Pasien psoriasis yang disertai dengan obesitas memerlukan manajemen dengan perhatian khusus. Pasalnya, obesitas berkaitan dengan luaran klinis dari terapi antipsoriasis. Selain itu, beberapa kondisi yang berkaitan dengan obesitas juga dapat diperburuk dengan antipsoriasis.
Psoriasis merupakan penyakit inflamasi kulit kronis yang terjadi pada 2–4% populasi umum, dan diketahui melibatkan banyak sistem. Dalam beberapa dekade terakhir, prevalensi penyakit yang dimediasi oleh sistem imun, termasuk psoriasis telah meningkat. Kemungkinan hubungan antara penyakit autoimun dan obesitas juga semakin kuat sejak diketahui bahwa jaringan lemak dapat menyekresi mediator yang terlibat dalam inflamasi dan regulasi metabolik.[1]
Obesitas yang terjadi pada pasien psoriasis dapat memengaruhi berbagai faktor, yakni tingkat keparahan penyakit dan respons terapi. Obesitas juga sering berkaitan dengan beberapa kondisi, seperti sindrom metabolik, hipertensi, dan steatosis hepatik yang dapat meningkatkan risiko terjadinya efek samping terapi. Peningkatan biaya pengobatan juga dapat terjadi seiring dengan penyesuaian dosis obat sesuai dengan berat badan.[1-3]
Patogenesis Psoriasis dan Obesitas
Pada pasien obesitas, terdapat beberapa mekanisme yang bisa memperparah psoriasis. Di samping mediator inflamasi yang diproduksi oleh lesi kulit, jaringan adiposa juga dapat menghasilkan sitokin inflamasi dan adipokin yang memengaruhi peradangan kulit. Sebaliknya, peradangan kulit dapat mengubah metabolisme lipid dan glukosa, sehingga memperburuk obesitas.[2-4]
Sitokin proinflamasi, khususnya tumor necrosis factor alpha (TNF-á), berperan dalam patofisiologi obesitas dan psoriasis. Inflamasi kronis yang umum terjadi pada obesitas dapat berkontribusi pada perluasan lesi psoriasis. Selain itu, perubahan hormon metabolik pada obesitas, yaitu ghrelin dan leptin, juga berperan dalam patogenesis psoriasis akibat pelepasan mediator proinflamasi, seperti interleukin 6 (IL-6) dan TNF-á.[1,2]
Hubungan Psoriasis dan Obesitas
Psoriasis dan obesitas merupakan keadaan inflamasi kronis yang saling berkaitan dan melibatkan beberapa mekanisme. Pada pasien psoriasis, diduga terjadi peningkatan risiko isolasi sosial, kebiasaan makan yang buruk, depresi, penurunan aktivitas fisik, serta peningkatan konsumsi alkohol.[1]
Studi meta-analisis menunjukkan bahwa seseorang dengan IMT yang tinggi secara genetik memiliki risiko tinggi menderita psoriasis. Selain itu, obesitas juga berhubungan dengan tingkat keparahan psoriasis yang lebih tinggi.
Kondisi obesitas juga mengurangi efektivitas terapi anti-TNF-á, sehingga sering menjadi penyebab penghentian terapi biologis pada psoriasis. Penurunan berat badan melalui diet dan latihan fisik dapat menghasilkan perbaikan klinis dan mencegah terjadinya psoriasis.[5]
Pilihan Terapi Medikamentosa pada Pasien Psoriasis dengan Obesitas
Pada pasien dengan lesi yang terbatas, obat topikal dapat menjadi pilihan, sedangkan obat sistemik ditujukan pada pasien psoriasis dengan lesi yang luas.
Terapi Topikal
Kortikosteroid topikal merupakan obat yang paling umum digunakan yang memiliki efek samping sistemik yang terbatas. Kortikosteroid topikal memiliki efektivitas yang sama pada psoriasis dengan obesitas maupun nonobesitas, sehingga dapat digunakan pada psoriasis ringan dengan lesi yang terbatas.
Fototerapi dengan psoralen dan UVA juga tidak dipengaruhi oleh keadaan obesitas dan dosis dapat disesuaikan dengan berat badan.[2]
Terapi Sistemik Konvensional pada Pasien Psoriasis dengan Obesitas
Perhatian khusus perlu dilakukan dalam pemberian obat sistemik pada pasien psoriasis dengan obesitas. Beberapa jenis obat dapat menyebabkan peningkatan efek samping dan beberapa obat memerlukan penyesuaian dosis.
Methotrexate:
Meskipun methotrexate tidak memengaruhi berat badan, perlu dipertimbangkan bahwa obesitas umumnya disertai dengan steatosis hepatik, yang secara prevalensi juga lebih sering ditemukan pada pasien psoriasis daripada populasi umum. Sifat hepatotoksik obat ini perlu dipertimbangkan saat hendak memberikan methotrexate dalam jangka panjang.
Pada pasien psoriasis yang diobati dengan methotrexate, dilaporkan bahwa sebanyak 96% pasien yang memiliki faktor risiko mengalami fibrosis hepatik, sedangkan pada pasien tanpa faktor risiko, hanya 71% saja yang mengalami fibrosis hepatik.
Oleh karena itu, penggunaan methotrexate sebaiknya dihindari pada pasien obesitas.[3] Pemantauan terhadap toksisitas hati perlu dilakukan jika methotrexate akan tetap diberikan.[2]
Acitretin:
Acitretin tidak memengaruhi berat badan, tetapi dapat menyebabkan hiperlipidemia, yang juga berhubungan erat dengan obesitas. Terlebih lagi, pasien obesitas membutuhkan dosis obat yang lebih tinggi, sehingga efek samping berupa hiperlipidemia dan/atau hiperkolesterolemia dapat meningkat.[2,3]
Siklosporin:
Serupa dengan acitretin, siklosporin juga dapat menyebabkan hiperlipidemia. Obesitas merupakan komponen fundamental sindrom metabolik yang juga meliputi hiperglikemia/diabetes, hipertensi, dan dislipidemia. Kondisi-kondisi tersebut dapat diperburuk oleh siklosporin. Selain itu, siklosporin meningkatkan risiko nefrotoksisitas.[2,3]
Terapi Biologis pada Pasien Psoriasis dengan Obesitas
Terapi biologis yang telah disetujui untuk psoriasis plak kronis adalah golongan TNF-alpha inhibitor, IL-17 inhibitor, dan IL-12/23 inhibitor.
Tumor Necrosis Factor-alpha (TNF-á) Inhibitor:
Agen TNF-á inhibitor yang umum dipakai untuk psoriasis plak kronis adalah infliximab. Dosis obat antibodi monoklonal perlu disesuaikan berdasarkan berat badan. Sebuah tinjauan dari 3 uji acak terkontrol menyatakan bahwa proporsi pencapaian skor Psoriasis Area Severity Index (PASI) 75 sama antara pasien dengan IMT <25 dan IMT di atas 30 (obesitas).[6,7]
Studi yang meneliti tentang adalimumab pada 1.212 pasien psoriasis menemukan bahwa skor PASI 75 dapat tercapai sebesar 74% pada berat badan 40–78 kg, 80% pada berat badan 78–90 kg, 67% pada berat badan 90–105 kg, dan 62% pada berat badan 105–204 kg. Dengan begitu, efektivitas obat ini dipengaruhi oleh berat badan.[6]
Telah dilaporkan bahwa proporsi pasien yang mengonsumsi infliximab dan mencapai skor PASI 75 sama pada semua subgrup partisipan dengan IMT <25, 25–30, atau >30.
Alefacept, etanercept, dan adalimumab merupakan obat dengan dosis tetap. Akan tetapi, studi yang lebih baru melaporkan bahwa obesitas berkaitan dengan lebih rendahnya respons terapi dan efektivitas infliximab.[7]
Efektivitas adalimumab terlihat baik pada berbagai kelompok pasien dengan berat badan yang berbeda. Sementara itu, efektivitas etanercept dilaporkan lebih rendah pada pasien obesitas dibandingkan pasien nonobesitas.[2,6]
Interleukin-17 (IL-17) Inhibitor:
Secukinumab merupakan human anti-IL-17A monoclonal antibody yang efektif dan tidak dipengaruhi oleh berat badan. Meskipun begitu, pasien dengan berat badan yang normal menunjukkan respons terapi yang lebih baik. Pada uji klinis fase 2 secukinumab, skor PASI 75 pada pasien dengan berat badan >90 kg adalah 73%, sedangkan pada pasien dengan berat badan <90 kg adalah 83%.
Berdasarkan uji klinis fase 3, efektivitas ixekizumab juga terlihat tidak dipengaruhi berat badan. Ditemukan juga bahwa IL-17 inhibitor tidak menunjukkan pertambahan berat badan. Apremilast menunjukkan pengurangan berat badan, sehingga dapat memberikan keuntungan pada pasien psoriasis dengan obesitas.[2,6]
Interleukin-12/23 (IL-12/23) Inhibitor:
Penggunaan ustekinumab dengan dosis 45 mg dan 90 mg setiap 12 minggu menunjukkan bahwa pasien yang mengalami respons parsial (skor PASI 50–75) memiliki berat badan 7 kg lebih tinggi dibandingkan dengan pasien yang mencapai skor PASI 75. Dosis ustekinumab diduga dipengaruhi oleh berat badan, tetapi efektivitasnya masih baik pada pasien obesitas.[2,4]
Terapi Nonmedikamentosa pada Pasien Psoriasis dengan Obesitas
Terapi nonmedikamentosa pada pasien psoriasis dengan obesitas mencakup penurunan berat badan dan perubahan gaya hidup secara holistik. Tujuannya adalah untuk mencapai remisi, mengurangi gejala, mempertahankan respons terapi dengan obat konvensional dan agen biologis, menurunkan risiko penyakit kardiovaskular, mengurangi reaksi inflamasi, serta menurunkan kemungkinan resistensi insulin.[5]
Walaupun patofisiologi keterkaitan dua kondisi ini tidak sepenuhnya dimengerti, beberapa studi telah menunjukkan bahwa penurunan berat badan dapat bermanfaat menurunkan tingkat keparahan psoriasis pada pasien yang overweight dan obesitas. Sebuah meta-analisis yang meneliti 7 uji acak terkontrol dengan total 878 partisipan mengemukakan bahwa terdapat pengurangan skor PASI sebesar 75% pada kelompok yang menurunkan berat badan.[2,8]
Uji acak terkontrol lain dilakukan pada total 588 pasien psoriasis dengan IMT >25 yang tidak merespons terhadap terapi sistemik. Studi ini menyimpulkan bahwa aktivitas fisik berupa berjalan selama 40 menit, 3 kali seminggu, yang disertai dengan intervensi diet selama 20 minggu dapat mengurangi skor PASI sebanyak 48%.[2,9]
Kesimpulan
Obesitas merupakan komorbiditas yang sering ditemukan pada pasien psoriasis yang dapat memengaruhi perjalanan penyakit dan respons terapi.
Manajemen medikamentosa dan nonmedikamentosa perlu dilakukan pada pasien psoriasis dengan obesitas. Pemberian terapi medikamentosa perlu mempertimbangkan efektivitas dan efek samping masing-masing obat untuk mencapai hasil yang optimal. Terapi biologis, yaitu infliximab dan ustekinumab merupakan pilihan yang ideal bagi pasien psoriasis dengan obesitas.
Sementara itu, pasien psoriasis dengan obesitas juga perlu diedukasi untuk menurunkan berat badan dan meningkatkan aktivitas fisik demi mencapai remisi, memperbaiki gejala, serta mempertahankan respons terapi.