Dalam manajemen faringitis akibat infeksi Streptococcus pyogenes atau streptokokus beta-hemolitikus grup A (GABHS), sistem skoring klinis diharapkan dapat membantu dokter dalam tahap diagnosis.
Hal ini dikarenakan gold standard penegakan diagnosis faringitis GABHS masih berupa kultur dari spesimen swab tenggorok, di mana waktu tunggu hasil kultur yang lama seringkali membebani pasien. Sementara itu, ketersediaan tes rapid antigen maupun tes berbasis molekuler untuk diagnosis faringitis GABHS masih terbatas di Indonesia.[1]
Sistem Skoring Klinis untuk Membantu Diagnosis Faringitis Akibat GABHS
Terdapat dua sistem skoring klinis yang dikembangkan untuk membantu dokter mengestimasi kemungkinan pasien terinfeksi GABHS, yaitu skor Centor dan skor McIsaac.
Skor Centor dikembangkan tahun 1981 dan didasarkan atas data pasien dewasa dengan keluhan nyeri tenggorokan akut (lihat Tabel 1). Terdapat empat kriteria yang dinilai dalam skor Centor dan masing-masing kriteria diberi nilai 1; semakin besar total skor, maka semakin besar kemungkinan faringitis disebabkan oleh GABHS.[2]
Tabel 1. Skor Centor dan Skor McIsaac
Indikator Skor Centor | Poin | Indikator Skor McIsaac | Poin |
Suhu >38°C | 0/1 | Suhu >38°C | 0/1 |
Tidak ada batuk | 0/1 | Tidak ada batuk | 0/1 |
Limfadenopati servikal anterior | 0/1 | Limfadenopati servikal anterior | 0/1 |
Pembesaran tonsil/eksudat | 0/1 | Pembesaran tonsil/eksudat | 0/1 |
Total Skor Centor | 0-4 | Usia 3-14 tahun | 1 |
Usia 5-44 tahun | 0 | ||
Usia >45 tahun | -1 | ||
Total Skor McIsaac | 0-4 |
Sumber: dr. Erizka Rivani, M.Ked.Klin., Sp.MK, Alomedika, 2023.[2,3]
Pasien dengan skor Centor 4 memiliki kemungkinan terinfeksi GABHS sebesar 55,7% sedangkan pada pasien dengan skor Centor 0, kemungkinan terkena GABHS adalah 2,5%.[2]
Pada sisi lain, skor McIsaac merupakan modifikasi dari skor Centor dimana ditambahkan kriteria usia dalam penilaian (lihat Tabel 1). Kriteria usia ditambahkan dalam skor McIsaac mengingat mayoritas kasus faringitis GABHS terjadi pada anak-anak.
Uji validitas skor McIsaac didasarkan pada 521 pasien anak dan dewasa berusia 3 hingga 76 tahun dengan keluhan nyeri tenggorokan akut. Pasien dengan usia 3-14 tahun mendapat skor tambahan 1, usia 5-44 tahun skor tambahan 0, dan apabila berusia lebih dari 45 tahun maka skor dikurangi 1. Adapun kemungkinan seseorang terkena infeksi GABHS menurut hasil skor McIsaac dapat dilihat pada Tabel 2.[3]
Tabel 2. Persentase Kemungkinan Terinfeksi GABHS Berdasarkan Skor McIsaac
Skor McIsaac | Kemungkinan Terinfeksi GABHS (%) |
0 | 2-3 |
1 | 4-6 |
2 | 10-12 |
3 | 27-28 |
≥4 | 38-63 |
Sumber: dr. Erizka Rivani, M.Ked.Klin., Sp.MK, Alomedika, 2023.[3]
Skor McIsaac VS Skor Centor
Studi meta-analisis oleh Willis et al. tahun 2020 yang membandingkan antara skor Centor dan skor McIsaac menemukan kedua skor memiliki karakteristik performa yang serupa. Vasudevan et al. menegaskan bahwa penggunaan kedua sistem skoring tanpa disertai pemeriksaan laboratorium penunjang tidak disarankan dalam penegakan diagnosis.
Skor 0 dapat digunakan untuk mengeksklusi diagnosis infeksi GABHS sementara skor yang lebih tinggi dapat bermanfaat untuk menentukan perlu atau tidaknya pemeriksaan laboratorium lanjutan.[1,4]
Penerapan Hasil Skor McIsaac untuk Manajemen Faringitis
Meski spesifisitas skor McIsaac lebih rendah (67,2%) dibandingkan penilaian klinis (91,7%), sensitivitas skor McIsaac dalam mendiagnosis infeksi GABHS menjadi 83,1% dibandingkan hanya menggunakan penilaian klinis, yaitu 69,4%. Semakin tinggi hasil skor McIsaac, maka nilai prediksi positif dan negatif skor juga semakin tinggi; masing-masing berkisar 0,24–0,40 dan 0,81–0,88.[5,6]
Pada tahun 2004, McIsaac et al. memberikan rekomendasi terkait alur manajemen pasien GABHS berdasarkan hasil uji validitas skor yang dilakukan, di mana pasien dengan skor McIsaac 0-1 tidak diperlukan pemeriksaan kultur maupun pemberian antibiotik.
Pasien dengan skor 2-3 disarankan untuk dilakukan kultur dan terapi disesuaikan dengan hasil kultur, sementara pada pasien dengan skor 4 disarankan untuk dilakukan kultur dan dipertimbangkan untuk diberikan terapi antibiotik empirik.[2,3]
Pemberian antibiotik empirik berupa penisilin dipertimbangkan pada pasien dengan skor McIsaac 4 yang datang dalam 3 hari sejak onset penyakit dimulai dan kondisi klinisnya dinilai berat. Pasien yang alergi terhadap penisilin dapat diberikan eritromisin. Dalam penelitian McIsaac et al., ditemukan pula bahwa terjadi penurunan peresepan antibiotik sebanyak 48% setelah menggunakan sistem skoring.[2,3,6]
Rekomendasi Penggunaan Skor Klinis untuk Diagnosis
Infectious Diseases Society of America (IDSA) saat ini masih merekomendasikan uji rapid antigen dan/atau kultur tenggorok untuk menegakkan diagnosis. Hal ini dikarenakan gejala faringitis viral dan GABHS sangat mirip, sehingga sulit mendiagnosis berdasarkan temuan klinis saja. Namun, sistem skoring klinis seperti Centor dan McIsaac dapat digunakan untuk menyaring pasien yang membutuhkan uji laboratorium. Bagi pasien dengan skor 0, tidak perlu dilakukan uji rapid antigen.
Pada pasien anak dan remaja dengan kecurigaan tinggi tetapi hasil uji rapid antigen negatif, disarankan untuk dilakukan pemeriksaan kultur untuk konfirmasi, mengingat sensitivitas dari uji rapid antigen hanya 85%.[6,7].
Kesimpulan
Penggunaan sistem skoring klinis seperti skor McIsaac dan skor Centor dapat membantu dokter dalam menentukan kemungkinan pasien mengalami faringitis GABHS.
Namun, skor Centor maupun McIsaac tidak disarankan digunakan sebagai pedoman diagnostik tunggal. Kedua skor ini dapat digunakan untuk menentukan keperluan pemeriksaan laboratorium penunjang untuk diagnosis faringitis GABHS dan strategi pemberian antibiotik. Selain itu, sensitivitas dan nilai prediksi positif dari skor McIsaac juga kurang tinggi sehingga tidak disarankan untuk digunakan sebagai alat skrining.
Saat akan menentukan etiologi faringitis, dokter perlu mengeksklusi kemungkinan virus sebagai penyebabnya terlebih dahulu dan mempertimbangkan peresepan antibiotik empirik. Terapi antibiotik empirik umumnya hanya diberikan pada pasien berusia 3-14 tahun sugestif faringitis GABHS dengan keadaan klinis yang berat.
Sistem skoring seperti McIsaac untuk kasus faringitis dapat meningkatkan keamanan pasien dengan membatasi penggunaan antibiotik yang tidak perlu dengan segala potensi efek sampingnya, serta mengurangi pemeriksaan lanjutan yang tidak perlu.