Pendahuluan Kultur Darah
Kultur darah adalah pemeriksaan laboratorium yang dilakukan untuk mengidentifikasi patogen penyebab infeksi pada darah, seperti pada sepsis atau bakteremia. Kultur darah dilakukan dengan mengambil sampel darah yang dikembangbiakan pada media kultur. Sampel kultur darah sebaiknya diambil segera saat onset gejala dan tanda infeksi, dan sebelum dimulai terapi antibiotik.
Kultur darah diindikasikan jika ada kecurigaan infeksi darah (bloodstream infection/BSI) pada pasien. Pengambilan sampel dilakukan secara pungsi vena dengan teknik vakum ekstraksi atau jarum. Sampel darah kemudian diinokulasi ke dalam tabung kultur darah yang berisi kaldu cair (broth) dan diinkubasi dengan sistem monitor kultur darah berkelanjutan (continuously monitored blood culture systems/CMBCS).[1-3]
Indikasi kultur darah meliputi kondisi di mana terdapat dugaan infeksi sistemik atau sepsis, seperti demam tinggi tanpa penyebab yang jelas, endokarditis, meningitis, atau infeksi pada pasien imunokompromais. Kultur darah digunakan untuk mendeteksi patogen darah guna menentukan terapi yang tepat. Kontraindikasi meliputi kondisi di mana risiko pengambilan darah lebih besar daripada manfaatnya, seperti pada pasien dengan risiko tinggi perdarahan.[1-6]
Komplikasi pemeriksaan kultur darah yang tidak diharapkan yaitu kontaminasi kultur darah yang dapat terjadi akibat desinfeksi kulit yang tidak memadai atau teknik pengambilan sampel yang kurang aseptik. Oleh karena itu, standar kewaspadaan perlu diperhatikan untuk menghindari kontaminasi dari kulit pasien atau peralatan sekitar guna meminimalisir risiko hasil positif palsu yang dapat menyebabkan pemilihan antibiotik yang tidak tepat, pemeriksaan laboratorium tambahan, dan meningkatkan durasi rawat inap.[1,4,5,7,8]