Meskipun memiliki nilai nutrisi dan sifat hipoalergenitas yang mirip untuk pasien alergi susu sapi, formula terhidrolisa ekstensif yang mengandung protein whey memiliki perbedaan dengan formula terhidrolisa ekstensif yang mengandung protein casein. Formula terhidrolisa ekstensif yang mengandung whey dilaporkan lebih unggul dalam hal rasa, waktu pengosongan lambung, dan perbaikan berat badan untuk pasien.[1-3]
Sementara itu, formula terhidrolisa parsial tidak dapat digunakan untuk penanganan alergi susu sapi karena tidak memenuhi kriteria hipoalergenik. Kriteria hipoalergenik adalah susu formula yang terbukti tidak menimbulkan reaksi alergi pada 90% bayi atau anak dengan alergi susu sapi seperti susu formula terhidrolisa ekstensif.[1-3]
Alergi susu sapi merupakan alergi makanan yang paling sering terjadi pada anak-anak, dengan insiden 2–7,5%. Alergi susu sapi dikaitkan dengan gangguan asupan nutrisi pada anak, yang berisiko menyebabkan gangguan tumbuh kembang anak. Oleh sebab itu, berbagai proses pengolahan susu sapi seperti proses hidrolisa dilakukan untuk menghasilkan produk yang aman bagi anak dengan alergi susu sapi.[1-5]
Sekilas tentang Alergi Susu Sapi dan Dampaknya
Alergi susu sapi disebabkan oleh reaksi hipersensitivitas terhadap protein susu sapi. Sebagian besar kasus alergi susu sapi diperantarai oleh IgE, tetapi reaksi alergi yang tidak diperantarai oleh IgE maupun reaksi kombinasi juga mungkin terjadi. Berdasarkan gejalanya, alergi susu sapi dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu ringan-sedang dan berat.[1-3]
Pada alergi susu sapi ringan-sedang, gejala dapat berupa:
- Gejala pencernaan: regurgitasi berulang, muntah, diare, konstipasi, dan adanya darah pada tinja
- Gejala kulit: dermatitis atopik, urtikaria, dan angioedema
- Gejala pernapasan: pilek, batuk, dan mengi
- Gejala lain: kolik persisten >3 jam/hari setiap minggu selama >3 minggu[1-3]
Pada alergi susu sapi berat, ada gejala tambahan, seperti gagal tumbuh, anemia akibat perdarahan, ensefalopati akibat kehilangan protein, kolitis ulseratif kronis, dermatitis atopik berat, laringoedema akut atau obstruksi bronkus, hingga syok anafilaksis.[1-3]
Dampak Alergi Susu Sapi terhadap Tumbuh Kembang
Alergi susu sapi dikaitkan dengan gangguan tumbuh kembang anak. Gangguan tumbuh kembang dapat disebabkan oleh diare, regurgitasi, muntah, maupun hilangnya nafsu makan. Selain itu, penghindaran susu sapi dan konsumsi pengganti susu sapi dengan kandungan gizi yang tidak adekuat juga bisa mengganggu tumbuh kembang.[1,3,6]
Suatu studi dilakukan oleh Sinai, et al. terhadap 87 subjek yang memiliki riwayat alergi susu sapi sejak usia anak-anak untuk mengetahui dampak alergi susu sapi terhadap tinggi badan final setelah memasuki usia dewasa muda. Studi ini menemukan bahwa subjek dengan riwayat alergi susu sapi memiliki z-score tinggi final yang jauh lebih rendah daripada grup kontrol (-0,64 ± 0,9 vs -0,04 ± 0,7; P = 0.001).[7]
Menurut studi tersebut, subjek dengan alergi susu sapi mengalami kekurangan asupan protein, vitamin esensial (A, B2, dan B12), serta mineral penting seperti kalsium, kalium, magnesium, dan zink.[7]
Sekilas tentang Prinsip Penatalaksanaan Alergi Susu Sapi
Prinsip utama dalam penatalaksanaan alergi susu sapi adalah menghindari seluruh produk susu sapi (complete avoidance). Penghindaran produk susu sapi perlu disertai dengan pemberian nutrisi yang adekuat agar anak tidak mengalami gangguan tumbuh kembang.[1-3,8,9]
Pada bayi yang masih mendapat ASI, ibu menyusui juga perlu menghindari konsumsi produk susu sapi. Pada bayi atau anak yang mengonsumsi susu formula, gunakan susu formula yang hipoalergenik, seperti formula terhidrolisa ekstensif atau formula asam amino.[1-3,8,9]
Peran Hidrolisa Protein untuk Pasien Alergi Susu Sapi
Saat protein susu sapi masuk ke saluran cerna, protein ini terpapar dengan jaringan limfoid (gut-associated lymphoid tissue atau GALT). GALT adalah komponen penting dalam sistem imun mukosa saluran cerna yang berperan untuk menentukan apakah protein susu merupakan suatu alergen.[2,4,5,10]
Paparan peptida yang berukuran lebih kecil dipercaya meningkatkan toleransi GALT terhadap protein susu sapi. Pengurangan berat molekul protein susu sapi dikaitkan dengan penurunan sifat alergen protein tersebut. Hidrolisa ekstensif terhadap protein akan menurunkan berat molekul protein tersebut, sehingga produk akhir mempunyai sifat hipoalergenik.[2,4,5,10]
Formula Terhidrolisa Parsial Tidak Dianjurkan
Formula terhidrolisa parsial tidak dapat digunakan pada alergi susu sapi karena tidak memenuhi kriteria hipoalergenik. Kriteria tersebut adalah susu formula terbukti tidak menimbulkan reaksi alergi pada 90% bayi atau anak dengan alergi susu sapi pada uji klinis double-blind dengan confidence interval (CI) 95%. Selain itu, peptida dalam susu hipoalergenik memiliki berat molekul <1.500 kDa.[1-3,8,9]
Perbedaan Formula Terhidrolisa Ekstensif dengan Whey dan Casein
Formula terhidrolisa ekstensif dengan whey telah diketahui memiliki sifat hipoalergenik yang dapat ditoleransi oleh pasien alergi susu sapi. Uji klinis Dahdah, et al. terhadap 34 pasien alergi susu sapi melaporkan bahwa formula terhidrolisa ekstensif dengan protein whey tidak menyebabkan reaksi alergi pada satu pun subjek. Selain itu, formula ini juga dapat ditoleransi oleh saluran cerna secara baik, di mana subjek yang mengalami gejala saluran cerna berjumlah <20%.[11]
Studi yang membandingkan formula terhidrolisa ekstensif yang mengandung whey dan yang mengandung casein secara mendetail belum banyak tersedia. Pada umumnya, protein whey dan protein casein memiliki manfaat serupa dalam hal perbaikan gejala alergi dan profil keamanan. Namun, formula terhidrolisa ekstensif dalam hal hasil pertumbuhan, rasa, dan waktu pengosongan lambung.[12]
Efek terhadap Pertumbuhan
Dalam hal hasil pertumbuhan pasien, formula dengan protein whey dilaporkan memiliki luaran yang lebih baik. Hal ini ditemukan dalam suatu tinjauan yang dilakukan oleh Stróżyk, et al. terhadap 18 uji klinis, yang membandingkan berbagai jenis susu formula dalam tata laksana alergi susu sapi.[12]
Tinjauan Stróżyk, et al. tersebut menemukan bahwa berat badan subjek-subjek yang mengonsumsi formula dengan protein whey lebih baik daripada subjek-subjek yang mengonsumsi formula dengan protein casein setelah 1 tahun pemantauan. Namun, tidak ada perbedaan dalam hal perbaikan gejala alergi dan kejadian efek samping.[12]
Palatability
Dari sisi palatability (aroma, tekstur, rasa, dan after taste), formula terhidrolisa ekstensif dengan protein whey juga dilaporkan lebih baik daripada formula dengan casein.[13]
Suatu studi double-blind dilakukan oleh Giudice, et al. terhadap 150 panelis terlatih untuk menilai palatability berbagai jenis formula. Studi ini menemukan bahwa semua formula yang diuji memiliki palatability yang jauh berbeda dari susu sapi (p<0,0001). Namun, formula terhidrolisa ekstensif dengan protein whey memiliki palatability lebih baik daripada formula protein casein dan formula asam amino, terutama dari sisi rasa dan aftertaste (p<0,05).[13]
Waktu Pengosongan Lambung
Formula terhidrolisa ekstensif dengan protein whey juga diperkirakan memiliki waktu pengosongan lambung yang lebih cepat daripada protein casein. Waktu pengosongan lambung yang lebih cepat berperan penting pada bayi-bayi yang mengalami refluks gastroesofageal, gastroparesis, dan penyakit dismotilitas.[14]
Suatu tinjauan yang dilakukan oleh Meyer, et al. terhadap 8 studi membandingkan efek pengosongan lambung anak setelah konsumsi berbagai jenis protein susu. Tinjauan ini menemukan bahwa protein utuh whey memiliki efek pengosongan lambung yang lebih cepat daripada protein utuh casein. Namun, belum ada data yang membandingkan efek pengosongan lambung pada hasil hidrolisis ekstensif kedua protein ini.[14]
Kesimpulan
Alergi susu sapi dapat menyebabkan gangguan tumbuh kembang pada anak karena kurangnya asupan nutrisi. Prinsip utama penatalaksanaan alergi susu sapi adalah penghindaran produk susu sapi dan pemberian nutrisi pengganti yang adekuat. Susu formula terhidrolisa ekstensif merupakan pengganti yang direkomendasikan karena proses hidrolisa telah menghasilkan peptida dengan berat molekul lebih kecil dan sifat hipoalergenik.
Kedua jenis protein terhidrolisa ekstensif, baik protein whey ataupun protein casein, memiliki manfaat yang serupa dalam hal perbaikan gejala alergi susu sapi. Namun, pemilihan jenis formula terhidrolisa ekstensif tidak terbatas pada perbaikan gejala saja, melainkan juga mempertimbangkan luaran antropometri, palatability, dan pengosongan lambung. Dalam ketiga hal tersebut, protein whey dinilai lebih unggul daripada protein casein.
Perbaikan berat badan pada pasien yang mengonsumsi formula terhidrolisa ekstensif dengan protein whey lebih baik daripada pasien yang mengonsumsi formula terhidrolisa ekstensif dengan protein casein. Protein whey juga memiliki rasa dan aftertaste yang lebih baik daripada protein casein. Selain itu, protein whey mungkin menghasilkan waktu pengosongan lambung yang lebih cepat daripada protein casein.