Pendahuluan Persistent Pulmonary Hypertension of the Newborn
Persistent pulmonary hypertension of the newborn atau hipertensi pulmonal persisten pada bayi baru lahir adalah kegagalan transisi sirkulasi intrauterin ke sirkulasi postnatal, sehingga terjadi resistansi vaskular paru yang persisten. Kondisi ini merupakan suatu kegawatdaruratan untuk neonatus karena berisiko menyebabkan hipoksemia jaringan dan kematian akibat ketidakmampuan merespons terapi oksigen.[1,2]
Etiologi persistent pulmonary hypertension of the newborn (PPHN) meliputi gangguan perkembangan pembuluh darah paru, vasokontriksi abnormal pembuluh darah paru karena faktor sekunder berupa penyakit parenkim paru, atau hipoplasia pembuluh darah paru. Kondisi yang dapat memengaruhi perkembangan pembuluh darah paru, seperti kelahiran prematur dan diabetes gestasional adalah faktor risiko PPHN.[1,3,4]
Karakteristik klinis PPHN adalah hipoksemia labil serta perbedaan saturasi dan tekanan parsial oksigen arterial (PaO2) preduktal dan postduktal. Perbedaan saturasi dan PaO2 ekstremitas atas kanan (preduktal) dan bawah (postduktal) ini didapat pada PPHN dengan duktus arteriosus paten (PDA). Gold standard diagnosis PPHN saat ini adalah echocardiography untuk melihat adanya resistansi vaskular paru (pulmonary vascular resistance) atau PVR.[1,3]
Pilihan utama penatalaksanaan PPHN adalah vasodilator paru. Inhalasi nitrit oksida (iNO) adalah pilihan utama untuk bayi PPHN yang lahir pada usia gestasi >34 minggu tanpa perbedaan shunt di duktus arteriosus paten dan foramen ovale paten. Pilihan lain adalah inhibitor fosfodiesterase (PDE)-5 seperti sildenafil, inodilator seperti milrinone, dan agen vasopresor seperti dopamin.[1,3]
Tergantung derajat hipoksemia dan gagal napas, bantuan oksigen untuk bayi PPHN dapat bervariasi sampai dengan intubasi dengan ventilator mekanik dan extracorporeal membrane oxygenation (ECMO).[1,3]
Bayi dengan PPHN berisiko mengalami komplikasi jangka panjang seperti gangguan neurodevelopmental, kognitif, dan pendengaran. Komplikasi lainnya dapat terkait dengan etiologi maupun tata laksana dengan ventilator, seperti pneumomediastinum, pneumotoraks, sepsis, sampai dengan kematian.[1,3]