Terima kasih pertanyaannya.

Untuk insomnia pada lansia, maka pertama kali mohon dilakukan penilaian kualitas tidur. Karena secara fisiologis, proses penuaan akan disertai dengan perubahan pola tidur yang berupa tidur yang terfraksinasi, pemanjangan tidur NREM fase 1, 2 dan pemendekan fase 3, 4, dan tidur REM. Asal pasien tidak mengeluhkan kualitas tidur yang buruk, maka sebaiknya diedukasikan pada pasien dan keluarganya bahwa ini adalah bagian dari proses penuaan.

Bila ternyata terdapat gangguan kualitas tidur, maka sebaikanya digali apakah insomnia sebagai gangguan primer atau bagian dari gangguan lain (misalnya demensia) dan mendapatkan terapi yang sesuai dengan gangguannya.

Bila terpaksa menggunakan farmakoterapi karena merupakan gangguan insomnia primer, maka sebaiknya dipilih obat yang tidak meningkatkan risiko jatuh dan mempunyai efek samping minimal (misalnya zolpidem atau zaleplon). Bila tidak memungkinkan karena alasan biaya atau ketersediaan obat, bisa digunakan benzodiazepine short acting. Tujuannya adalah untuk memperbaiki kualitas tidur dan bukan meningkatkan kuantitas tidur. Pada lansia, kita tidak perlu mempertimbangkan adanya risiko adiksi.

Semoga bisa membantu