuhan pengembangan vaksin SARS-CoV-2 yang efektif. Penelitian ini menilai efikasi, keamanan, dan imunogenitas vaksin COVID-19 Sinovac.
Metode: studi ini merupakan uji klinis acak terkendali dengan plasebo dan double-blind, yang bertujuan untuk mengevaluasi efikasi, keamanan, dan imunogenisitas vaksin SARS-CoV-2 inaktif dan konsistensinya.
Sebanyak 1.620 orang dewasa sehat yang berusia 18–59 tahun diacak untuk menerima dua suntikan vaksin atau plasebo pada hari ke-0 dan ke-14. Artikel ini ditulis berdasarkan laporan interim yang diselesaikan dalam waktu 3 bulan setelah dosis terakhir vaksin diberikan.
Analisis interim mencakup data keamanan dan imunogenisitas untuk 540 peserta dalam subset imunogenisitas dan data efikasi dari 1.620 subjek. Untuk evaluasi keamanan, efek samping yang diminta (solicited) dan tidak diminta (unsolicited) dikumpulkan setelah vaksinasi pertama dan kedua, masing-masing dalam waktu 14 dan 28 hari. Sampel darah dikumpulkan untuk uji antibodi sebelum dosis kedua dan 14 hari setelah dosis kedua.
Hasil: sebagian besar efek samping adalah efek samping kategori solicited dan tingkat keparahannya ringan. Rasa nyeri di tempat suntikan adalah gejala yang paling sering dilaporkan. Titer antibodi IgG yang ditentukan oleh enzyme-linked immunosorbent assay adalah 97,48% untuk rerata serokonversi.
Dengan menggunakan uji netralisasi, rerata serokonversi adalah 87,15%. Sementara itu, dengan menggunakan rerata insiden, efikasi vaksin untuk mencegah gejala COVID-19 yang terjadi setidaknya 14 hari setelah dosis kedua adalah 65,30%.
Kesimpulan: dari analisis interim selama 3 bulan, vaksin COVID-19 inaktif menunjukkan efikasi sebesar 65,30% untuk mencegah penyakit COVID-19. Vaksin ini juga memiliki profil keamanan dan imunogenisitas yang baik.[1]
Ulasan Alomedika
Sejak WHO menetapkan COVID-19 sebagai pandemi pada 11 Maret 2020, penelitian telah dilakukan dengan gencar untuk menemukan terapi yang sesuai. Namun, karena pengobatan definitif COVID-19 belum ditemukan, vaksinasi menjadi tindakan krusial untuk mengendalikan pandemi COVID-19.
Studi ini meneliti efikasi vaksin SARS-CoV-2 tipe inaktif yang dihasilkan oleh Sinovac. Studi membandingkan subjek yang mendapat vaksinasi dan yang mendapat plasebo yang diteliti dalam kurun waktu tiga bulan setelah injeksi kedua dari vaksinasi tersebut.
Ulasan Metode
Studi ini merupakan uji klinis acak yang double-blind dan terkontrol dengan plasebo. Studi dilakukan mulai bulan Agustus 2020 di Bandung untuk mengevaluasi efikasi, imunogenisitas, dan keamanan vaksin COVID-19 Sinovac.
Peneliti memilih subjek berdasarkan kriteria inklusi dan eksklusi yang terinci. Subjek dibagi ke dalam dua subgrup untuk diberikan intervensi berupa vaksin atau plasebo. Pembagian subgrup dilakukan secara acak dan otomatis oleh sistem, sehingga mengurangi potensi bias. Kode terapi tidak dibuka hingga akhir penelitian.
Subjek diawasi secara aktif dan pasif oleh tim peneliti untuk mengumpulkan data mengenai gejala yang mengarah ke COVID-19 atau data perawatan di rumah sakit karena alasan apa pun. Subjek yang mengalami gejala diminta untuk menjalani swab nasofaring untuk rRT-PCR (real-time reverse transcriptase polymerase chain reaction).
Selain itu, subjek juga diberikan buku harian untuk mencatat gejala-gejala lain yang dialami sebagai efek samping dari intervensi. Hal ini sangat penting dilakukan oleh peneliti untuk mencegah drop out subjek.[1]
Ulasan Hasil Penelitian
Luaran primer untuk menilai efikasi adalah kejadian COVID-19 yang terkonfirmasi oleh laboratorium dalam waktu 14 hari setelah vaksin dosis kedua hingga 3 bulan. Luaran ini dinilai sudah sesuai dengan tujuan studi. Selain itu, meskipun data interim hanya melaporkan hasil hingga 3 bulan setelah dosis kedua vaksin, evaluasi studi ini masih terus dilanjutkan untuk mempelajari persistensi antibodi dan efikasi hingga 6 bulan.
Luaran keamanan berupa kejadian efek samping solicited dan unsolicited juga dinilai sudah sesuai dengan tujuan studi. Luaran imunogenisitas juga telah dipelajari dengan tepat menggunakan nilai rerata seropositif dan serokonversi titer IgG SARS-CoV-2 yang diperiksa menggunakan enzyme-linked immunosorbent assay (ELISA). Namun, nilai pada akhir periode penelitian kurang dipaparkan.[1]
Kelebihan Penelitian
Penelitian menggunakan metode observasi prospektif yang diamati selama kurun waktu 3–6 bulan setelah vaksinasi. Peneliti telah meminimalkan risiko bias dengan melakukan pengacakan yang double-blinded.
Luaran penelitian ini pun bermakna secara klinis dan sangat relevan untuk aplikasi di Indonesia karena penelitian dilakukan di Indonesia. Biasanya, studi yang berasal dari negara yang berbeda bisa menunjukkan hasil yang bervariasi pula. Misalnya, uji klinis vaksin COVID-19 Sinovac fase 3 yang serupa di Brasil, Turki, dan Chili menunjukkan tingkat efikasi yang bervariasi.
Efikasi yang ditunjukkan oleh studi ini juga tampak konsisten ketika peneliti mencoba membandingkan vaksin COVID-19 Sinovac dari tiga batch berbeda, yaitu batch nomor 20200308, 20200412, and 20200419.[1]
Limitasi Penelitian
Penelitian hanya melibatkan subjek dewasa sehat dengan usia 18–59 tahun. Penelitian dengan subjek yang berusia >60 tahun dan subjek yang memiliki komorbiditas tertentu mungkin masih diperlukan di masa depan. Penelitian ini juga hanya melibatkan populasi kecil. Penelitian dengan jumlah subjek yang lebih banyak dan periode follow-up yang lebih panjang mungkin masih diperlukan.[1]
Efikasi yang amat bervariasi di berbagai negara di mana vaksin COVID-19 Sinovac diuji juga tidak dijelaskan alasannya. Variasi ini mungkin disebabkan oleh perbedaan ukuran sampel tetapi angkanya berbeda terlalu jauh. Uji coba di Turki menunjukkan efikasi 91,25% berdasarkan 1.322 pasien, sedangkan uji terbesar di Brasil dengan 12.396 pasien yang merupakan tenaga medis hanya menunjukkan efikasi 50,7%. Regulatory cut-off untuk EUA (Emergency Use Authorization) adalah 50% di Brasil.[2]
Aplikasi Hasil Penelitian di Indonesia
Hasil penelitian ini dapat diaplikasikan di Indonesia karena penelitian menggunakan sampel populasi di Indonesia. Vaksin COVID-19 Sinovac terbukti memiliki efikasi 65,3% untuk mencegah penyakit COVID-19 dan memiliki profil keamanan yang baik, terutama pada populasi orang dewasa sehat dengan usia 18–59 tahun.
Namun, studi longitudinal masih diperlukan untuk memeriksa efikasi klinis, termasuk untuk memonitor infeksi COVID-19 breakthrough pada pasien yang telah mendapatkan vaksin Sinovac. Evaluasi terutama perlu dilakukan pada kasus-kasus serius yang memerlukan rawat inap. Selain itu, studi juga perlu mengevaluasi mortalitas penerima vaksin Sinovac bila dibandingkan dengan orang yang tidak divaksin atau orang yang menerima vaksin lain yang melaporkan efikasi lebih tinggi dalam uji klinis fase tiganya.