Berbagai studi baru-baru ini menemukan bahwa penggunaan suplemen asam lemak omega-3 dapat meningkatkan risiko atrial fibrilasi. Padahal studi terdahulu menyatakan bahwa asam lemak omega-3 bermanfaat bagi kesehatan jantung.[1]
Atrial fibrilasi merupakan gangguan irama jantung yang banyak ditemukan di praktik. Risiko atrial fibrilasi akan meningkat secara eksponensial setelah usia 65 tahun, serta telah dikaitkan dengan peningkatan risiko stroke tromboemboli, gagal jantung kongestif, gangguan kualitas hidup, dan konsekuensi merugikan lainnya. Studi observasional terdahulu menemukan bahwa pasien yang memiliki kadar asam lemak omega-3, eicosapentaenoic acid (EPA), dan docosahexaenoic acid (DHA) serum yang rendah memiliki risiko atrial fibrilasi lebih tinggi. Oleh karenanya, suplemen asam lemak omega-3 banyak diberikan pada pasien untuk menjaga kesehatan kardiovaskular.[1-3]
Peran Asam Lemak Omega-3 Terhadap Kesehatan Kardiovaskular
Asam lemak omega-3 mampu menurunkan kadar trigliserida dan meningkatkan kadar high-density lipoprotein (HDL). Omega-3 juga diduga mampu meningkatkan kompliansi arteri, menurunkan aterosklerosis, mengurangi penanda inflamasi, dan menurunkan agregasi platelet.[4]
Dalam studi terdahulu, asam lemak omega-3 dilaporkan mampu mengurangi risiko kematian mendadak yang disebabkan oleh aritmia jantung dan mortalitas semua penyebab pada pasien dengan penyakit jantung koroner. Selain itu, asam lemak omega-3 juga telah dilaporkan bermanfaat untuk hiperlipidemia dan hipertensi.
Dalam kaitannya dengan atrial fibrilasi, diduga bahwa asam lemak omega-3 dapat menstabilisasi aktivitas listrik miosit jantung. Hal tersebut dilakukan dengan menghambat saluran ion sarkolema, sehingga menghasilkan periode refrakter relatif yang memanjang.[5]
Bukti Ilmiah Hubungan Asam Lemak Omega-3 Dengan Risiko Atrial Fibrilasi
Dalam beberapa tahun belakangan, telah dipublikasikan beberapa uji klinis tentang risiko atrial fibrilasi terkait suplementasi asam lemak omega-3. Uji klinis acak terkontrol dengan penyamaran ganda oleh Nicholls et al yang melibatkan lebih dari 13.000 sampel mencoba mengevaluasi efek dari suplementasi omega-3 terhadap luaran kardiovaskular. Dalam studi ini, partisipan mendapatkan suplemen omega-3 4 gram/hari atau kontrol berupa minyak jagung. Meskipun tidak secara spesifik dilakukan untuk menentukan risiko atrial fibrilasi akibat suplementasi omega-3, hasil analisis dalam studi ini menemukan peningkatan kejadian atrial fibrilasi pada pasien yang mendapat omega-3 (2,2% vs 1,3%).[6]
Uji klinis lain melibatkan 1.027 pasien yang diacak untuk mendapat 1,8 gram omega-3 (930 mg EPA and 660 mg DHA) per hari atau plasebo minyak jagung. Partisipan studi ini adalah pasien berusia 70-82 tahun yang mengalami infark miokard dan telah mendapat terapi standar. Hasil analisis menunjukkan bahwa luaran sekunder (yang mencakup kejadian atrial fibrilasi) terjadi pada 7,2% pasien kelompok omega-3 dibandingkan 4,0% kelompok plasebo. Sayangnya, tidak dilakukan analisis subkelompok untuk risiko atrial fibrilasi.[7]
Kemudian, sebuah uji klinis skala besar dipublikasikan pada bulan Maret 2021. Uji klinis ini mencoba mengevaluasi efek jangka panjang dari suplemen omega-3 terhadap insidensi atrial fibrilasi. Studi ini melibatkan sekitar 25.000 partisipan berusia di atas 50 tahun tanpa riwayat penyakit kardiovaskular dengan median perlakuan dan pemantauan 5,3 tahun. Atrial fibrilasi didapatkan pada 900 partisipan (3,6% populasi studi). Pada kelompok omega-3, atrial fibrilasi dilaporkan pada 469 (3,7%) partisipan dibandingkan 431 (3,4%) partisipan dalam kelompok kontrol. Studi ini menunjukkan bahwa omega-3 tidak menaikkan ataupun menurunkan risiko atrial fibrilasi.[1]
Di akhir tahun 2021, Circulation menerbitkan sebuah tinjauan sistematik dan meta analisis yang mengevaluasi hasil 7 uji klinis acak terkontrol yang mengevaluasi efek omega-3 terhadap risiko atrial fibrilasi. Total partisipan adalah 81.210 pasien dengan rerata usia 65 tahun. Hasil analisis dalam studi ini menunjukkan bahwa suplementasi omega-3 berkaitan dengan peningkatan risiko atrial fibrilasi secara bermakna (HR 1,25, p=0,013). Setelah distratifikasi berdasarkan dosis, risiko didapatkan lebih tinggi pada pasien yang mendapat dosis di atas 1 gram/hari (HR 1,49).[8]
Kesimpulan
Suplemen asam lemak omega-3 digunakan dalam praktek klinis dengan tujuan mengurangi risiko penyakit kardiovaskular. Meski demikian, telah banyak uji klinis yang mengindikasikan potensi harm berupa atrial fibrilasi akibat suplementasi omega-3 dosis tinggi. Studi lebih lanjut diperlukan untuk mengetahui pasien mana yang mungkin lebih rentan mengalami atrial fibrilasi atrium akibat konsumsi suplemen omega-3.
Berdasarkan bukti dari penelitian besar dengan metodologi yang baik yang tersedia saat ini, dokter harus berhati-hati saat mengedukasi pasien tentang konsumsi suplemen omega-3, terutama pada pasien dengan atrial fibrilasi atau berisiko mengalami atrial fibrilasi.