Diphenhydramine
Diphenhydramine adalah obat antihistamin generasi pertama yang digunakan dalam tata laksana alergi, insomnia, pruritus, urtikaria, dan motion sickness.[1] Namun, peresepan antihistamin generasi pertama, seperti diphenhydramine, harus dihindari dalam praktek klinis karena dua alasan utama. Pertama, diphenhydramine kurang efektif dibandingkan antihistamin generasi kedua seperti loratadine dan cetirizine. Alasan kedua, diphenhydramine memiliki efek samping yang lebih berat dan berpotensi menimbulkan reaksi toksik yang tidak dimiliki antihistamin generasi kedua.
Meskipun banyak kondisi yang termasuk dalam indikasi label untuk diphenhydramine dan antihistamin generasi pertama lainnya, kami tidak menyarankan untuk meresepkannya kepada pasien. Diphenhydramine dan antihistamin generasi pertama lainnya tidak boleh diresepkan sebagai agen lini pertama untuk urtikaria (akut atau kronis), untuk pengelolaan rhinitis alergi, atau anafilaksis, karena risiko reaksi yang merugikan, seperti agitasi paradoks atau eksitasi atau sedasi. Antihistamin generasi kedua harus diresepkan sebagai gantinya.[19-24]
Diphenhydramine bekerja pada reseptor histamin-1 sistem saraf perifer dan pusat, sehingga mampu mengurangi gejala hipersensitivitas dan memberi efek sedasi. Diphenhydramine bekerja tidak hanya sebagai antihistamin, namun juga antiadrenergik, antimuskarinik, antiserotonergik dan penyekat kanal natrium intrasel. Obat ini cepat diserap dalam pemberian oral dan dimetabolisme secara ekstensif di hati oleh sitokrom P450. Konsentrasi puncak diphenhydramine terjadi dalam 2-3 jam setelah pemberian oral. Hasil metabolitnya diekskresikan di urine.[1,2]
Referensi
(Konten ini khusus untuk dokter. Registrasi untuk baca selengkapnya)