Pendahuluan Hiperkalsemia
Hiperkalsemia atau hypercalcemia adalah peningkatan kadar kalsium serum hingga di atas 10,5 mg/dL, yang paling sering disebabkan oleh kondisi hiperparatiroid primer atau keganasan. Hiperkalsemia dibedakan menjadi hiperkalsemia ringan, sedang, dan berat berdasarkan seberapa besar peningkatan kalsium serum yang terjadi.[1,2,5]
Kalsium serum yang diukur dapat berupa kalsium total maupun kalsium terionisasi. Hiperkalsemia ringan dinyatakan sebagai kadar kalsium total 10,5–11,9 mg/dL atau kadar kalsium terionisasi 5,6–8 mg/dL. Hiperkalsemia sedang dinyatakan sebagai kadar kalsium total 12–13,9 mg/dL atau kadar kalsium terionisasi 8–10 mg/dL. Sementara itu, hiperkalsemia berat adalah kadar kalsium total 14–16 mg/dL atau kalsium terionisasi 10–12 mg/dL.[1,2]
Hiperkalsemia ringan yang berkepanjangan mungkin tidak menunjukkan gejala atau hanya memiliki gejala minimal. Namun, hiperkalsemia yang parah dan yang terjadi secara mendadak, misalnya pada kasus keganasan, dapat menimbulkan gejala drastis seperti gangguan kesadaran hingga kematian.[1,9,14]
Selain manifestasi klinis pada sistem saraf pusat seperti gangguan kesadaran maupun kelemahan otot, manifestasi juga bisa terjadi pada sistem urinaria, seperti poliuria dan dehidrasi, batu ginjal, gagal ginjal akut, atau penyakit ginjal kronis. Efek pada sistem gastrointestinal dapat berupa mual, muntah, konstipasi, dan pankreatitis. Sementara itu, efek pada sistem kardiovaskular dapat berupa pemendekan interval QT, aritmia, dan hipertensi.[1,9,14]
Diagnosis hiperkalsemia dapat ditegakkan berdasarkan pemeriksaan klinis mengenai gejala-gejala tersebut, yang dilengkapi dengan hasil pemeriksaan laboratorium seperti kadar kalsium serum, kadar hormon paratiroid, dan kadar 1,25-dihydroxyvitamin D. Bila perlu, pemeriksaan kadar fosfat serum, alkaline phosphatase, bikarbonat serum, dan kalsium urine juga dapat dilakukan. Pencitraan juga dapat membantu mengidentifikasi keganasan yang mungkin menjadi etiologi.[2,7,8]
Penatalaksanaan hiperkalsemia akut harus diprioritaskan. Umumnya, langkah pertama dalam terapi hiperkalsemia akut adalah rehidrasi dengan cairan saline isotonik dan pemberian loop diuretik seperti furosemide. Pada kasus hiperkalsemia akibat kanker, bifosfonat atau denosumab juga dapat diberikan. Pada hiperkalsemia kronis, identifikasi etiologi perlu dilakukan dan diikuti dengan terapi yang sesuai, misalnya pembedahan pada kasus hiperparatiroid.[7,9,10]