Hubungan Pemberian Kalium dan Magnesium Intravena dengan Konversi Atrial Fibrilasi

Oleh :
dr.I.B. Komang Arjawa, Sp.JP, FIHA

Kalium (K) dan magnesium (Mg) intravena sering diberikan pada pasien atrial fibrilasi (AF) dengan kondisi hemodinamik stabil untuk membantu kardioversi. Namun, bukti yang mendukung manfaat pemberian K atau Mg intravena untuk manajemen AF masih diperdebatkan.[1-3]

Efek Rendahnya Magnesium dan Kalium Terhadap Sistem Kardiovaskular

Kalium dan magnesium merupakan elektrolit tubuh yang berperan dalam menjaga irama jantung. Tingkat K dan Mg plasma yang rendah berhubungan dengan munculnya aritmia. Perubahan-perubahan yang diakibatkan oleh hipomagnesemia dapat terjadi melalui mekanisme-mekanisme berikut:

  • Kurangnya efek dari konsentrasi Mg yang rendah melawan kalsium pada nodus atrioventrikular (AV) dan miokardium ventrikel
  • Magnesium yang rendah menyebabkan malfungsi pompa Na/K ATPase yang menyebabkan pembentukan potensial membran istirahat yang kurang negatif dengan menurunkan konsentrasi dari K intrasel dan meningkatkan Na+ intrasel
  • Hipomagnesemia meningkatkan hipokalemia dan hipokalsemia
  • Efek langsung dari magnesium mencegah kelebihan kalsium pada miosit berkurang
  • AF paroksismal yang berhubungan dengan respons inflamasi jantung
  • Gangguan pada aksi potensial[3]

Ecg,Heartbeat,Line.,Electrocardiogram,Vector,Illustration.,Atrial,Fibrillation

Selain itu, defisit dari Mg juga dapat meningkatkan kerentanan terhadap oksigen radikal bebas, mengubah fungsi endotel dan berkontribusi pada pembentukan plak aterosklerosis.[1-3]

Pada sisi lain, kalium merupakan kation utama pada cairan intrasel yang menjaga tekanan osmotik, kontraksi otot, keseimbangan asam basa, dan fungsi membran sel. Risiko penyakit kardiovaskular terutama henti jantung dan aritmia ventrikel telah dihubungkan dengan hipokalemia, terutama pada kadar kalium <3,5 mmol/L. Mekanisme yang meningkatkan risiko AF pada hipokalemia meliputi pengaruh kalium pada potensial membran sel, hiperpolarisasi sel, penghambatan depolarisasi dan peningkatan resting potential.[4]

Kaitan Hipomagnesemia dan Hipokalemia dengan Atrial Fibrilasi

Beberapa penelitian telah membahas hubungan kadar magnesium dan kalium yang rendah dengan gangguan ritme jantung, terutama atrial fibrilasi. Dalam pemantauan selama 20 tahun, Markovits et al. melibatkan 162.162 subjek penelitian dan menemukan adanya hubungan antara hipomagnesemia ringan-sedang dengan peningkatan insiden AF pada jangka panjang; tetapi tidak pada jangka pendek (3 bulan pertama pemantauan).[5]

Sekitar 20% pasien dengan AF onset baru memiliki kadar magnesium yang secara signifikan lebih rendah dibandingkan pasien tanpa AF. Wahr et al. juga menemukan adanya hubungan antara hipokalemia preoperatif dengan peningkatan angka AF pada 2.402 subjek yang menjalani pembedahan jantung.[1-4]

European Society of Cardiology (ESC) pada tahun 2020 merekomendasikan pemeriksaan elektrolit sebagai salah satu pemeriksaan skrining awal untuk semua pasien dengan AF.[6]

Pro dan Kontra Pemberian Kalium dan Magnesium Intravena untuk Konversi Atrial Fibrilasi

Berbagai penelitian telah menyimpulkan adanya hubungan antara hipokalemia, hipomagnesemia dengan risiko aritmia jantung seperti AF, akan tetapi efektivitas koreksi elektrolit sebagai terapi utama aritmia masih dalam perdebatan dengan hasil penelitian yang bervariasi.

Manfaat Pemberian Kalium dan Magnesium Intravena untuk Konversi Atrial Fibrilasi

Sultan et al. pada tahun 2012 meneliti pemberian kalium dan magnesium intravena pada 170 pasien AF persisten yang dilakukan kardioversi elektrik. Pada sebagian pasien yang diberikan terapi larutan K/Mg sebelum tindakan kardioversi, didapatkan hasil kesuksesan konversi yang lebih tinggi secara signifikan dibandingkan yang tidak. Selain itu, energi yang dibutuhkan saat kardioversi juga secara signifikan lebih rendah secara signifikan pada grup yang mendapatkan terapi K/Mg.[1]

Cacioppo et al. tahun 2022 pada 2.546 subjek AF meneliti manfaat pemberian magnesium dan kalium untuk konversi AF. Dalam studi ini, sebanyak 24 mEq kalium dan 145,8 mg magnesium dimasukkan ke dalam 500 mL cairan kristaloid, dan diberikan dalam 90 menit.

Terdapat peningkatan yang signifikan terkait keberhasilan konversi AF ke irama sinus pada grup yang mendapat tambahan kalium dan magnesium intravena khususnya pada pasien dengan kadar baseline kalium <3,5 mEq/L dan 3,5-3,99 mEq/L. Pada penelitian ini, ditemukan bahwa pemberian kedua elektrolit tersebut pada pasien AF onset >48 jam, tidak berhubungan dengan keberhasilan konversi ke sinus rhythm.[7]

Meta-analisis oleh Ramesh et al. mengikutsertakan enam uji acak terkontrol yang membandingkan terapi Mg intravena dengan plasebo pada 745 pasien AF tanpa gangguan hemodinamik. Hasil studi menunjukkan tambahan terapi Mg pada terapi standar lebih superior dalam mencapai kontrol laju jantung (63% vs 40%; OR 2,49) dan konversi irama ke sinus (21% vs 14%; OR 1,75) dibandingkan dengan terapi standar saja.[8]

Pemberian Kalium dan Magnesium Intravena Tidak Bermanfaat untuk Konversi Atrial Fibrilasi

Studi acak terkontrol prospektif oleh Rajagopalan et al. membandingkan keberhasilan kardioversi elektif antara 132 pasien AF yang menerima magnesium intravena sebelum tindakan dengan 129 pasien yang diberikan plasebo. Pada studi ini, tidak ditemukan perbedaan signifikan keberhasilan konversi AF antara kedua grup.[9]

Studi retrospektif Gilardi et al. membagi 97 subjek AF onset akut (<48 jam) yang akan menjalani kardioversi standar dengan flecainide untuk mendapatkan tambahan magnesium sulfat (MgSO4) 2 gr atau plasebo. Tidak ada perbedaan yang signifikan pada keberhasilan konversi AF antara pasien yang mendapat MgSO4 dengan yang mendapat plasebo.[10]

Sedangkan penelitian oleh Tazmini et al. membagi 113 subjek untuk mendapat infus kalium klorida atau plasebo. Tidak didapatkan perbedaan tingkat konversi ke irama sinus pada kedua grup. Namun, penelitian kecil ini juga ikut memasukkan subjek dengan atrial flutter, sehingga hasil kurang dapat diandalkan.[11]

Kesimpulan

Banyak penelitian telah menunjukkan tambahan kalium dan magnesium intravena meningkatkan angka keberhasilan konversi AF secara signifikan. Meski begitu, belum didapatkan konsensus tentang wajib tidaknya preterapi kalium dan magnesium sebelum kardioversi AF, ataupun dosis dan timing pemberian yang direkomendasikan untuk meningkatkan keberhasilan konversi. Penelitian lebih lanjut diperlukan untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan penting tersebut.

Referensi