Di era pandemi coronavirus disease 2019 (COVID-19) yang masih terus berkembang, semua dokter membutuhkan akses terhadap artikel-artikel COVID-19 yang terpercaya agar bisa menjaga pengetahuannya tetap up to date.
Sejak kemunculan SARS-CoV-2 di akhir tahun 2019, para peneliti terus aktif mencari terapi yang efektif untuk mengatasi infeksinya. Beragam obat telah dipelajari dan berbagai riset telah dipublikasikan berdasarkan hasil uji-uji klinis berskala kecil, yang sayangnya masih bisa memberikan hasil kontradiktif satu sama lain.
WHO Solidarity dan RECOVERY dari Inggris merupakan dua uji klinis acak terkontrol dengan skala terbesar, yang menguji bermacam obat yang diperkirakan dapat menjadi terapi COVID-19. Dengan mengikuti hasil kedua uji klinis ini secara berkala, dokter diharapkan bisa menjaga pengetahuannya tentang COVID-19 tetap up to date.[1,2]
WHO Solidarity Trial
The Solidarity Trial adalah uji klinis acak yang bertujuan untuk menemukan terapi yang efektif untuk COVID-19. Uji klinis acak ini telah melibatkan hampir 12.000 pasien di 500 rumah sakit di lebih dari 30 negara.
The Solidarity Trial meninjau efek setiap obat pada pasien COVID-19 melalui tiga luaran klinis, yaitu mortalitas, jumlah pasien yang membutuhkan intubasi dan ventilasi, serta durasi rawat inap di rumah sakit.
Hasil interim telah dipublikasikan pada tanggal 15 Oktober 2020. Dari hasil tersebut, tampak bahwa keempat obat yang telah dievaluasi untuk COVID-19 (remdesivir, hydroxychloroquine, lopinavir-ritonavir, dan interferon) tidak memiliki efek terhadap mortalitas, tidak mengurangi jumlah pasien yang membutuhkan ventilasi mekanik, dan tidak memengaruhi durasi rawat inap.
Sejauh ini, hanya kortikosteroid (dexamethasone) yang telah berhasil dibuktikan bisa mengurangi mortalitas pada pasien dengan COVID-19 yang parah dan kritis.
The Solidarity Trial masih terus mempertimbangkan evaluasi obat-obat yang lain untuk bisa menemukan terapi COVID-19 yang efektif.[1]
RECOVERY (Randomised Evaluation of COVID-19 Therapy)
https://www.recoverytrial.net/
RECOVERY dari Universitas Oxford di Inggris adalah upaya untuk melakukan uji klinis acak terkontrol berskala besar untuk memeriksa efikasi bermacam obat yang dianjurkan sebagai terapi COVID-19. Uji coba RECOVERY telah mempelajari 20.000 pasien di 176 rumah sakit di Inggris hingga saat ini.
RECOVERY telah menguji azithromycin, dexamethasone, hydroxychloroquine, dan lopinavir-ritonavir. Hasil yang dilaporkan sampai saat ini adalah:
- Azithromycin: obat ini tidak memberikan manfaat klinis bermakna pada pasien yang menerimanya
- Dexamethasone: obat ini mengurangi kematian pada ⅓ pasien yang diventilasi mekanik dan pada ⅕ pasien yang membutuhkan suplementasi oksigen. Namun, obat ini tidak bermanfaat pada pasien yang tidak membutuhkan oksigen atau intubasi
- Hydroxychloroquine: obat ini tidak memiliki efek bermanfaat pada pasien
- Lopinavir-ritonavir: obat ini tidak memiliki efek penurunan mortalitas yang bermakna[2]