Makanan Alternatif untuk Pasien GERD: Menjelajahi Potensi Nasi Jagung dan Nasi Singkong

Oleh :
dr.Eva Naomi Oretla

Gastroesophageal reflux disease (GERD) sering kali dipicu oleh pola makan yang kurang tepat, dan nasi jagung serta nasi singkong memiliki potensi sebagai alternatif makanan karbohidrat yang dapat membantu meredakan gejala GERD. Pola makan seperti jenis makanan yang dikonsumsi merupakan salah satu faktor risiko yang dapat dimodifikasi dari kejadian GERD.[1,3]

National Institutes of Health and American College of Gastroenterology mendukung modifikasi pola makan dan pilihan jenis makanan sebagai terapi lini pertama bagi pasien GERD, salah satunya sejalan dengan adanya korelasi yang signifikan antara konsumsi diet tinggi karbohidrat dengan terjadinya gejala GERD.[2,3]

Close-up,Dish,Of,Biryani,Rice,Happy,Smile,Asia,Muslim,Husband

Diet tinggi karbohidrat dapat meningkatkan durasi dan periode refluks asam lambung, serta menyebabkan lebih banyak gejala refluks yang timbul pada pasien GERD.[1-3,7]

Saat ini, potensi diet rendah karbohidrat merupakan terobosan terbaru dalam pencegahan dan penanganan GERD. Diet rendah karbohidrat membatasi asupan harian karbohidrat antara 100–150 gram, tergantung pada profil pasien (usia, jenis kelamin, aktivitas fisik, dan riwayat penyakit). Selain membatasi asupan karbohidrat, diet rendah karbohidrat untuk penderita GERD juga dapat dioptimalkan dengan memilih makanan yang tinggi serat, yang dapat membantu mengurangi gejala refluks.[4-6]

Efek Diet Karbohidrat pada GERD

Karbohidrat adalah salah satu dari tiga makronutrien utama dalam tubuh yang berfungsi sebagai sumber energi dan untuk menjaga aktivitas metabolisme seluler. Karbohidrat dikategorikan berdasarkan komposisi kimia dan struktur karbon, yang memengaruhi proses cernanya pada sistem gastrointestinal.[3,5,8]

Ketika karbohidrat disakarida dan polisakarida dikonsumsi, sebagian besar diserap di usus halus dan kemudian difermentasi oleh bakteri di kolon.[3,5,8]

Proses fermentasi tersebut dapat menyebabkan nyeri ulu hati karena pelepasan neurohormonal cholecystokinin dan relaksasi sfingter esofagus bawah (lower esophageal sphincter / LES). Ini meningkatkan waktu paparan refluks asam lambung ke esofagus serta jumlah episode refluks.[5,8]

Tabel 1 di bawah ini mendeskripsikan hubungan antara GERD dengan diet karbohidrat.

Tabel 1. Hubungan antara GERD dan Diet Karbohidrat

dietkarbo

Sumber: dr.Eva Naomi, 2024[3,5]

Korelasi antara gejala GERD dengan asupan karbohidrat telah dieksplorasi melalui beberapa penelitian terkini.[5,8]

Penelitian oleh Wu et al melakukan analisis terhadap 12 pasien GERD yang secara acak diberi makanan cair tinggi karbohidrat (178,8 g) vs. rendah karbohidrat (84,8 g). Hasil penelitian menunjukkan perbedaan yang signifikan secara statistik terhadap total waktu paparan refluks asam lambung ke esofagus dan jumlah episode refluks yang lebih banyak pada konsumsi makanan tinggi karbohidrat.[7,8]

Studi prospektif oleh Langella et al terhadap 130 pasien dengan gejala GERD yang menjalani diet rendah karbohidrat selama periode 2 minggu melaporkan adanya perbaikan gejala GERD yang signifikan secara statistik.[8,10]

Peningkatan asupan monosakarida dan pati dikaitkan dengan memburuknya gejala GERD, sedangkan asupan serat menunjukkan efek sebaliknya. Dalam sebuah studi yang melibatkan 36 pasien yang sebelumnya mengonsumsi makanan rendah serat (<20 g/hari), penambahan psyllium tiga kali sehari dilaporkan mengurangi gejala dan frekuensi episode refluks secara signifikan. Namun, mekanisme pasti bagaimana serat meredakan gejala GERD belum sepenuhnya dipahami.[3,8,9]

Alternatif Makanan Mengandung Karbohidrat untuk GERD

Nasi merupakan makanan pokok yang dapat dikonsumsi oleh pasien GERD. Studi crossover acak oleh Patcharatrakul et al yang melibatkan 21 pasien dengan gejala GERD dan gejala IBS (Irritable bowel syndrome) yang tumpang tindih melaporkan bahwa konsumsi nasi tidak menyebabkan lebih banyak gejala GERD yang timbul pada pasien (p>0,05) dibandingkan dengan konsumsi gandum.[11,12]

Nasi putih memiliki indeks glikemik yang tinggi yaitu 72, dengan energi total 180 kalori, serta kandungan serat yang rendah, yaitu 0,2 gram per 100 gram porsi. Tingginya indeks glikemik pada nasi putih menunjukkan bahwa nasi putih memiliki potensi untuk mempercepat proses pencernaan, yang dapat memicu gejala klinis regurgitasi pada GERD.[5,10,13,14]

Di Indonesia, telah dikembangkan makanan yang mengandung karbohidrat dari bahan baku selain beras (nasi putih) yang dikenal dengan beras analog yang terbuat bahan pangan lokal yang mengandung serat makanan yang tinggi seperti jagung, singkong, ubi jalar, sorghum, dan sagu. Beras analog ini dapat menjadi pilihan alternatif sumber karbohidrat untuk pasien GERD.[15-17]

Produk beras analog yang dikenal dengan nasi jagung dan nasi singkong merupakan produk yang inovatif, yang saat ini mudah untuk ditemukan di berbagai minimarket. Produk nasi jagung maupun nasi singkong tersebut memiliki bentuk, ukuran, maupun tekstur yang hampir menyerupai dengan beras dari padi (nasi putih), sehingga dapat dengan mudah diterima oleh lidah orang Indonesia yang telah terbiasa mengonsumsi nasi putih.[15-17]

Hasil tinjauan sistematis oleh Lauwis et al menemukan bahwa jagung yang menjadi bahan baku beras analog memiliki kandungan polifenol, feruloylated arabinose, dan free phenolic fractions.[18]

Kandungan polifenol tersebut berperan sebagai potensi protektif dan terapeutik pada kondisi GERD dengan menekan kerusakan mukosa oksidatif, memperkuat kinerja antioksidan, dan menurunkan aktivitas sekresi asam lambung.[18,19]

Sementara itu, pada singkong yang merupakan bahan baku beras analog (beras siger), ditemukan banyak kandungan senyawa fenolik yang dapat mempertahankan keseimbangan mikrobiota usus dan meningkatkan fungsi pencernaan, serta mengurangi terjadinya refluks asam lambung pada pasien GERD.[18,20,21]

Komposisi Nutrisi dalam Nasi Jagung dan Nasi Singkong

Nasi jagung memiliki indeks glikemik dan kadar serat yang lebih rendah dibandingkan dengan nasi singkong. Namun, nasi singkong memiliki kadar mikronutrien kalsium dan besi yang lebih tinggi dibandingkan dengan nasi jagung. Tabel di bawah ini mendeskripsikan perbandingan komposisi makronutrien dan mikronutrien dari nasi jagung dan nasi singkong.[13,14,22-24]

Tabel 2. Komposisi Makronutrien dan Mikronutrien pada Nasi Jagung dan Nasi Singkong berdasarkan Tabel Komposisi Pangan Indonesia

komposisimakromikro

Sumber: dr. Eva Naomi, 2024[14,22-24]

Dampak Konsumsi Nasi Jagung dan Nasi Singkong pada Gejala GERD

Nasi jagung dan nasi singkong merupakan produk pangan yang baru dikembangkan dan dapat menjadi alternatif karbohidrat dengan indeks glikemik rendah, kadar serat yang cukup tinggi, serta rendah lemak. Keduanya juga mengandung beberapa mikronutrien, seperti kalsium, vitamin B2 (riboflavin), thiamin, dan niasin.[2,10,14]

Berdasarkan komposisi tersebut, pasien GERD yang mengonsumsi nasi jagung atau nasi singkong mungkin mengalami perbaikan gejala refluks asam lambung, karena diet yang tinggi serat dan karbohidrat kompleks dapat membantu mengatasi GERD dengan meningkatkan tekanan istirahat sfingter esofagus bagian bawah.[3,5,11]

Beberapa penelitian mendukung penggunaan nasi jagung dan nasi singkong sebagai alternatif makanan untuk pasien GERD, meskipun tidak secara langsung.[25,26]

Studi Randomized Controlled Trial oleh Gu et al Tahun 2022

Gu et al. melakukan uji coba randomized controlled trial (RCT) tersamar tunggal yang melibatkan 95 pasien GERD. Peserta menerima salah satu dari empat kombinasi intervensi diet yang bervariasi dalam total karbohidrat (rendah atau tinggi) dan karbohidrat sederhana (rendah atau tinggi) selama periode 9 minggu, dengan diet tinggi karbohidrat/tinggi karbohidrat sederhana sebagai kontrol.[25]

Ketiga kelompok perlakuan yang menjalani restriksi karbohidrat menunjukkan lebih sedikit gejala refluks dan episode peningkatan pH lambung yang terdokumentasi, dengan diet rendah karbohidrat sederhana menunjukkan pengurangan gejala yang paling signifikan.[25]

Berdasarkan hasil studi tersebut, meskipun nasi singkong kaya akan karbohidrat kompleks yang umumnya lebih baik untuk kesehatan pencernaan, masih diperlukan penelitian lebih lanjut untuk memahami dampaknya terhadap gejala klinis GERD.[25]

Penelitian dengan sampel yang lebih besar dan desain yang lebih mendalam akan diperlukan untuk mengevaluasi apakah konsumsi nasi singkong dapat secara signifikan memperbaiki gejala GERD, mengingat kandungannya yang tinggi serat dan rendah lemak.[25]

Studi Penelitian Cross Sectional oleh Nam et al Tahun 2019

Nam et al. melakukan penelitian terhadap 11.690 peserta yang menjalani endoskopi dan mencatat asupan makanan selama 3 hari, serta mengisi kuesioner untuk gejala refluks dari tahun 2004 hingga 2008. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi pengaruh mikronutrien makanan terhadap non-erosive reflux disease (NERD) dan esofagitis erosif berbasis gender.[26]

Dari hasil studi penelitian tersebut, ditemukan bahwa asupan kalsium dalam makanan mengurangi risiko NERD pada laki-laki. Asupan vitamin A, retinol, vitamin B2, vitamin B6, kalsium, dan zat besi dalam makanan juga mengurangi risiko NERD pada perempuan dengan analisis odds ratio yang bervariasi tiap jenis pada mikronutriennya.[26]

Selain itu, asupan zat gizi mikro dalam makanan pada penelitian ini juga tidak dikaitkan dengan esofagitis erosif. Hal ini menunjukkan bahwa nasi singkong dan nasi jagung, yang mengandung beberapa mikronutrien seperti kalsium, zat besi, thiamin, niasin, dan riboflavin, dapat mengurangi risiko NERD tanpa korelasi dengan insiden esofagitis erosif. Penelitian lebih lanjut dengan sampel nasi jagung dan nasi singkong sangat diperlukan untuk mengeksplorasi potensi ini.[26]

Kesimpulan

Pola makan, khususnya jenis makanan yang dikonsumsi, merupakan faktor risiko yang dapat dimodifikasi terkait dengan gastroesophageal reflux disease (GERD). Terdapat bukti signifikan yang mengaitkan konsumsi diet tinggi karbohidrat dengan peningkatan gejala GERD, sementara diet rendah karbohidrat menunjukkan potensi sebagai pendekatan baru dalam pencegahan dan penanganan kondisi ini.

Diet rendah karbohidrat tidak hanya membatasi asupan karbohidrat, tetapi juga mendorong konsumsi makanan tinggi serat yang dapat meredakan gejala refluks. Penelitian menunjukkan bahwa konsumsi karbohidrat tertentu, seperti nasi, dapat memengaruhi gejala GERD. Saat ini, terdapat alternatif makanan seperti nasi jagung dan nasi singkong yang memiliki indeks glikemik rendah dan kandungan serat tinggi.

Nasi jagung dan nasi singkong tidak hanya memberikan keuntungan bagi manajemen gejala GERD, tetapi juga mudah diterima oleh pasien karena bentuk dan rasanya yang menyerupai nasi. Selain itu, keduanya memiliki harga yang terjangkau dan tersedia di berbagai tempat seperti minimarket yang mudah dijangkau oleh konsumen.

Meskipun hasil awal menunjukkan kemungkinan perbaikan gejala GERD dengan konsumsi nasi jagung dan nasi singkong, penelitian lebih lanjut dengan sampel yang lebih besar diperlukan. Secara keseluruhan, modifikasi pola makan, terutama pengaturan asupan karbohidrat, dapat menjadi bagian penting dalam manajemen GERD.

Referensi