Mohon maaf dok bertanya di luar konteks masalah penyakit. Dok bagaimana sih kuliah spesialis itu? Apakah benar-benar mahal? Karena saya mendengar dari kakak...
Biaya dan Persiapan yang Dibutuhkan untuk Residensi - Diskusi Dokter
general_alomedikaDiskusi Dokter
- Kembali ke komunitas
adalah baik kondisi bimbang & gamang menuju peningkatan level pendidikan, demikian juga barangkali sebagian kami yg sdh melalui fase tersebut, di grup ini..
Adapun demikian, saran saya,
segera petik Quick (Count) Information,
namun disabar namun juga Usaha untuk Mendapatkan Real (Count) Information pada masing2 pusat Pendidikan yang dituju.
Setelahnya, Semoga memperoleh 5 tahun (10smt) Pendidikan Spesialis(sesuai aturan), dan sebisa mgkn 1 periode.. Lulus dg Tepat waktu.
Aamiin YRA.
adalah baik kondisi bimbang & gamang menuju peningkatan level pendidikan, demikian juga barangkali sebagian kami yg sdh melalui fase tersebut, di grup ini..
Adapun demikian, saran saya,
segera petik Quick (Count) Information,
namun disabar namun juga Usaha untuk Mendapatkan Real (Count) Information pada masing2 pusat Pendidikan yang dituju.
Setelahnya, Semoga memperoleh 5 tahun (10smt) Pendidikan Spesialis(sesuai aturan), dan sebisa mgkn 1 periode.. Lulus dg Tepat waktu.
Aamiin YRA.
Alo dokter!
Wah.. topiknya menarik yaa dok. Pasti banyak juga dokter-dokter umum lain yang berpikiran sama.. Ragu ingin sekolah karena masalah biaya. (Saya salah satunya)
Setiap universitas pasti biaya dan kulturnya berbeda-beda. Saya rasa ada baiknya dokter memperluas jejaring, supaya bisa minta testimoni sejawat-sejawat dari berbagai universitas dan yang mengalami langsung residensi.
Isu seperti ini bukan cuma ada di Indonesia dok.. Di luar negeri juga sama. Di Australia sempat hangat isu nepotisme penerimaan residen. Di Indonesia, bahkan sempat diangkat di Jakarta Post (https://www.thejakartapost.com/academia/2016/06/09/fair-access-to-residency-programs-for-a-fair-distribution-of-indonesian-doctors.html)
Ini artikel lain bagi sejawat yang berminat : https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC4786383/
Semangat ya dok! If there is a will, there is a way. InsyaAllah.
Yg penting usaha dan cari info yg resmi dulu jangan diawali dengan prasangka yg tidak-tidak.
Tidak ada yg namanya kultur traktiran, itu oknum individual saja sekalipun ada, who knows.
Terima kasih sharingnya para dokter
Intinya pada seberapa besar ikhtiar dan hati harus diteguhkan dalam memilih jurusan PPDS, kebanyakan memang ada isu-isu yang beredar ttg iklim "traktiran" di daerah sy jg begitu dok, sehingga teman seangkatan saya merasa bimbang utk sekolah.
Semoga saja yang berniat melanjutkan sekolah bisa segera mempersiapkan secara matang dan tidak termakan hoaks-hoaks(kata netizen)
Yang terpenting harus tahu PASSION-nya di bidang apa. Kalau sudah dimulai dari situ, maka tantangan apa pun sebelum, selama, dan setelah masa PPDS akan dapat dilalui dan dihadapi dengan baik.
Cari INFO sebanyak mungkin dari berbagai sumber yang VALID. Bisa browse website prodi univ yang bersangkutan dan bertanya pada beberapa rekan (beberapa ya, jangan hanya satu residen) residen prodi tersebut yang sedang menjalani masa studi PPDS supaya bisa mendapat gambaran lebih jelas.
BELAJAR dengan CERDAS. Belajar sebaiknya terstruktur dng buku referensi utama dan berdasarkan topik pertanyaan ujian masuk PPDS periode terdahulu sesuai info dari rekan-rekan residen prodi tersebut.
Istirahat yang cukup menjelang ujian.
Plus jangan lupa berdoa.
Jika memang jalannya, tentu akan terbuka dan dimudahkan.
Jika ternyata bukan jalannya, tentu harus punay rencana cadangan.
Rencana Tuhan sudah pasti yang terbaik.
Good luck!
Selama sy menempuh pendidikan spesialis pulmonologi di UI, tidak ada biaya "seperti itu". Kami junior tdk pernah mentraktir senior/konsulen. Semua biasa saja n hubungan jg baik n normal spti pd umumnya.