Diagnosis Aneurisma Aorta
Diagnosis aneurisma aorta umumnya membutuhkan bantuan pencitraan karena kondisi ini sering kali bersifat asimtomatik. Sebagian besar kasus aneurisma aorta ditemukan secara tidak sengaja melalui USG, CT, atau MRI untuk keluhan yang tidak terkait.
Anamnesis
Sebagian besar kasus aneurisma aorta tidak menyebabkan gejala. Gejala muncul jika ada penekanan aneurisma terhadap organ sekitar. Pada aneurisma aorta abdominalis, pasien dapat mengeluhkan nyeri perut, nyeri pinggang, atau nyeri punggung. Gejala gastrointestinal (seperti mual dan muntah) maupun gejala saluran kemih dapat terjadi jika ada penekanan aneurisma terhadap organ sekitarnya.[1,2,5,6,9,10]
Pada aneurisma aorta thoracalis, pasien dapat mengeluhkan nyeri dada yang disertai dengan sesak akibat penekanan saluran napas. Selain itu, pasien mungkin mengalami suara serak akibat penekanan nervus laryngeus recurrens.[1,2,5,6,9,10]
Pada kondisi kegawatdaruratan di mana aneurisma aorta mengalami ruptur, nyeri dapat dirasakan sangat hebat, mendadak, dan menjalar. Pasien mungkin datang dengan penurunan kesadaran akibat syok. Pada setiap pasien yang dicurigai mengalami aneurisma, riwayat penyakit terdahulu dan riwayat penyakit keluarga, termasuk riwayat kematian mendadak pada keluarga, perlu digali dalam anamnesis.[1,2,5,6,9,10]
Pemeriksaan Fisik
Pada aneurisma aorta abdominalis yang disertai gejala, denyut aneurisma bisa teraba saat palpasi abdomen. Bentuk aneurisma juga bisa teraba di abdomen atas, sehingga ukuran aneurisma bisa diperkirakan. Palpasi abdomen pada pasien aneurisma aorta tidak terbukti meningkatkan risiko ruptur. Namun, aneurisma hanya bisa teraba pada <50% kasus.[1,2,5,6,9,10]
Pada aneurisma aorta thoracalis, pemeriksaan fisik utama adalah auskultasi. Meskipun sebagian besar kasus aneurisma aorta thoracalis tidak menyebabkan murmur, murmur diastolik dapat terdengar pada pasien dengan regurgitasi aorta.[1,2,5,6,9-11]
Pemeriksaan fisik terhadap tanda sindrom Marfan seperti pertumbuhan berlebih tulang panjang, dolichostenomelia, telapak kaki datar, maupun arachnodactyly juga sebaiknya dilakukan. Kondisi genetik tertentu seperti sindrom Marfan meningkatkan risiko kejadian aneurisma aorta.[1,2,5,6,9-11]
Pada kondisi kegawatdaruratan akibat ruptur aneurisma, pasien mungkin menunjukkan tanda-tanda syok akibat hilangnya darah ke rongga thorax atau abdomen, contohnya hipotensi dan takikardi.[1,2,5,6,9,10]
Diagnosis Banding
Diagnosis banding aneurisma aorta abdominalis dan thoracalis berbeda karena letak aneurisma yang berbeda.
Diagnosis Banding Aneurisma Aorta Abdominalis
Diagnosis banding aneurisma aorta abdominalis adalah iskemi mesenterika akut, ulkus peptikum, divertikulitis akut, pyelonephritis akut, infark miokard akut, dan kolik renal.
Iskemi Mesenterika Akut:
Kondisi ini disebabkan oleh penurunan aliran darah mendadak di pembuluh darah mesenterika. Iskemi mesenterika akut bisa dibedakan dari aneurisma aorta abdominalis dengan palpasi abdomen untuk melihat ada tidaknya denyut atau dengan pencitraan radiologi.[2,6,12-17]
Ulkus Peptikum:
Ulkus dapat terbentuk pada saluran gastrointestinal akibat penggunaan obat tertentu, infeksi H. pylori, dan perubahan sekresi asam lambung. Ulkus peptikum menyebabkan gejala berupa nyeri tekan epigastrik, rasa begah, hematemesis, dan melena. Diagnosis dapat ditegakkan dengan endoskopi.[2,6,12-17]
Divertikulitis Akut:
Divertikulitis akut dapat dibedakan dari aneurisma aorta abdominalis dengan adanya gejala gastrointestinal berupa diare atau konstipasi, yang bisa disertai gejala peritoneal. Pencitraan radiologi juga dapat membantu diagnosis.[2,6,12-17]
Pyelonephritis Akut:
Kondisi ini adalah peradangan pada ginjal akibat infeksi bakteri. Pyelonephritis akut bisa dibedakan dari aneurisma aorta abdominalis dengan adanya gejala demam, nyeri pinggang, mual atau muntah, dan nyeri ketok sudut kostovertebral. Pencitraan juga bisa membantu membedakan kedua penyakit ini.[2,6,12-17]
Infark Miokard Akut:
Infark miokard akut dapat dibedakan dari aneurisma aorta abdominalis dengan adanya nyeri tipikal, perubahan gelombang elektrokardiografi (EKG) yang menandakan infark, serta pemeriksaan biomarker jantung.[2,6,12-17]
Kolik Renal:
Kolik renal adalah nyeri hebat yang hilang timbul akibat adanya batu pada ginjal atau saluran kemih. Kolik renal dapat dibedakan dari aneurisma aorta abdominalis dengan adanya nyeri pinggang mendadak yang menjalar lateral ke abdomen atau selangkang. Pemeriksaan fisik dapat menemukan nyeri ketok sudut kostovertebral, sementara pencitraan radiologi dapat menemukan batu.[2,6,12-17]
Diagnosis Banding Aneurisma Aorta Thoracalis
Diagnosis banding aneurisma aorta thoracalis dapat berupa perikarditis akut, infark miokard akut, endokarditis, dan emboli paru akut.
Perikarditis Akut:
Perikarditis akut dapat dibedakan dari aneurisma aorta thoracalis dengan adanya gambaran nyeri pleuritik, auskultasi pericardial friction rub, perubahan gelombang EKG berupa depresi segmen PR dan elevasi ST luas, serta pencitraan radiologi.[16,18-20]
Infark Miokard Akut:
Infark miokard akut dapat dibedakan dari aneurisma aorta thoracalis dengan adanya nyeri tipikal, perubahan gelombang EKG yang menandakan infark, serta pemeriksaan biomarker jantung.[16,18-20]
Endokarditis:
Endokarditis dapat dibedakan dari aneurisma aorta dengan adanya tanda infeksi seperti demam dan pemeriksaan darah yang menggambarkan infeksi.[16,18-20]
Emboli Paru Akut:
Emboli paru akut dibedakan dari aneurisma aorta thoracalis dengan adanya perubahan gelombang EKG berupa pola S1Q3T3 dan strain ventrikel kanan. Selain itu, analisis gas darah dan pencitraan radiologi dapat membantu diagnosis.[16,18-20]
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang diperlukan adalah pencitraan. Pemeriksaan laboratorium hanya digunakan untuk menyingkirkan diagnosis banding dan menilai pasien sebelum atau sesudah operasi.
Pencitraan
Pencitraan radiologi akan memberikan visualisasi yang jelas pada kasus aneurisma aorta. Visualisasi ini perlu diikuti dengan pengukuran diameter aorta. Pencitraan juga berperan penting dalam evaluasi manajemen yang perlu dilakukan setiap 6–12 bulan. Bila pasien stabil, evaluasi dapat dilakukan setiap 24 bulan.[1,2,4-6,21]
Pada kasus aneurisma aorta abdominalis, pemeriksaan dapat dilakukan dengan USG abdomen seperti biasa. Sementara itu, pada kasus aneurisma thoracalis, pemeriksaan echocardiography dapat dilakukan.[1,2,4-6,21]
Teknik echocardiography dibedakan menjadi transthoracic echocardiography (TTE) dan transesophageal echocardiography (TEE). TTE dapat memberi visualisasi pembuluh cabang arkus aorta dan aorta descendens proksimal, sedangkan TEE dapat memberi visualisasi aorta thoracalis secara utuh.[1,2,4-6,21]
Computed tomography (CT) dengan kontras dan magnetic resonance imaging (MRI) mampu memberi gambaran yang akurat mengenai derajat aneurisma, ukuran, lokasi, dan hubungan aneurisma dengan organ sekitarnya. MRI memiliki keunggulan berupa terhindarnya pasien dari radiasi ionizing dan kontras. Hal ini menguntungkan karena pada penyakit aorta, dosis radiasi ionizing episodik dan kumulatif direkomendasikan untuk diberikan serendah mungkin tanpa mengganggu kualitas gambar.[1,2,4-6,21]
Berdasarkan luasnya, aneurisma aorta dapat dibedakan menjadi 5 extent:
Extent I: distal dari arteri subklavia sinistra hingga proksimal dari trunkus coeliacus atau kontralateral dari arteri mesenterika superior hingga proksimal dari arteri renalis
Extent II: distal dari arteri subklavia sinistra, mencakup aorta abdominal infrarenal, hingga bifurcatio aorta
Extent III: distal dari T6 hingga proksimal dari bifurcatio aorta
Extent IV: distal dari T12 hingga proksimal dari bifurcatio aorta
Extent V: distal dari T6 hingga proksimal dari arteri renalis[1,2,4-6,21]
Pemeriksaan Laboratorium
Tidak ada pemeriksaan laboratorium yang secara spesifik digunakan untuk diagnosis aneurisma aorta. Namun, pemeriksaan laboratorium dapat menunjang manajemen. Pemeriksaan darah lengkap dapat dilakukan untuk menyingkirkan kemungkinan infeksi. Panel metabolik, termasuk fungsi ginjal dan fungsi hati, perlu diperiksa untuk menilai risiko operasi dan rencana manajemen post-operatif.[1,2,4-6,21]
Selain itu, perencanaan tindakan operatif perlu diikuti dengan pemeriksaan crossmatch darah dan pemeriksaan faktor pembekuan, seperti prothrombin time (PT) dan activated partial thromboplastin time (aPTT).[1,2,4-6,21]
Penulisan pertama oleh: dr. Alexandra Francesca Chandra