Membagi waktu untuk peran sebagai dokter dan juga ibu rumah tangga. - Diskusi Dokter

general_alomedika

Hai dokter, saya ajukan sebagai anonim karena ingin menanyakan diluar medis namun cukup relate dengan kehidupan kedokteran. Jadi merasa perlu untuk...

Diskusi Dokter

16 Maret 2019, 07:36
Lebih baik mengambil spesialis yang tidak memakai jaga malam dan tidak bersifat emergency. Karena pengalaman dari bidang saya. Seringkali waktu dengan keluarga terkikis akibat kasus emergrncy
16 Maret 2019, 13:01
dr.Antonius Sarwono Sandi Agus Sp.BTKV, FIHA, MH, FICS.
dr.Antonius Sarwono Sandi Agus Sp.BTKV, FIHA, MH, FICS.
Dokter Spesialis Bedah Thoraks Kardio Vaskuler
16 Maret 2019, 05:03
Artikelnya bagus Dokter. Terima kasih
🙏
16 Maret 2019, 13:08
dr.Antonius Sarwono Sandi Agus Sp.BTKV, FIHA, MH, FICS.
dr.Antonius Sarwono Sandi Agus Sp.BTKV, FIHA, MH, FICS.
Dokter Spesialis Bedah Thoraks Kardio Vaskuler
16 Maret 2019, 05:20
Alo Dokter,

Sesuai judulnya adalah menjadi dokter dan ibu Rumah Tangga (RT), saya ingin ikut share cerita saya sendiri.

Agar bs seimbang antara ibu RT dan profesi Dokter dalam emosi, psikis saya, selalu memikirkan PRIORITAS dalam manajemen Waktu. Pemilihan Prioritas ini berdasarkan passion, minat, kemudian Niat.

Setelah berprofesi, dijalani, dan mengambil spesialis, memang sangat dibutuhkan kelonggaran psikis, apa yang seorang ibu, istri juga Dokter inginkan dalam hidup. Capaian apa yang diinginkan. Setelah bulat dengan pilihannya, suatu Spesialisasi bidang apapun, Dokter harus legowo dengan segala risiko yang akan dihadapi, termasuk waktu yang hilang mengikuti perkembangan seorang anak misalnya, waktu yang hilang dalam beberapa pertemuan keluarga, dalam hal ini dibutuhkan dukungan moril yang sangat besar dari suami, kedua orang tua, mertua, maupun dari Asisten RT. Orang di sekitar kita memberikan dukungan, Yang pertama dalam pengambilan keputusan adalah DOA, semoga dimudahkan dalam pendidikan, dilancarkan di kedua tempat kita.
Jika ada jalan Allah masuk ke bidang yang kita sukai, kemudian dukungan dari semua orang di sekeliling kita, maka inshaAllah penjadwalan sehari-hari kita, masalah manajemen waktu akan terselesaikan.

Turunkan ego untuk segala hal, misal ada momen yang mungkin seharusnya seorang ibu inginkan terlibat namun karena jadwal akhirnya ga di tempat, don't blame yourself. Terima ini sebagai suatu TAKDIR, sehingga ikhlas menerima apapun dalam proses kehidupan kita. Sukses hidup sebenarnya dari hati, jika kita bisa mensyukuri segala yang telah dimiliki dan dialami. 
Semoga bermanfaat.

Amin 🙏
16 Maret 2019, 14:53
dr. Fatnan Setyo Hariwibowo SpPD
dr. Fatnan Setyo Hariwibowo SpPD
Dokter Spesialis Penyakit Dalam
IMHO, untuk masa sekarang mungkin berbeda dengan program pendidikan yang akan dokter tempuh, dan juga berbeda dengan waktu yang kita tempuh di masa lalu.
Ikuti minat dan satu pesan : bila niat berani janganlah takut-takut, bila ragu dan takut jangan berani-berani mencoba.
Kembali ke niat awal, apakah ini yang anda inginkan dalam pencapaian hidup? 
Saya menemukan artikel bagus, mungkin bisa untuk bahan bacaan.
Salam.

kehidupan residen
yes,setuju sekali dengan dr sarwono,SpBTKV, 
sebagai tambahan,jika istrinya juga dokter mungkin akan lebih memahami kesibukan dan senioritas di ppds,
tapi jika bukan dokter,berdoalah akan memahami rutinitas ppdsnya,jika tidak beberapa kawab saya ada yg sampai bercerai. tapi tenang,itu hanya sebagian kecil,banyak juga kok yg sukses,saling memahami.
Keluarga yang utama dan komunikasi yg utama,
segala persoalan di ppds sebaiknya disimpan sendiri tdk perlu mengganggu kehangatan keluarga,
16 Maret 2019, 14:54
dr. Fatnan Setyo Hariwibowo SpPD
dr. Fatnan Setyo Hariwibowo SpPD
Dokter Spesialis Penyakit Dalam
16 Maret 2019, 07:36
Lebih baik mengambil spesialis yang tidak memakai jaga malam dan tidak bersifat emergency. Karena pengalaman dari bidang saya. Seringkali waktu dengan keluarga terkikis akibat kasus emergrncy
ya dok,setuju
16 Maret 2019, 15:04
Kita sebagai wanita yang berprofesi sebagai dokter, no 1 benar2 harus mendapat ridho dari suami. Suami harus dapat mengerti mengenai kesibukan kita, apalagi bila kita melanjutkan pendidikan spesialis, saat junior ibaratnya keluarga kita adalah sejawat di PPDS sehingga waktu untuk keluarga berkurang. Suami mau tidak mau harus ikut turun tangan urus anak. Intinya semua harus dikomunikasikan.

Tidak lupa juga menjaga kesehatan tubuh mengingat aktivitas di rumah maupun di pekerjaan akan banyak, faktor stress akan tinggi sehingga segala sesuatunya juga perlu kita memohon kepada Tuhan agar diberi kemudahan. Tetap semangat! Banyak wanita yang seperti anda dan sukses di rumah tangga & pekerjaan 😊 
16 Maret 2019, 15:08
dr.Ahmad Triadi,SpOG
dr.Ahmad Triadi,SpOG
Dokter Spesialis Kandungan
Pendidikan spesialis berbeda dengan pendidikan profesi lain. Spesialis merupakan long life studi dan menentukan dimana anda bekerja. Tentukan sesuai passion anda. Dan komunikasikan dengan pasangan, apakah bersedia untuk meluangkan waktu pasangan dalam mendidikan anak.
Kebanyakan, spesialis yang sudah bekeluarga akan bermasalah saat pertangahan pendidikan dan ini harus di pertimbangkan.
Lihat juga passion anda kearah emergensi atau tidak, suka diganggu jam malam atau tidak.
Terakhir berdoa dan tawakal. Its ur choice

16 Maret 2019, 15:20
Alodokter, sharing yang menarik.

Sebagai seorang ibu dan PPDS, harus punya fisik yang prima. Olahraga dan makan sehat harus disempatkan agar tubuh punya metabolisme yang efisien. Jadi walaupun setiap harinya tidur hanya beberapa jam tapi masih tetap semangat menjalani hari.

Oh ya harus kompak sama teman seangkatan. Anak bisa sakit kapan saja, saling back up itu perlu. Nanti gantian kita pasang badan kalau teman yg butuh bantuan. Terakhir jangan lupa minta izin dan keikhlasan suami, anak dan ortu. Merekalah support system utama dalam hidup kita.

Semoga lancar sekolahnya dok. Dengan kerja keras dan tawakal Insya Allah semua kan terlewati
Nice sharing Dr. Citra. Memang harus kompak. Sukses untuk Dokter
17 Maret 2019, 04:11
dr.Samira
dr.Samira
Dokter Umum
16 Maret 2019, 05:20
Alo Dokter,

Sesuai judulnya adalah menjadi dokter dan ibu Rumah Tangga (RT), saya ingin ikut share cerita saya sendiri.

Agar bs seimbang antara ibu RT dan profesi Dokter dalam emosi, psikis saya, selalu memikirkan PRIORITAS dalam manajemen Waktu. Pemilihan Prioritas ini berdasarkan passion, minat, kemudian Niat.

Setelah berprofesi, dijalani, dan mengambil spesialis, memang sangat dibutuhkan kelonggaran psikis, apa yang seorang ibu, istri juga Dokter inginkan dalam hidup. Capaian apa yang diinginkan. Setelah bulat dengan pilihannya, suatu Spesialisasi bidang apapun, Dokter harus legowo dengan segala risiko yang akan dihadapi, termasuk waktu yang hilang mengikuti perkembangan seorang anak misalnya, waktu yang hilang dalam beberapa pertemuan keluarga, dalam hal ini dibutuhkan dukungan moril yang sangat besar dari suami, kedua orang tua, mertua, maupun dari Asisten RT. Orang di sekitar kita memberikan dukungan, Yang pertama dalam pengambilan keputusan adalah DOA, semoga dimudahkan dalam pendidikan, dilancarkan di kedua tempat kita.
Jika ada jalan Allah masuk ke bidang yang kita sukai, kemudian dukungan dari semua orang di sekeliling kita, maka inshaAllah penjadwalan sehari-hari kita, masalah manajemen waktu akan terselesaikan.

Turunkan ego untuk segala hal, misal ada momen yang mungkin seharusnya seorang ibu inginkan terlibat namun karena jadwal akhirnya ga di tempat, don't blame yourself. Terima ini sebagai suatu TAKDIR, sehingga ikhlas menerima apapun dalam proses kehidupan kita. Sukses hidup sebenarnya dari hati, jika kita bisa mensyukuri segala yang telah dimiliki dan dialami. 
Semoga bermanfaat.

Sangat inspiring dokk 😊😊
17 Maret 2019, 16:53
17 Maret 2019, 15:19
Dear rekan sejawat, izin ikut berdiskusi ya.
Kebetulan saya saat itu menikah di tengah perjalanan PPDS Bedah Plastik dan suami saat itu sudah selesai PPDS Penyakit Dalam.
Yang kami lakukan saat itu adalah : 

1. Temukan bidang yang menjadi passion utama 

2.  Menyepakati visi dan misi dalam keluarga kecil

3. Berbagi peran dalam keluarga (misalnya saat itu suami mencari nafkah, sementara saya fokus menyelesaikan pendidikan Sp1)

4. Melibatkan keluarga besar untuk mendukung rencana kami (ini penting terutama karena kami perlu dibantu utk hal pengasuhan anak, antara lain dari orangtua dan mertua serta ipar)

5. Memastikan support system selalu tersedia dari keluarga maupun penunjang (misalnya nanny utk anak-anak dan asisten rumah tangga utk urusan memasak,dll)

6. Bersedia selalu berkomunikasi secara terbuka termasuk berkompromi jika ada hal-hal darurat (misalnya tidak bisa pulang ke rumah krn jam jaga memanjang atau ada tugas-tugas tambahan sbg PPDS yg wajib dilaksanakan)

7. Membangun dan menjaga relasi yang baik dengan sesama rekan PPDS supaya bisa kompak saling back up

8. Fokus menyelesaikan sekolah. Ingat bahwa masalah seberat apa pun akan dapat diatasi dan pada saatnya nanti kita bisa lebih leluasa mengatur waktu dan menyeimbangkan hidup setelah lulus dan berpraktik mandiri.

9. Selalu berdoa spy diberi kekuatan dan perlindungan dalam segala situasi

Semoga infonya sedikit membantu. 
Semangat! 
Terimakasih dok, sangat menginspirasi 🙏🙏🙏
17 Maret 2019, 17:09
dr. Nico Poundra Mulia, SpOG
dr. Nico Poundra Mulia, SpOG
Dokter Spesialis Kandungan
Kasusnya sama dok, saat ini istri masih ragu untuk sekolah karena perjuangan sekolah yang sangat berat, tidak hanya materi namun juga pengorbanan waktu untuk keluarga...