Gangguan kognitif pada anak malnutrisi dapat dicegah dengan pemberian formula padat nutrisi. Malnutrisi adalah konsekuensi dari rangkaian kekurangan asupan protein, karbohidrat, dan mikronutrisi.[1,2]
Malnutrisi menyebabkan dampak negatif jangka pendek dan jangka panjang, termasuk keterlambatan perkembangan anak di segala aspek, termasuk aspek motorik, adaptif, bahasa, dan sosial. Bahkan secara global, 45% kematian anak usia <5 tahun dikaitkan dengan malnutrisi. Kejadian malnutrisi tersebut umumnya berhubungan dengan praktek pemberian makan yang tidak tepat di tahun pertama kehidupan.[1,2]
Malnutrisi
Menurut WHO, malnutrisi merupakan keadaan di mana tubuh tidak mendapat asupan gizi cukup, atau terdapat ketidakseimbangan antara pemasukan dan penggunaan energi untuk mempertahankan kesehatan, mulai dari kekurangan nutrisi (wasted, stunting, underweight), kelebihan nutrisi (overweight, obesitas), hingga kekurangan vitamin/mineral tertentu.[2,3]
Menurut Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), status gizi ditentukan berdasarkan berat badan (BB) sesuai usia anak dibandingkan panjang badan (PB) atau tinggi badan (TB) (grafik BB/PB atau BB/TB). Grafik pertumbuhan yang menjadi acuan IDAI adalah grafik WHO untuk anak usia 0–5 tahun, dan grafik pertumbuhan dari Centers for Disease Control and Prevention (CDC) 2000 untuk anak lebih dari 5 tahun hingga 18 tahun.[2,3]
Penentuan status gizi anak berdasarkan rekomendasi IDAI untuk Asuhan Nutrisi Pediatrik adalah sebagai berikut:
Tabel 1. Kriteria Status Gizi
Status Gizi | Kriteria Waterlow BB/TB (% median) | Kriteria WHO 2006 |
Normal | >90 | +2 SD hingga -2 SD |
Gizi Kurang | 70-90 | <-2 SD hingga -3 SD |
Gizi Buruk | <70 | <-3 SD |
Sumber: Anastasia, 2020.[15]
Status gizi anak berdasarkan kriteria WHO menggunakan standar deviasi dari grafik berat badan dan tinggi badan anak, sedangkan kriteria Waterlow berdasarkan persentase weight for height (berat badan terhadap tinggi badan atau BB/TB). Selain itu, Waterlow juga mendefinisikan kekurangan energi dan protein berdasarkan persentase height for age (tinggi badan terhadap usia), yaitu:
- Ringan/grade I, bila persentase weight for height 80-90% atau height for age 87,5–95%
- Sedang/grade II, bila persentase weight for height 70-80% atau height for age 80–87,5%
- Berat/grade III, bila persentase weight for height <70% atau height for age <80%[3,4]
Gangguan Kognitif
Gangguan kognitif menurut CDC adalah kondisi kesulitan mengingat, belajar hal baru, konsentrasi, dan membuat keputusan dalam kehidupan sehari-hari. Gangguan kognitif berdasarkan tingkat keparahannya dibagi menjadi ringan, sedang, dan berat. Gangguan kognitif berat dapat menyebabkan ketidakmampuan memahami, menulis, berbicara dan hidup secara mandiri.[1,5]
Gangguan kognitif menyebabkan anak memiliki fungsi eksekusi, memori, persepsi visual, pemahaman verbal dan pemahaman visual yang kurang baik. Hal ini tentunya akan berdampak signifikan bagi kehidupannya kelak dalam sekolah maupun pekerjaan.[1,5]
Gangguan Kognitif Sebagai Dampak Malnutrisi
Berbagai penelitian di beberapa daerah menunjukkan malnutrisi dapat menyebabkan kemampuan anak berkurang, baik pada aspek motorik, adaptif, bahasa, dan daya pikir/kognisi. Bahkan akan berpengaruh pada kemampuan anak bersosialisasi, sehingga pada kehidupan sehari-hari anak mengalami kesulitan. Malnutrisi akan memberi dampak jangka panjang dan jangka pendek.[1,6]
Dampak Jangka Pendek Malnutrisi
Dampak malnutrisi dalam waktu jangka pendek adalah peningkatan kerentanan anak terhadap infeksi. Malnutrisi mengganggu fungsi sel T memori efektor yang menyebabkan disfungsi sistem imun. Sistem imun yang kurang baik membuat tubuh anak lebih rentan terkena infeksi, padahal infeksi dapat menyebabkan kebutuhan metabolik tubuh meningkat dan dapat memperparah kondisi malnutrisi.[6,7]
Selain itu, disfungsi imun menyebabkan disregulasi hormon pertumbuhan dan hypothalamic-pituitary-adrenal (HPA) axis, sehingga persentase weight for height dan height for age anak malnutrisi menjadi menurun.[6,7]
Dampak Jangka Panjang Malnutrisi
Dampak malnutrisi untuk waktu yang lebih lama adalah terhambatnya kemampuan kognitif anak, di mana konsekuensinya ditanggung anak hingga dewasa. Teori yang menjelaskan bagaimana malnutrisi mempengaruhi fungsi otak adalah terhambatnya pertumbuhan sel otak sehingga jumlah neuron berkurang, serta terganggu atau berkurangnya neurotransmiter otak.[8]
Pertumbuhan otak dimulai sejak usia 5 minggu setelah konsepsi, kemudian di usia kehamilan 24 minggu neuron di cortical plate digantikan neuron kortikal yang matur yaitu secara signifikan terjadi koneksi antar neuron. Berlanjut dari usia kehamilan 34 minggu sampai usia anak 2 tahun terjadi puncak pertumbuhan dan pembentukan sinaps saraf di otak, serta pertambahan ukuran otak yang pesat.[1,9,10]
Pada usia 2 tahun berat otak anak mencapai 80% berat otak dewasa, 1.000 hari kehidupan awal merupakan masa krusial bagi tumbuh kembang anak. Di usia prasekolah, kepadatan sinaps otak anak sama dengan dewasa, sedangkan proses mielinisasi yang penting bagi kemampuan kognitif masih berlanjut sampai usia remaja. Gray matter yang berisi sel-sel badan neuron cenderung stabil di usia 7-11 tahun, sedangkan white matter yang berisi akson saraf terus bertumbuh hingga usia 20 tahun.[1,9,10]
Nutrisi sangat berpengaruh pada perkembangan saraf pusat anak hingga remaja tersebut. Malnutrisi berkaitan dengan patologi struktur dan fungsi otak, dimana secara struktur terjadi kerusakan jaringan, diferensiasi sel menjadi tidak teratur, sinaps saraf berkurang, neurotransmiter sinaps berkurang, demielinisasi serabut saraf terhambat, serta pertumbuhan dan maturasi otak juga ikut terhambat. Pada akhirnya malnutrisi akan mengganggu pembentukan sirkuit saraf otak.[11]
Beberapa penelitian menunjukkan remaja yang memiliki riwayat malnutrisi selama periode kritis perkembangan otak, cenderung memiliki intelligence quotient (IQ) lebih rendah, kurang konsentrasi, rentan depresi, agresif terhadap teman sebaya, kegagalan dalam bidang akademik, hingga gangguan perilaku. Periode kritis perkembangan otak terutama pada usia kehamilan 34 minggu hingga bayi usia 2 tahun.[1,9]
Penelitian Bhoomika, membandingkan 21 anak dengan riwayat malnutrisi dan 20 anak cukup gizi. Didapatkan anak malnutrisi memiliki performa yang buruk dari semua tes neuropsikologikal, kecuali pada kecepatan motorik, dibandingkan anak yang cukup gizi. Hal ini mengindikasikan adanya kekurangan perhatian, fungsi eksekusi, fungsi visuospasial, pemahaman, dan memori pada anak malnutrisi.[1,12]
Walaupun seiring bertambahnya usia anak fungsi ini mengalami kemajuan, tetapi hasil tes neuropsikologi tetap lebih baik pada kelompok anak dengan gizi cukup. Penelitian lain di India menyatakan bahwa height-for-age dan weight-for-age anak yang lebih rendah berhubungan dengan nilai membaca, berhitung dan keseluruhan nilai yang lebih rendah secara signifikan.[1,12]
Formula Padat Nutrisi untuk Mencegah Gangguan Kognitif
Pemenuhan kebutuhan makronutrien, khususnya protein, selama periode prenatal dan awal masa kanak penting dalam pertumbuhan dan perkembangan anak, di mana laju pertumbuhan sebelum usia 12 bulan dapat memprediksi IQ anak saat usia 9 tahun secara signifikan.[8,9,14]
Dalam penelitian menggunakan model hewan, restriksi protein pada awal kehidupan membuat ukuran otak lebih kecil, jumlah RNA dan DNA menurun, neurotransmiter dan faktor pertumbuhan menurun, serta neuron dan sinaps berkurang. Suplai gula yang stabil, terutama pada menu sarapan, penting bagi metabolisme otak, bermanfaat bagi performa belajar, dan membantu perkembangan fungsi kognitif terutama pada anak malnutrisi.[8,9,14]
Sebuah meta nalisis mengemukakan bahwa suplemen nutrisi pada anak tidak hanya mendukung pertumbuhan dan kesehatan fisik, namun juga penting bagi perkembangan kognitif anak. Metaanalisis tersebut mencakup penelitian yang memberi suplementasi nutrisi protein, lemak, zinc, asam folat, kalsium, vitamin A, vitamin B2, vitamin B1, vitamin B3 dan vitamin B12. Formula padat nutrisi, tinggi kalori dan kaya mikronutrien, dapat menjadi cara sederhana untuk memenuhi kebutuhan nutrisi tersebut untuk mencegah gangguan kognitif pada anak.[9,13,14]
Dari evaluasi, pemberian suplementasi nutrisi memberi efek baik bagi fungsi kognitif anak. Suplementasi zat besi penting bagi perkembangan otak yang normal. Zinc berguna dalam neurogenesis, migrasi, mielinisasi, sinaptogenesis, dan regulasi neurotransmiter asam gamma-aminobutyrate (GABA). Yodium penting bagi sintesis hormon tiroid, dimana kekurangan yodium berat dapat menimbulkan masalah kerdil/kretinisme, pendengaran, bicara, berjalan, dan IQ yang rendah.[9,13,14]
Kesimpulan
Kondisi malnutrisi anak dapat menyebabkan gangguan perkembangan kecerdasan otak dan gangguan kognitif. Hal ini karena malnutrisi pada anak secara langsung dapat mempengaruhi perkembangan otak anak, menyebabkan anak mudah terkena infeksi, dan anak memiliki energi yang kurang untuk belajar. Perbaikan nutrisi anak malnutrisi, terutama di masa krusial seribu hari awal kehidupan, sangat berkaitan dengan perbaikan kemampuan kognitif dan adaptif anak.
Perlu diingat bahwa gangguan kognitif pada anak memiliki konsekuensi yang harus ditanggung sampai dewasa, seperti kesulitan belajar dan bekerja. Formula padat nutrisi adalah nutrisi tinggi kalori dan tinggi protein disertai mikronutrien seimbang. Pemberian formula padat nutrisi menjadi penting untuk mencegah terjadinya gangguan kognitif, terutama pada anak malnutrisi, karena asupan dari makanan sehari-hari seringkali tidak mencukupi kebutuhan asupan gizi anak.