Statin dilaporkan berhubungan dengan penurunan mortalitas pasien COVID-19 yang dirawat di rumah sakit. Statin seperti simvastatin, atorvastatin, dan rosuvastatin adalah terapi kolesterol yang umum diberikan pada pasien dengan risiko kardiovaskular tinggi. Kelompok risiko kardiovaskular tinggi ini juga berisiko mengalami COVID-19 yang berat.
Berbagai studi retrospektif telah dilakukan untuk menilai apakah pemberian statin pada pasien COVID-19 yang dirawat di rumah sakit dapat menurunkan mortalitas. Artikel ini akan mengulas bukti yang ada tentang efektivitas statin pada pasien COVID-19.[1,2]
Teori tentang Hubungan Statin dan Penurunan Mortalitas COVID-19
COVID-19 dapat mengakibatkan hiperinflamasi pada tubuh, yang bisa menyebabkan acute respiratory distress syndrome (ARDS), jejas miokard, dan komplikasi trombotik.
Pemberian obat statin seperti simvastatin, atorvastatin, dan rosuvastatin pada pasien COVID-19 awalnya dikhawatirkan menyebabkan up-regulation angiotensin converting enzyme 2 (ACE2) receptor, yang mungkin meningkatkan transmisi virus. Akan tetapi, statin merupakan obat hipolipidemik yang memiliki efek kardioprotektif dan efek pleiotropik berupa properti antiinflamasi dan antioksidatif.
Statin juga punya efek antitrombotik dan antiaritmia. Semua efek ini diperkirakan dapat melindungi pasien COVID-19 dari komplikasi kardiovaskular, komplikasi pernapasan, maupun komplikasi tromboemboli yang fatal.
Namun, dokter perlu mengingat bahwa pasien yang mendapat terapi statin umumnya berusia lebih tua dan memiliki risiko penyakit kardiovaskular, sehingga memang lebih berisiko mengalami COVID-19 gejala berat.[1,3,4]
Studi tentang Pemberian Statin pada Pasien COVID-19
Mayoritas studi tentang statin dan COVID-19 masih berupa studi retrospektif. Beberapa hasil studi ini mendukung penggunaan statin pada pasien COVID-19 yang dirawat inap, sedangkan beberapa hasil studi lain tidak menganjurkannya.
Bukti yang Mendukung Penggunaan Statin pada Pasien COVID-19
Kollias et al melakukan meta analisis terhadap 12 studi (72.881 pasien) COVID-19 yang melaporkan odds ratio mortalitas pada pasien pengguna statin dan pasien yang tidak menggunakan statin. Hasilnya, terapi statin berhubungan dengan pengurangan risiko mortalitas sebanyak 35% pada pasien COVID-19 yang dirawat inap.[1]
Diaz et al juga meninjau 25 studi kohort yang melibatkan 147.824 pasien dengan rerata usia 22,9–70,9 tahun. Hasil menunjukkan bahwa penggunaan statin berhubungan dengan penurunan mortalitas pasien COVID-19. Namun, studi ini juga menyatakan bahwa temuan ini masih harus dikonfirmasi dengan uji klinis acak terkontrol yang prospektif, karena mayoritas studi saat ini masih berupa studi retrospektif.[2]
Hasil kedua studi tersebut senada dengan hasil studi retrospektif oleh Gupta et al yang menganalisis 2.626 pasien COVID-19. Dari jumlah tersebut, 951 (36,2%) di antaranya merupakan pengguna statin sejak sebelum diagnosis COVID-19. Studi tersebut menyimpulkan bahwa penggunaan statin sebelum diagnosis pada pasien COVID-19 rawat inap berhubungan dengan penurunan mortalitas.[3]
Bukti yang Tidak Mendukung Penggunaan Statin pada Pasien COVID-19
Studi oleh El-Solh et al mempelajari 14.628 pasien COVID-19 (usia median 66 tahun), di mana 7.168 di antaranya mengonsumsi statin minimal 6 bulan sebelum diagnosis COVID-19. Hasil menunjukkan bahwa statin tidak berhubungan dengan penurunan mortalitas, risiko pasien membutuhkan ruang rawat intensif (ICU), ataupun risiko komplikasi gagal napas yang membutuhkan ventilasi mekanik.
Namun, studi tersebut juga menyatakan perlunya uji klinis acak terkontrol lebih lanjut yang mengevaluasi peran statin sebagai terapi adjuvan yang dikombinasikan dengan agen antiviral atau antiinflamasi.[5]
Studi lain yang tidak menemukan manfaat penggunaan statin pada pasien COVID-19 adalah studi retrospektif oleh Ayeh et al yang melibatkan 4.447 pasien, di mana 594 di antaranya mengonsumsi statin. Studi ini justru menemukan bahwa statin berhubungan dengan peningkatan risiko terkena COVID-19 gejala berat sebesar 18%.[6]
Kesimpulan
Statin merupakan obat hipolipidemik yang memiliki efek antioksidatif, antiinflamasi, dan antitrombotik. Efek ini diperkirakan bisa memperbaiki disfungsi endotel dan melindungi pasien terhadap komplikasi tromboemboli, kardiovaskular, dan pernapasan COVID-19.
Mayoritas studi retrospektif menunjukkan bahwa statin dapat mengurangi mortalitas pasien COVID-19 yang dirawat inap, dengan pengecualian beberapa studi yang tidak menunjukkan hasil sejalan. Namun, uji klinis acak terkendali yang prospektif masih diperlukan untuk mengonfirmasi hasil ini sebelum statin dapat direkomendasi sebagai terapi adjuvan pada pasien COVID-19.