Skrining Sifilis Kongenital

Oleh :
dr. Nenvy Wantouw, SpA

Skrining sifilis kongenital pada ibu hamil dan neonatus perlu dilakukan karena sifilis dapat menyebabkan mortalitas dan morbiditas serius pada bayi. Skrining diharapkan dapat mengidentifikasi sifilis dengan cepat, sehingga dokter dapat memberikan tata laksana secara dini dan mengurangi risiko komplikasi pada janin maupun neonatus.[1]

Menurut laporan WHO, sifilis pada kehamilan menyebabkan sekitar 300.000 kematian janin dan neonatus setiap tahun. Sifilis pada kehamilan juga meningkatkan risiko kematian dini pada sekitar 215.000 bayi setiap tahun. Studi melaporkan bahwa estimasi prevalensi sifilis maternal global adalah 0,69%, yang menyebabkan terjadinya sifilis kongenital sebanyak 473 per 100.000 kelahiran hidup.[1,2]

Di Indonesia, data epidemiologi sifilis kongenital masih terbatas. Akan tetapi, Survey Terpadu Biologi dan Perilaku (STBP) pada tahun 2011 telah mengidentifikasi bahwa populasi wanita pekerja seksual (WPS), terutama yang memiliki HIV positif, merupakan populasi yang berisiko. Skrining sifilis kongenital mungkin perlu ditargetkan sesuai risiko masing-masing populasi. Studi epidemiologi yang lebih baik masih diperlukan untuk memahami prevalensi di Indonesia.[5]

Referensi