Pendahuluan Hipokalsemia
Hipokalsemia adalah kondisi kurangnya kadar kalsium dalam darah, misalnya akibat gangguan paratiroid, hipoalbuminemia, kekurangan asupan kalsium maupun vitamin D, dan masalah absorpsi kalsium. Secara umum, pasien dikatakan mengalami hipokalsemia bila kadar kalsium di bawah 8,8 mg/dL, atau setara 2,2 mmol/L atau 4,4 mEq/L.[1-3]
Pemeriksaan kadar kalsium ion lebih spesifik untuk kondisi ini, terutama pada penderita sakit kritis yang variasi pH darahnya mempengaruhi ikatan kalsium ion ke albumin. Hipokalsemia dikatakan ringan bila kadar kalsium ion serum 1,90-2,20 mmol/L dan asimtomatik. Hipokalsemia dikatakan derajat berat bila kadar kalsium ion serum < 1,90 mmol/L atau simtomatik dengan kadar kalsium berapapun.
Hipokalsemia berat merupakan kondisi gawat darurat karena dapat mengganggu proses kontraksi dan relaksasi otot, sehingga mengakibatkan spasme otot dan obstruksi pernapasan bila terjadi pada otot bronkus. Hipokalsemia berat juga dapat mengganggu konduksi jantung, sehingga mengakibatkan pemanjangan interval QT, menyebabkan aritmia jantung seperti torsades de pointes dan fibrilasi ventrikel.[1-5]
Penatalaksanaan hipokalsemia adalah suplementasi kalsium dengan atau tanpa suplementasi vitamin D, serta penanganan penyebab hipokalsemia. Pada kondisi hipokalsemia berat, suplementasi kalsium dilakukan secara intravena.
Pada hipokalsemia akut, kalsium intravena biasanya diberikan jika kadar kalsium serum turun di bawah 1,9 mmol/L, atau kadar kalsium terionisasi <1 mmol/l, atau jika pasien simptomatik. Kalsium intravena perlu diberikan melalui vena sentral besar bila memungkinkan. 1 g kalsium glukonat mengandung 93 mg kalsium elemental, sedangkan 1 g kalsium klorida mengandung 273 mg kalsium elemental.
Pada orang dewasa, 100-300 mg kalsium elemental umumnya diperlukan. Ini setara 1–3 g kalsium glukonat atau 0,5–1 g kalsium klorida. Kalsium diberikan dalam 100 mL dekstrosa selama 10 menit, diikuti dengan infus kontinu 0,5–1,5 mg kalsium elemental/kg/jam.[1-6]