Pendahuluan Diastema
Diastema dental adalah kondisi di mana terdapat celah atau ruang yang abnormal di antara gigi geligi pada rahang. Celah abnormal ini didefinisikan sebagai jarak antar proksimal gigi yang berdekatan >1 mm. Celah ini dapat terjadi baik di anterior maupun posterior. Jika celah terjadi secara tunggal, maka disebut diastema. Sementara itu, jika terdapat beberapa celah sekaligus antar gigi, biasanya disebut diastemata.[1,2]
Patofisiologi diastema melibatkan ketidaksempurnaan susunan gigi, misalnya akibat pertumbuhan gigi yang tidak proporsional, ketidaksesuaian ukuran gigi dengan lebar rahang, dan ketidakseimbangan otot-otot rahang.[1,3]
Etiologi diastema dapat bersifat multifaktorial. Etiologi yang diketahui hingga saat ini meliputi anomali pertumbuhan gigi dan kebiasaan buruk seperti menghisap ibu jari atau menggunakan dot dalam waktu lama. Selain itu, adanya prolonged retention dari gigi decidui dapat berkontribusi terhadap terjadinya diastema.[1,3]
Dari sisi epidemiologi, prevalensi diastema di seluruh dunia berkisar antara 1,6–25,4%. Prevalensi berbeda antar ras tetapi juga dipengaruhi oleh faktor seperti kebiasaan masyarakat terhadap perawatan gigi dan aksesibilitas layanan kesehatan gigi.[4-6]
Diagnosis diastema didasarkan pada pemeriksaan klinis oleh dokter gigi. Pemeriksaan melibatkan penilaian secara visual dan pengukuran yang teliti terhadap celah di antara gigi tersebut. Diagnostik tambahan, seperti pencitraan panoramik, mungkin diperlukan untuk menilai kondisi tulang alveloar dan aspek radikal gigi.[7,8]
Penatalaksanaan diastema tergantung pada penyebab dan keparahannya. Beberapa contoh perawatan adalah pemakaian alat orthodontik cekat dan pemasangan veneer. Pada kasus ekstrem yang jarang, pembedahan ortognatik dapat diperlukan.[9-16]